“Kak Dandi, bangun” Riri berusaha membangunkan Dandi
yang masih asyik di alam mimpinya
“iiihhh….Susah banget sih dikasih bangunnya” Gerutu
Riri
Riri kemudian masuk ke dalam kamar mandi, mengambil
segayung air. Dengan perlahan, ia mendekati Dandi yang masih asyik tidur.
Kemudian, dia meneteskan air ke wajah Dandi. Seketikam Dandi melompat ketika
air menyentuh permukaan kuliat wajahnya.
“Ada apa ini?” Dandi terbangun dengan bingung
‘Kak Dandi, udah jam enam. Shalat dulu gih sono”, Riri
menunjukkan wajah kesalnya
“HAH? Aduh, telat bangun lagi deh” (Padahal sudah
beberapa kali iya ketinggalan shalat shubuh jika harus tembus pagi)
Selesai shalat, Riri membersihkan kamar Dandi dan
mempersiapkan diri untuk kembali ke kostnya. Pagi itu, suasa kost Dandi
lengang, tidak ada seorang pun kecuali Dandi. Kak Reza sedang pergi, sedangkan
kak Ridwan menginap di sekretariat UKM dakwah dan kajian agama kampus.
“Kak, aku balik dulu ya”, kata Riri sembari
menjulurkan tangan untuk berjabat tangan.
Lalu, Riri kembali ke kostnya. Tak berapa lama, Dandi
sudah siap untuk berangkat ke kampus. Di memasukkan selembar kaos ke dalam
tasnya, karena sepertinya malam ini dia akan menginap di rumah kak Tias.
Seperti biasa, Chantika terkantuk – kantuk di kelas
saat dosen sedang menjelaskan. Terlihat di seringkali menggelengkan kepalanya
mencoba mencari kesadaran dirinya. Sedangkan Dandi sibuk mencatat materi yang
disampaikan oleh dosen. Sedangkan di sebelah kanan kelas, ada Lala yang
sesekali mencuri pandang ke Dandi yang terus mencatat. Sedangkan Lala sejak
dari tadi tidak bisa tenang, apalagi saat melihat Dandi. Dia sering sekali
mengubah gaya duduknya karena ada sesuatu yang sedang mendera dirinya. Hari
ini, dia memakai khimar krem dengan hiasan berbentuk bunga dan baju kurung
berwarna mustard. Kemudian, Lala memutuskan untuk menchat seseorang.
Drrrrrrr Drrrrrr…….
Suara getaran Handphone Dandi menandakan ada chat dari
seseorang. Dia masih tidak menghiraukannya. Dia tetap asyik menulis dan
menggambari buku catatannya agar enak untuk dibaca.
Drrrrr…….Drrrrrr……
Handphone Dandi kembali bergetar. Jengkel, Dandi
menarik handphonenya dan mengecek siapa yang menchatnya.
3 Messages From Lala Lonte
Dandi membuka chat dari Lala
-Dan, memekku gatel banget nih-
-Plisss Dan, aku udah nggak tahan banget nih. Aku
mohon Dan-
-Daaaannn, tolongin aku donk. Memekku gatel banget-
Dandi menunjukkan muka judes lalu mengetik beberapa
kata
-Kamu mau apa La?-
-Aku mau kontol kamu Dan. Memekku gatel banget- Lala
Lonte
-Gatel ya digaruk bego-
-Iya, garukin pake kontol kamu. Plis Dan. Aku udah
nggak tahan nih-Lala lonte
-Ini orang lagi kuliah. Gimana coba?-
-Di wing lantai 3 ini aja ya. Di dekat aula fakultas.
Disitu ada toilet nggak kepake-Lala Lonte
-Aku nggak mau main di toilet-
-Ya elah. Itu toilet nggak kepake karena daerah situ
sepi banget bego-. Lala Lonte
-Bersih nggak?-
-Kujamin bersih Dan. Ya udah, aku duluan ya. Aku
tungguin di tangga tengah- Lala Lonte
-Oke-
Tidak lama, Lala meninggalkan ruangan kelas dengan
alasan merasa perutnya sakit. Sekitar semenit kemudian, Dandi muncul dan
bertemu dengan Lala di tangga tengah fakultas mereka. Lala tersenyum melihat
kedatangan Dandi.
“Awas kalau ketahuan ya”, Ancam Dandi
“Aku jamin nggak ketahuan Dan”, Lala berjalan ke depan
diikuti Dandi
“Lagian juga orang lagi kuliah kok pengen ngentot-,
Dandi terlihat sangat kesal
“Salah siapa coba? Yang ngambil perawanku siapa?” Lala
terlihat tidak risih berkata demikian pada Dandi.
