Resa
Rere
Setelah
selesai kencing kakek Dewo terlihat mengurut dan mengelus elus penisnya,
semakin besar dan semakin besar lagi hingga kini penis itu sudah berdiri tegak
dengan otot otot yang berurat mengitarinya. Aku terkesima dengan penis kakek
Dewo sampai tidak sadar kalau siempunya sedang memandangku.
“Eheeemm…
ada apa mbak..?” suara kakek Dewo menyadarkan ku.
Aku
terkejut dan malu sehingga cepat cepat menutup jendela sambil nafas terengah
engah. Seketika diriku diliputi perasaan aneh, karena sebagai wanita muslimah
yang taat, belum pernah aku melihat penis laki laki lain selain punya suamiku.
Akhirnya aku memutuskan untuk bermain dengan putri kecilku yang sedang tidur di
keranjang bayi, tetapi tetap saja perasaan aneh itu tidak dapat hilang. Sebagai
seorang yang ingin taat terhadap suami, aku merasa malu untuk mengakui, bahwa
sebenarnya tanpa aku sadari, gairahku naik oleh pemandangan tadi.
Aku
memandangi putri kecilku yang sedang tidur, terlihat damai dan tenang. Tapi
meski aku berusaha mengalihkan perhatian ku ke putriku tetap saja aku kembali
teringat pemandangan yang aku lihat di luar jendela tadi. Mengingat penis kakek
Dewo yang besar tadi membuat gairah ku makin meninggi. Entah kenapa aku jadi
eneh begini, bayangan penis kakek Dewo terus saja terbayang dan berputar putar
di dalam kepalaku. Seakan menghipnotisku aku malah melamun membayangkan
bagaimana jika penis kakek Dewo yang besar tadi berada di depan muka ku. Aku
terus membayangkan angan yang mengundang gairah seksual ku itu, sampai tanpa
sadar tanganku mulai meraba raba payudaraku sendiri dengan tangan kanan ku,
sementara tangan kiri ku masuk kedalam rok panjang dan mengelus elus vaginaku
yang masih tertutup Cd. Dengan masih berpakaian lengkap kini aku merebahkan
tubuhku di atas ranjang. Desahan seperti kesakitan dan kenikmatan mulai
terdengar dari bibirku yang tipis dan menggairahkan ini. Tangan kanan ku terus
meremas remas payudaraku dari luar pakaianku dan tangan kiriku kurasakan agak
basah di area vaginaku. Akupun memutuskan untuk melepas CD ku yang sudah basah
ini, dengan mata terpejam menahan kenikmatan aku melanjutkan aktivitasku tadi,
aku mulai memainkan jari lentik ku pada bibir vaginaku, tak puas dengan itu
kini aku mulai memasukkan jari tengah ku ke dalam vaginaku, ku gerakan keluar
masuk perlahan lahan, vaginaku terasa panas dan nikmat bercampur aduk. Angan ku
masih terpaku pada penis besar kakek Dewo yang tadi aku lihat. Sekarang aku
membayangkan bagaimana penis besar itu menyodok nyodok vaginaku. 5 menit
kemudian tubuhku tiba tiba mengejang, kaki ku menekuk dan dadaku membusung
mengangkat kedua payudaraku. Sebentar lagi aku akan merasakan puncak. Aku
mengeluarkan erangan erangan yang tertahan sambil tangan kiriku terus mengocok
vaginaku sendiri. Semakin cepat aku mengocok isi vaginaku dan tangan kanan ku
juga meremas remas payudaraku secara intens, desahan ku semakin keras, seakan
tidak peduli kalau adaorang yang mendengarnya, yang ada di fikiranku kini hanya
ingin segera mencapai puncak. Tangan ku masuk ke dalam jilbab ku dan
mempermainkan putingku yang sudah mencuat keluar, seakan tersambar petir aku
mengejang sejadi jadinya. akhirnya aku merasakan kenikmatan yang luar biasa
ini, kenikmatan yang aku dapat dengan membayangkan penis laki laki yang bukan
suamiku, cairan cintaku dengan derasnya keluar dari dalam vaginaku. Aku sungguh
menyesalinya tetapi di sisi lain aku tidak dapat menutupi kenikmatan yang baru
saja aku rasakan ini. Belum pernah aku mengalami orgasme sehebat ini. Aku masih
terengah engah menikmati sisa sisa orgasme ku. Lalu dengan jilbab dan pakaian
yang sudah kusut aku memutuskan untuk tidur karena kelelahan.
kakek
Dewo
Sesuai
rencana ku setelah melihat kontolku tadi kini non Rere akan mulai melupakan
penis suaminya dan akan lebih menikmati kontol besar ku. Dengan kemampuan indra
pendengaran ku yang sangat tajam kini aku tahu kalau di dalam kamarnya non Rere
sedang bermasturbasi, dan dengan keahlian pak Mar yang bisa membuka kunci pintu
bermodalkan seutas kawat kini kita bertiga berhasil mengintip apa yang terjadi
di dalam kamar, sesuai intruksi dariku Irfan aku suruh merekam semua kejadian
yang ada di dalam kamar tadi. Bisa saja tadi aku langsung menghipnotisnya dan
langsung membuatnya menjadi boneka seks ku,tapi hal itu terlalu berlebihan, aku
berniat untuk mengubah seorang Resa Rere akhwat alim dan shaliha menjadi istri
liar dan binal secara perlahan dengan kemauannya sendiri. Dan kini aku memiliki
dokumentasi yang bisa membuat non Rere sedikit tunduk kepadaku tanpa harus
menghipnotisnya.
Setelah
kulihat non Rere tertidur pulas, aku memulai rencana berikutnya, aku telah
menyiapkan tanktop khusus yang sudah aku mantrai dengan mantra birahi tingkat
tinggi ajaran dari ki Edo, jadi siapa pun yang memakainya akan merasakan birahi
tinggi yang tidak ada habis habisnya. Dan aku juga sudah menyiapkan secarik
kertas bertuliskan mantra bagi siapa yang membacanya maka dia akan menuruti apa
yang tertulis di dalam kertas itu. Setelah memasukkan keduanya kedalam kardus
kecil, kini aku menaruhnya di dalam kamar Tina, sepupu non Rere. Sejak awal aku
sudah mengincarnya, di samping badannya yang sangat indah terbalut jubah
longgar, aku juga sangat yakin kalau Tina masih perawan, hal itu yang membuat
aku tergoda untuk menikmati tubuh perawan Tina dan menjadikannya budak seks ku.
0 Response to "Muslihat Sang Penakhluk - Part 6"
Post a Comment