Muslihat Sang Penakhluk - Part 6

Resa Rere
Setelah selesai kencing kakek Dewo terlihat mengurut dan mengelus elus penisnya, semakin besar dan semakin besar lagi hingga kini penis itu sudah berdiri tegak dengan otot otot yang berurat mengitarinya. Aku terkesima dengan penis kakek Dewo sampai tidak sadar kalau siempunya sedang memandangku.
“Eheeemm… ada apa mbak..?” suara kakek Dewo menyadarkan ku.




Aku terkejut dan malu sehingga cepat cepat menutup jendela sambil nafas terengah engah. Seketika diriku diliputi perasaan aneh, karena sebagai wanita muslimah yang taat, belum pernah aku melihat penis laki laki lain selain punya suamiku. Akhirnya aku memutuskan untuk bermain dengan putri kecilku yang sedang tidur di keranjang bayi, tetapi tetap saja perasaan aneh itu tidak dapat hilang. Sebagai seorang yang ingin taat terhadap suami, aku merasa malu untuk mengakui, bahwa sebenarnya tanpa aku sadari, gairahku naik oleh pemandangan tadi.

Aku memandangi putri kecilku yang sedang tidur, terlihat damai dan tenang. Tapi meski aku berusaha mengalihkan perhatian ku ke putriku tetap saja aku kembali teringat pemandangan yang aku lihat di luar jendela tadi. Mengingat penis kakek Dewo yang besar tadi membuat gairah ku makin meninggi. Entah kenapa aku jadi eneh begini, bayangan penis kakek Dewo terus saja terbayang dan berputar putar di dalam kepalaku. Seakan menghipnotisku aku malah melamun membayangkan bagaimana jika penis kakek Dewo yang besar tadi berada di depan muka ku. Aku terus membayangkan angan yang mengundang gairah seksual ku itu, sampai tanpa sadar tanganku mulai meraba raba payudaraku sendiri dengan tangan kanan ku, sementara tangan kiri ku masuk kedalam rok panjang dan mengelus elus vaginaku yang masih tertutup Cd. Dengan masih berpakaian lengkap kini aku merebahkan tubuhku di atas ranjang. Desahan seperti kesakitan dan kenikmatan mulai terdengar dari bibirku yang tipis dan menggairahkan ini. Tangan kanan ku terus meremas remas payudaraku dari luar pakaianku dan tangan kiriku kurasakan agak basah di area vaginaku. Akupun memutuskan untuk melepas CD ku yang sudah basah ini, dengan mata terpejam menahan kenikmatan aku melanjutkan aktivitasku tadi, aku mulai memainkan jari lentik ku pada bibir vaginaku, tak puas dengan itu kini aku mulai memasukkan jari tengah ku ke dalam vaginaku, ku gerakan keluar masuk perlahan lahan, vaginaku terasa panas dan nikmat bercampur aduk. Angan ku masih terpaku pada penis besar kakek Dewo yang tadi aku lihat. Sekarang aku membayangkan bagaimana penis besar itu menyodok nyodok vaginaku. 5 menit kemudian tubuhku tiba tiba mengejang, kaki ku menekuk dan dadaku membusung mengangkat kedua payudaraku. Sebentar lagi aku akan merasakan puncak. Aku mengeluarkan erangan erangan yang tertahan sambil tangan kiriku terus mengocok vaginaku sendiri. Semakin cepat aku mengocok isi vaginaku dan tangan kanan ku juga meremas remas payudaraku secara intens, desahan ku semakin keras, seakan tidak peduli kalau adaorang yang mendengarnya, yang ada di fikiranku kini hanya ingin segera mencapai puncak. Tangan ku masuk ke dalam jilbab ku dan mempermainkan putingku yang sudah mencuat keluar, seakan tersambar petir aku mengejang sejadi jadinya. akhirnya aku merasakan kenikmatan yang luar biasa ini, kenikmatan yang aku dapat dengan membayangkan penis laki laki yang bukan suamiku, cairan cintaku dengan derasnya keluar dari dalam vaginaku. Aku sungguh menyesalinya tetapi di sisi lain aku tidak dapat menutupi kenikmatan yang baru saja aku rasakan ini. Belum pernah aku mengalami orgasme sehebat ini. Aku masih terengah engah menikmati sisa sisa orgasme ku. Lalu dengan jilbab dan pakaian yang sudah kusut aku memutuskan untuk tidur karena kelelahan.








kakek Dewo
Sesuai rencana ku setelah melihat kontolku tadi kini non Rere akan mulai melupakan penis suaminya dan akan lebih menikmati kontol besar ku. Dengan kemampuan indra pendengaran ku yang sangat tajam kini aku tahu kalau di dalam kamarnya non Rere sedang bermasturbasi, dan dengan keahlian pak Mar yang bisa membuka kunci pintu bermodalkan seutas kawat kini kita bertiga berhasil mengintip apa yang terjadi di dalam kamar, sesuai intruksi dariku Irfan aku suruh merekam semua kejadian yang ada di dalam kamar tadi. Bisa saja tadi aku langsung menghipnotisnya dan langsung membuatnya menjadi boneka seks ku,tapi hal itu terlalu berlebihan, aku berniat untuk mengubah seorang Resa Rere akhwat alim dan shaliha menjadi istri liar dan binal secara perlahan dengan kemauannya sendiri. Dan kini aku memiliki dokumentasi yang bisa membuat non Rere sedikit tunduk kepadaku tanpa harus menghipnotisnya.



Setelah kulihat non Rere tertidur pulas, aku memulai rencana berikutnya, aku telah menyiapkan tanktop khusus yang sudah aku mantrai dengan mantra birahi tingkat tinggi ajaran dari ki Edo, jadi siapa pun yang memakainya akan merasakan birahi tinggi yang tidak ada habis habisnya. Dan aku juga sudah menyiapkan secarik kertas bertuliskan mantra bagi siapa yang membacanya maka dia akan menuruti apa yang tertulis di dalam kertas itu. Setelah memasukkan keduanya kedalam kardus kecil, kini aku menaruhnya di dalam kamar Tina, sepupu non Rere. Sejak awal aku sudah mengincarnya, di samping badannya yang sangat indah terbalut jubah longgar, aku juga sangat yakin kalau Tina masih perawan, hal itu yang membuat aku tergoda untuk menikmati tubuh perawan Tina dan menjadikannya budak seks ku.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Muslihat Sang Penakhluk - Part 6"

Post a Comment