Dandi hanya diam dan mengikut kemana kaki Lala. Hinga
mereka memasuki ujung bangunan, lalu belok kiri memasuki toilet. Lalu, mereka
masuk salah satu toilet, dan CTEK. Ternyata lampunya masih bisa menyala.
Lantainya kering karena sama sekali tidak dipakai.
Lala memberikan kode ke Dandi. Dandi mendekati Lala
dan membuat Lala berdiri dengan bertolak tembuk. Lala tersenyum genit pada
Dandi. Tak membuang kesempatan, Dandi segera mencium Lala. Mereka berciuman
dengan panasnya.
“Hmfffffhhhhhhh….”, Terdengar Lala melenguh namun
tertahan mulut Dandi. kontol Dandi yang menyetuh bagian tubuhnya, membuat
gairah Lala membumbung tinggi.
Lala memeluk Dandi dengan berpegangan pada belakang
leher Dandi. Sedangkan Dandi yang berdiri menghadap ke tembok hanya bediri
sembari kedua tanganna menolak tembok. Cukup lama mereka mamu mempertahankan
posisi mereka ini. Kemudian, Dandi melepas pagutannya, lalu memegang ujung dari
baju kurung yang dikenakan oleh Lala, dengan sekali sibak, tampaklah CD
berwarna maroon serta BH berwarna putih.
“Tahan ya La”. Ujar Dandi sembari tangannya masuk ke
dalam celana dalam Lala. Belum lama tangannya masuk, Lala sudah menggelinjang
hebat dan tidak tahu mau berkata apa karena tusukan dan permainan tangan Dandi
yang begitu liar berhasil mengubek – ngubek memek Lala. Dandi kemudin
menundukkan kepalanya dan menaikkan BH yang dikenakan oleh Lala, lala sekali
lagi, Dandi menetek pada Lala. Namun, kali ini, emutan Dandi lebih pelan dan
perahan untuk menuntunnya ke puncah orgasme.
Terus diserang di dua titik sensitifny, membuat
pertahanan Lala tidak bisa dpertahankan lagi sehingga Lala mencapai orgasme
sembari menyeprotkan cairan memek yang seketika membasahi celana dalamnya.
Karena kali ini mereka sembari dikejar waktu, Dandi menghentikan kegiatannya
dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegak – tegaknya. Dandi memerintahkan
Lala untuk menahan bagian bawah baju kurungnya agar tidak mengganggu.
“Ahhhh…Pelan – pelan Dan”, Lala mencoba menahan sakit
sembara menyandarkan kepalanya ke tembok di belakangnya dan menutup matanya.
Sleppp….Kontol Dandi berhasil masuk sempurna di dalam
memek Lala. Dandi mendiamkan kontolnya terlebih dahulu agar memberikan waktu
kepada memek Lala untuk menyesuaikan dirinya terhadap tusukan yang baru masuk.
Perlahan, Dandi memompa memek Lala diiringi desahan pelan Lala.
Lala dengan wajah sayu dan khimar yang tersmpirkan ke
belakang sedang mengangkat bagian bawah baju kurung yang ia gunakan hingga
sebatas pinggangnya. Sedangkan Dandi dengan semangatnya terus memompa kontolnya
keluar masuk dari memek Lala.
“Daaaaan, Ahhh,,,,Ahhhh,,,,,,Ahhhh,,,,Ahhh”, Desahan
Dandi spertinya tidak tedengar karena memang daerah tersebut sangat jarang
dilewati oleh orang.
“Tahan ya La, kita keluarin bareng – bareng”, Lala
tidak peduli dengan pernyataan Dandi. Lala hanya terfokus menahan suara
desahannya yag bisa saja membuat mereka ketahuan.
Dan dengan sekali lenguhan panjang, Dandi dan Lala
menyemprotkan cairan mereka di dalam Rahim Lala. Lala yang terengah engah
berusaha menjongkok karena dia dua kali menyemprotkan cairan cinta. Tapi Lala
belum selesai, Dandi menyodorkan kontolnya ke wajah Lala. Lala yang sudah paham
pun akhirnya mengoral kontol kak Dandi dan membersihkan sisa sisa sperma Dandi.
“Ahhh…Payah kamu La. Cepet banget keluarnya” Dandi
yang duduk di sebelah Lala mencoba mencari bahan pembicaraan.
