Akhwat Yang Ternoda - Part 1

Chapter 1 : Pekerjaan Baru

Fajar berganti siang saat Nurul pergi menemui Bu Resi dirumahnya. Sesuai janji, Bu Resi akan mengantarkan Nurul ke rumah kenalannya karena semalam Nurul sudah mengiyakan tawaran pekerjaan dari Bu Resi untuk jadi pembantu rumah tangga disana.



Seperti biasa, Nurul tampil dengan pakaian yang sudah menjadi identitasnya selama ini sebagai seorang muslimah. Namun karena permintaan khusus dari suaminya, hari ini pun Nurul tampil agak sedikit beda.

Baju kurung berwarna pink serta jilbab lebar berwarna selaras membalut indah di tubuhnya, tak lupa pula sebuah cadar hitam yang menutup seluruh area wajahnya kecuali sepasang bola mata indah yang memikat hati siapapun yang menatapnya. Nurul juga tak lupa membungkus tangannya dengan sebuah sarung tangan akhwat yang terlihat sangat pas di tangan putihnya.

"Duh! Ibu lupa ngasih tau sesuatu deh sama kamu Dik" Bu Resi tampak sedikit ragu ketika melihat Nurul datang dengan pakaian kebesarannya.

"Maksud Ibu?"

"Kenalan Ibu itu keluarga Non muslim Dik, jadi kayaknya mereka bakalan ragu deh kalau kamu pakai baju begini" balas Bu Resi ragu, dia takut menyinggung perasaan Nurul.

"Ah enggak kali Bu! Lagian kan pekerjaannya gak ada sangkut pautnya sama baju yang saya pakai" balas Nurul.

"Maksud Ibu bukan gitu atuh Dik! Kamu tau kan kalau Non muslim suka takut sama yang berpakaian kayak kamu. Dikira teroris atau apalah"

Nurul pun tersenyum menanggapi kekhawatiran dari Bu Resi "Enggak semuanya juga kali Bu! Lagian kan juga nyoba dulu, kalau menurut temen Ibu saya gak cocok ya gapapa juga! Saya yakin kok kalau udah rejeki mah gak kemana" jawab Nurul mantap.

"Tapi kamu gapapa kan Dik? Kerja di rumah orang yang beda sama kamu?" Bu Resi masih terlihat ragu.

"Gapapa Buk. Emangnya kenapa? Sama-sama manusia kok" jawab Nurul mantap.

Memang di benak Nurul dia tidak pernah sekalipun membenci ataupun tidak suka dengan orang yang berbeda keyakinan dengannya.

Nurul yakin kalau mereka juga percaya dengan yang namanya kebaikan. Dan setiap kepercayaan itu pasti mengarahkan penganut nya untuk jadi manusia yang lebih baik lagi. Jadi tidak ada gunanya saling membenci.

Hanya saja memang terkadang ada beberapa orang yang suka sekali melabeli orang lain berlandaskan apa agama atau kepercayaan yang dianutnya. Tapi Nurul yakin dari sekian banyak orang di muka bumi ini, mungkin hanya satu persen saja yang seperti itu.

Singkat cerita, akhirnya sekarang Nurul dan Bu Resi sudah berada di sebuah rumah di kawasan elit yang terletak tidak begitu jauh dari komplek perumahan mereka.

Dengan menggunakan jasa ojek online, keduanya pun sampai dengan selamat di tujuan.

Nurul sempat terlihat shock dan kagum ketika pertama kali menginjakkan kakinya di rumah keluarga Primus. Tempat dimana dia akan bekerja jadi pembantu rumah tangga disana.

Rumah itu terlihat megah dan besar, berwarna putih serta banyak sekali terlihat jendela disana-sini. Rumah berlantai dua tersebut adalah rumah yang dibangun dengan gaya arsitektur modern dan elit, khas rumah orang kaya masa kini.

Halamannya pun tak kalah luasnya dimana banyak sekali terlihat tempat bersantai dan beberapa pohon besar yang lumayan rindang.