“Hehe” Lala Cuma tertawa kecil
“Masuk kelas lagi yuk”, Dandi berusaha berdiri, namun
tangannya segera ditarik oleh Lala.
“Nggak usah deh Dan. Kamu disini aja. Nanti kita balik
kelas kalau udah selesai”, Mohon Lala
“Kenapa? Entar Chantika marah”, Dandi bingung
“AKu….akuuu……Ahhh, kamu disini aja tolong nemenin aku
Dan”, Mohon Lala sekali lagi
“Iya. Jadi sange deh liatin muka kamu gitu”, Dandi
mmerhatikan wajah memelas Lala
“Sange? Kamu masih mau Dan?”, Tanya Lala dengan muka
ceria
“Terserah kamu aja sih. Asal jangan lama – lama ya. 40
menit lagi mata kuliah kita selesai”. Dandi melihat arlojinya
“Oke deh”
Akhirnya, Dandi dan Lala kembali mengulang permainan
mereka seperti tadi. ML sambil berdiri. Karena ruangan yang sepi, maka Lala
tidak segan untuk mengeluarkan desahan desahannya untuk meningkatkan birahi
Dandi untuk terus memompa kontolnya ke dalam memek. Tanpa mereka sadari,
seorang wanita dengan jilbab paris hitam dan kemeja coklat kotak – kotaknya
sedang mendengarkan mereka bercinta, kemudian dia pergi.
Dandi tiba di sebuah rumah di kompleks perumahan yang
lumayan elit. Sebuah rumah bertingkat dua dengan halaman yang lumayan. Dandi
merogoh sakunya, lalu menchat seseorang.
TING…TING….
-Kak, aku udah di depan- Dandindu
-Oh. Tunggu ya kakak bukain-
Tias segera memperbaiki jilbab pashminanya, lalu
segera berlari turun menuju pagar depan. Dia tampak begitu senang. Dengan
mengenakan Celana kulot hitam dan kaos abu – abu yang lumayan ketat, ia segera
membukakan Dandi pagar.
“Ini rumah kak Tias?” Tanya Dandi saat masuk ke rumah
Tias.
“Bukan sih. Yang beli mama papaku”, Jawab Tias lalu
menyuruh Dandi duduk di ruang tamu.
“Papa mama kak Tias dimana?”, Dandi kepo
“Mereka ke Norwegia Dan. Papaku kerja di perusahaan
minyak”, Jawab Tias sembari duduk di depan Dandi.
“Ohhh. Jadi disini kak Tias sama siapa?”
“Sendiri Dan”
“Eh, serius? Kakak nggak punya saudara?”
“Kakak anak tunggal Dan”
“Pembantu?”
“Papa nggak mau aku manja. Lagian, aku juga bisa masak
sendiri kok”
“Dihhh….Kakak hebat”
“Hebat apaan Dan?”
“Yaaa….Bisa ngerjain semuanya sendiri kak”
“Hehe….Bisa aja kamu Dan. Kamu udah makan belum?”
“Belum sih kak”,
“Kalau gitu. Kita makan deh”. Ajak Tias
“Bentar kak. Sekalian abis maghrib aja. Udah adzan
juga tuh”, Dandi bangkit dari tempat duduknya
“Tempat wudhunya mana kak?”
“Di sebelah sana ada mushalla Dan” Tunjuk Tias ke
pojok sebelah kanan rumah besar tersebut. Dandi segera menuju kesana menunaikan
kewajibannya.
“Kak Tias nggak shalat?”, Tanya Dandi saat kembali
dari shalatnya
“Lagi males Dan. Hehe”, Jawab Tias sembari tersenyum
dan berbaring
“Kok gitu kak?” Tanya Dandi
“Yaa….Lagi males aja Dan”, Jawab Tias santai sembari
memainkan HPnya
Dandi berjalan mendekati Tias yang asyik berbaring di
sofa membelakanginya dan menarik handphone yang sedang dimainkan oleh Tias.
“Iiiii….Kok diambil sih Dan?” Tanya Tias bingung
sembari bangkit dari baringnya
“Kukasih kalau kakak udah shalat”,
“Iiii…..Kamu jahat Dan”, Tias menunjukkan ekspresi
jengkel
“Shalat gih sana.” Jawab Dandi masih berdiri di depan
Tias.