"Di rumah ini cuma ada tiga orang saja Dik, Pak Primus, Ibu Susan, dan anaknya Sean" jelas Bu Resi saat mereka baru memasuki halaman.

"Rumah segede ini cuma diisi tiga orang Buk?" Tanya Nurul tak percaya.

"Iya! Mereka orang-orang sibuk semua, jadi kamu gak usah khawatir" balas Bu Resi.

Saat Nurul dan Bu Resi sampai di depan rumah, sebuah suara menyambut kedatangan mereka "Selamat datang, Jeng!" Ucap seorang wanita paruh baya yang berjalan mendekat ke arah mereka.

"Maaf Jeng agak telat!" Balas Bu Resi mendekat. Kedua wanita itupun saling cipika-cipiki sebagai sebuah salam.

Nurul yang melihat sosok wanita yang menyambut Bu Resi pun cukup termangu dan kagum, karena wanita di depannya ini terlihat sangat mirip dengan aktris Wulan Guritno yang sering sekali dia lihat di tv. kulitnya sangat putih bersinar dengan tubuh yang sangat seksi. apalagi saat ini wanita tersebut tengah memakai baju kaos "U can see" dan sebuah celana legging ketat yang menempel pas di kaki jenjangnya.

"Oh iya kenalin! Ini namanya Nurul! Dia yang mau kerja disini" ucap Bu Resi memperkenalkan Nurul.

Nurul pun yang sadar langsung menjulurkan tangannya "Nurul Buk!" Ucapnya.

Namun wanita didepannya tersebut bukan malah menjabat tangannya namun berjalan mengitari tubuh Nurul yang terlihat canggung.

"Kamu yakin bisa kerja pakai baju seperti ini?" Tanya wanita tersebut berterus-terang.

"In--insyaallah yakin Buk!" Jawab Nurul yang tergugup.

Wanita tersebut pun tersenyum "Jangan tegang gitu dong! Aku Susan, Panggil Mbak aja jangan panggil Ibu! Aku gak tuir-tuir amat" balas Susan.

"Baik Mbak" jawab Nurul mantap.

SUsan pun tersenyum "Aku suka yang gak bertele-tele gini" Ucap Susan semangat.

"Ayo masuk dulu ke dalam! Kita bahas apa saja kerja yang akan kamu lakukan" tambah Susan kemudian mengajak Nurul.

Dalam hati, Nurul merasa gugup dan bahagia mendapati kalau calon majikannya nanti adalah orang yang baik seperti Susan. Bukan majikan-majikan kejam yang biasa dia lihat di sinetron-sinetron kesukaannya. Apalagi sifat Susan yang terlihat sangat mudah berteman dan hobi sekali bicara membuat Nurul sedikit lega menjalani pekerjaan pertama dalam hidupnya ini.

Dari penjelasan Susan, akhirnya Nurul paham apa saja yang harus dikerjakannya nanti. Nurul hanya perlu datang pagi dan sore saja ke rumah ini.

Ketika pagi, Susan meminta Nurul untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya, serta bersih-bersih dan mencuci pakaian. Susan berharap Nurul bisa datang pagi-pagi sekali karena suami dan anaknya berangkat sekitar jam setengah 8. Jadi sebelum mereka pergi, Nurul sudah harus menyiapkan sarapan untuk mereka.

Untuk sore hari, Nurul harus kembali membersihkan rumah, mengangkat jemuran, bersih-bersih kolam berenang dan halaman sekitar.

"Tapi yang paling penting! Kalau kamu lihat hal yang aneh-aneh, kamu diam saja ya!" Ingat Susan pada Nurul sambil tersenyum nakal.

"Aneh maksudnya gimana Mbak" tanya Nurul penasaran.

"Hihihihi. Ntar kamu juga tau sendiri" kikik Susan bermain rahasia.

Nurul pun tak mau melanjutkan pertanyaannya karena dia tidak mau dianggap tidak sopan. Lebih baik menurut saja dan lakukan seperti apa yang sudah diberitahukan. Toh tugasnya disini adalah sebagai pembantu, bukan tukang gosip yang hobinya cari-cari bahan omongan.

Jadilah dihari berikutnya, Nurul sudah mulai bekerja dirumah Susan sebagai pembantu. jam 6 pagi, Nurul sudah sampai disana dengan diantar langsung oleh Haris suaminya.

"Umi baik-baik saja kan?" Tanya Haris sedikit agak khawatir.

"Iya Bi! Abi tenang aja! Nanti jam 10 Umi bakalan pulang dan ikut nganterin Abi ke bandara"

"Yaudah kalau gitu, hati-hati ya! Assalamualaikum" ucap Haris menstarter motornya.

"Waalaikumsalam" jawab Nurul.

Kemudian setelah kepergian suaminya, Nurul pun melangkah masuk ke dalam rumah dengan menggunakan kunci cadangan yang sudah diberikan Susan padanya.

Langit masih terlihat agak gelap dan biru saat Nurul sudah mulai pekerjaan pertamanya yaitu memasak sarapan pagi untuk kepala keluarga dan si tuan muda.

Dari penuturan Susan, suami dan anaknya sangat suka sarapan dengan nasi goreng dan bubur, untuk itu kali ini Nurul memutuskan untuk memasak nasi goreng saja di hari pertamanya. Karena selain tidak terlalu ribet, bahan-bahannya pun masih gampang dan Nurul tidak perlu belanja ke pasar dulu.

Selang beberapa menit berada di dapur, Nurul dikagetkan dengan sebuah suara "Mmmmm wangi banget" ucapnya berkomentar "kamu yang gantiin Dini ya?" tanya suara pria tersebut.

"I--iya Pak" jawab Nurul canggung dan kaget mendapati kalau sang kepala rumah tangga sudah bangun. Ya, dia adalah Pak Primus.

"Panggil Mas aja! Ketuaan kalau dipanggil bapak" Ucap Pak Primus beranjak duduk di meja makan.

Nurul merasa aneh dengan sikap kedua suami istri yang menjadi majikan barunya ini. Mereka sama sekali tidak mau di panggil dengan sebuatan bapak dan ibu meskipun sebenarnya panggilan tersebut sangat cocok untuk keduanya dan terdengar sopan serta berwibawa.

Pak Primus sudah berusia 50 tahunan lebih, wajahnya sangat mirip dengan aktor kondang Roy Marten yang meski sudah terlihat tua, namun masih menunjukan kharismanya terhadap semua wanita.

Dan untuk Nurul yang masih berumur 26 tahun. pasangan suami istri tersebut sudah cukup dianggap tua meski memang belum tua-tua amat.

"Nama kamu siapa?" Tanya Pak Primus menatap punggung Nurul yang sedang memasak, tatapannya kemudian langsung turun ke arah bongkahan pantat Nurul yang terlihat sangat montok meski terbalut baju kurungnya yang berwarna Pink.

"Nu--Nurul Pak!" Jawabnya sangat gugup. Nurul tidak mengerti kenapa dia merasa seperti sedang di tatap dalam oleh Pak Primus meski dia tidak dapat melihatnya. Bulu kuduknya langsung berdiri tidak nyaman merasakan tatapan tersebut. Namun dia mencoba untuk tidak berbalik badan.

"Ooh Mbak Nurul. Saya Primus!" Ucapnya mencoba berkenalan. Namun karena masih gugup, Nurul pun hanya diam dan terus melanjutkan kegiatannya.

"Kamu gak kepanasan pakai baju seperti itu?" lanjut Pak Primus sudah mencoba mengakrabkan dirinya.

"Enggak Pak! Udah biasa" jawab Nurul berbohong. karena selama ini dia tidak pernah memasak memakai pakaian lengkap seperti ini.

"Hebat ya!! kalau itu Susan pasti udah ngomel-ngomel panas duluan"

"Mungkin gak terbiasa Pak" jawab Nurul singkat. Tidak tau kenapa dia semakin risih saja berdua dengan Pak Primus.

Tapi tampaknya tidak ada tanda-tanda kalau pria tersebut akan pergi, malah sebaliknya, Pak Primus terlihat tertarik dengan sosok Nurul "Kamu udah menikah Mbak???"tanyanya lagi.