“Nggak ah”, Tias cemberut
“Kenapa?” Tanya Dandi
“Nggak tahu caranya”, jawab Tias sembari memeluk
lututnya
“Heh ?? Serius tuh kak ?? Jadi selama ini kak Tias
nggak pernah shalat ??”, Jawab Dandi keheranan
“Pernah sih. Cuma ngikut ama orang aja” Jawab Tias
polos
“Ya udah deh. Aku ajarin kak Tias ya”,
“Serius? Sampe bisa kan Dan?”, Tanya Tias sembari
menunjuk wajah Dandi memastikan
“Iya kak”, Jawab Dandi kemudian dibalas senyuman lebar
Tias
Dandi pun mengajarakan tata cara shalat kepada TIas.
Dari wudhu, hingga shalat. Selesai shalat, Dandi ngejelasin tentang beberapa
hal tentang shalat.
“Udah ngerti kak?”, Tanya Dandi
“Kayaknya deh. Nanti aku Tanya kamu aja deh kalau
bingung”, Jawab Tias
“Oke deh kak. BTW, kak, aku laper”, Jawab Dandi
berbalik ke Tias
“Ya udah, ayo makan. Aku udah masakin tadi”, jawab
Tias sembari menarik tangan Dandi ke dapur rumah besar tersebut.
Malam itu, mereka menghabiskan malam bersama. Makan
bersama, shalat dengan Dandi mengimami Tias, hingga mereka masuk ke kamar tamu
untuk curhatan Tias. Tias menceritakan tentang Roni, mantannya yang dilihat
Dandi tempo hari. Roni adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan. Dia dan
Tias telah pacaran selama kurang lebih 2 tahun. Namun, selama itu pula setiap
kali Tias diajak berhubungan badan selalu menolak. Bukan hanya hubungan badan,
Tias pun selalu menolak untuk sekadar ciuman atau bahkan membiarkan tubuhnya
disentuh di area sensitifnya. Tias mengakui dia berpacaran dengan Roni Cuma
untuk menutupi rasa kesepiannya, bukan untuk memenuhi hasratnya untuk seks.
“Jadi, kak Tias udah baikan sekarang?”, Tanya Dandi
“Perasaannya udah baikan kok. Berkat kamu Dan”, UCap
Tias sembari tersenyum ceria
“Syukurlah kak. Kak, Dandi ngantuk”, Tanya Dandi
“Mau tidur bareng kakak, mau kakak temani tidur atau
sendiri aja?” Tanya Tias
“Sendiri aja deh kak. Entar kalau tidur bareng terjadi
hal yang nggak – nggak lagi”
“Ya udah. Kakak ke kamar ya Dan”, Tias pun naik ke
kamarnya untuk tidur.
Sedangkan di lain tempat, kost Meranti sedang kosong.
Dandi sedang berada di rumah Tias, dan Ridwan sedang mengisi materi untuk
pelatihan di UKM Dakwah dan Kajian Agama kampus. Yang ada hanya Reza, yang
kebetulan sedang bebas dari kerjaan. Dia berjalan di ruang tengah sembari
memegang HP milik Ridwan yang ketinggalan di dapur rumah kost tersebut.
TOK…TOK…
Seseorang mengetuk pintu. Memang pagar malam itu
sengaja Reza buka dulu, jam 10 baru dia tutup lagi. Reza kemudian berjalan
menuju pintu,dan membukakan pintu. Di depan pintu, terlihatlah seorang akhwat
dengan khimar krem dan baju kurung berwarna kuning.
“Eh, Nisa. Lama nggak ketemu. Cari Ridwan ya?”, Tanya
Reza.
“Iya Rez. Dari tadi ditelpon nggak diangkat. Padahal
mala mini dia mesti ngisi materi pelatihan”, Ujar Nisa sembari mengecek HPnya.
“Coba cek di kamarnya. Kamu punya kuncinya kan? Aku
mau tutup pagar dulu. Takut ada maling”, Reza pergi menutup dan mengunci pagar
sedangkan Nisa mencoba mengetuk pintu kamar Ridwan, namun tak ada sahutan dari
dalam.
“Ahhh….Susah banget sih dikasih bangunnya. Mana anak –
anak udah nungguin lagi”, Nisa gusar sembari memasukkan kunci kamar Ridwan yang
ia pegang.
Sedangkan itu, dari belakang Nisa, Reza yang sudah
selesai menutup pintu mendekati Nisa yang sudah memasuki kamar Ridwan. Nisa
lalu menyalakan lampu kamar Ridwan. Namun, tak ada siapapun di kamar Ridwan.
(BERSAMBUNG)
0 Response to "Hijab Tak Menutup Syahwat - Part 12"
Post a Comment