"Sudah Pak!"

"Udah punya anak?"

"Belum Pak!"

"Kenapa??"

"Gak tau" jawab Nurul cepat.

Sepersekian detik berikutnya baru dia tersadar "Eh, itu! maksudnya belum! belum rejekinya" jawab Nurul Salah tingkah, entah kenapa dia menanggapi Pak Primus dengan begitu gugup dan debaran jantung yang sangat kencang.


Pak Primus yang melihat tingkah salting dari Nurul, tersenyum nakal "Suami Mbak kurang jago kali bikinnya" pancing Pak Primus langsung.

Karena tidak terima dengan perkataan Pak Primus yang terkesan melecehkan Haris suaminya, Nurul pun membalikkan badannya menatap Pak Primus yang ternyata juga langsung menatap matanya. Akan tetapi amarah yang tadinya ingin dia lepaskan, langsung berubah jadi nyali yang ciut begitu saja ketika dia menatap Pak Primus. tatapannya tersebut sangat lekat hingga membuat Nurul seperti merasa sedang ditelanjangi olehnya.

"Eheeemmm... selamat Pagi" sebuah suara memecah keheningan antara Pak Primus dan Nurul.

"Pagi Sean" balas Pak Primus santai.

Nurul pun segera kembali membalikkan badannya dengan suasana hati yang bergemuruh dan jantung yang begitu kencang, dia tidak menyangka kalau dia hampir saja marah kepada Pak Primus di depan anaknya sendiri. Dan tentu saja itu tidak akan berakhir baik pada pekerjaannya sendiri. Tapi untunglah dia dapat menahan dan tidak terjadi apa-apa.

Selang beberapa menit, Nasi goreng yang dimasak oleh Nurul pun akhirnya matang. Dengan telaten, dia pun menyiapkan dua buah piring serta langsung meletakkannya diatas meja makan.

"Silahkan Pak! Den!" ucap Nurul.

"Loh! Mbak Nurul gak ikutan kita sarapan???" tanya Pak Primus.

Nurul menggeleng kaku "Enggak Pak! saya nanti saja" jawab Nurul melirik ke arah Sean yang sudah mulai menyendok sarapannya. Nurul lebih khawatir apabila nasi goreng buatannya tidak enak dan tak sesuai dengan selera keluarga ini.

Namun tampaknya Nurul tidak perlu khawatir akan hal tersebut karena usai sendokan pertamanya, Sean langsung berkomentar "Nasi gorengnya enak" puji anak lelaki yang berusia 17 tahun tersebut. Tapi dia tidak tidak menatap Nurul ketika dia mengucapkannya.

"Wow! bener banget Sean! nasi gorengnya enak! bahkan lebih enak daripada buatan Dini" ucap Pak Primus yang ternyata juga telah mencicipi Nasi goreng buatan Nurul. dan Dini adalah nama pembantu mereka sebelumnya.

Tapi seketika Sean langsung berhenti makan ketika mendengar nama tersebut diucapkan ayahnya "Itu karena Dini bukan pembantu!!!" bentaknya keras dan memukul meja. Nurul langsung kaget bukan main ketika melihat Sean yang seperti anak Pendiam tersebut, seketika jadi pemarah setelah ayahnya menyebut nama pembantu mereka sebelumnya.

Pak Primus pun tersenyum ke arah Nurul "Biasa! anak remaja emang suka membangkang sama orang tua" Ucap Pak Primus menjelaskan ketika Sean dengan kesal pergi meninggalkan meja makan.

Nurul pun terheran-heran melihat kejadian yang baru saja terjadi di depan matanya.

Sebenarnya, Siapa Dini???????

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Akhwat Yang Ternoda - Part 1"

  1. Immortal Casino Review - Online Slots Casinos 2021 - Shoot
    Immortal casino is a real casino, with a lot choegocasino of different games. 제왕카지노 There are slots and the best games you can play. They have septcasino excellent bonuses  Rating: 4.6 · ‎Review by shootercasino

    ReplyDelete