Muslihat Sang Penakhluk - Part 4

Jam alarm berdering membangunkan ku diwaktu subuh ini, aku yang masih kelelahan secara reflek mematikan jam alarm dan melanjutkan tidurku. Sungguh sangat berat rasanya mataku untuk terbuka.




“Tina.. Tina,, sudah jam 7 dek, ayo bangun, kamu ga berangkat kuliah?” terdengar suara teh Rere membangunkan ku.

“iya teh, ini juga mau bangun kok, aku ada jam kuliah ntar jam 8.” Sahutku yang masih setengah sadar.


Aku pun bangun dan bergegas untuk mandi, sebelum ke kamar mandi aku melewati dapur dan saat sampai di kamar mandi aku kembali merasakan perasaan aneh seperti yang aku rasakan tadi malam.

Entah dari mana datangnya perasaan ini, tubuhkan terasa sngat sensitive, tapi aku berusaha menepisnya, aku langsung membuka semua pakaian ku dan mandi. Setelah mandi aku kembali ke kamar dan bersiap siap untuk berangkat kuliah. Hari ini aku memakai gamis dan jilbab lebar berwarna kuning. Sambil bercermin aku memperhatikan wajah ku yang biasanya kalau keluar tertutup cadar, kali ini wajahku terlihat jelas, dan aku perhatikan ternyata aku memliki wajah yang manis. Entah bisikan darimana aku memutuskan hari ini berangkat kuliah tanpa memakai cadar.

Setelah semua beres aku kembali ke dapur dan di meja makan Aa Qori dan teh Rere sudah menunggu ku untuk makan sarapan bersama. Meski memiliki anak bayi teh Rere tidak pernah lupa untuk selalu mengerjakan pekerjaan rumah, termasuk membuat sarapan. Saat sedang makan lagi lagi aku merasakan gelisah, dan sesekali juga aku melihat Aa Qori curi curi pandang kearah ku. Bukannya merasa marah atau risih, entah kenapa aku malah merasa bangga setiap ada mata lelaki yang memandangiku. Menurut ku Aa Qori adalah termasuk laki laki idaman, selain sholeh dia jg sangat menyayangi pasangannya, hal itu yang membuat ku kagum padanya. Memikirkan Aa Qori semakin membuatku merasa gelisah, buru buru aku menghabiskan sarapan ku dan aku langsung berpamitan untuk berangkat kuliah.





Perkuliahan berjalan seperti biasanya, hingga tak terasa matahari sudah mulai condong ke arah barat. Hari sudah sore dan akupun pulang. Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan badan ku. Sesaat aku merasakan ada yang janggal, benar saja aku melihat sebuak Kotak bingkisan di pojok kamar ku, seingat ku benda itu tidak ada tadi pagi sebelum aku berangkat kuliah, entah siapa yang menuruhnya di situ aku tidak tahu. Aku lebih merasa penasaran dengan isi yang ada di dalam kotak tersebut. Karna penasaran aku langsung membuka isi kotak tersebut dan ternyata di dalam kotak itu ada sebuah pakaian dan secarik kertas, pakaian itu, adalah pakaian yang sangat tabu menurut ku dan keluarga ku yang sangat taat agama ini, bahkan sebelumnya aku tidak pernah membelinya. Pakaian itu adalah tanktop. Aku langsung menaruh pakaian tabu itu ke dalam kotak lagi, lalu aku mengambil secarik kertas yang ada di dalam kotak, ada beberapa kalimat yang tidak aku mengerti.



“Ajining Rogo soko busono” itulah kata kata yang tidak aku mengerti



Sesaat setelah membaca kalimat yang tidak aku mengerti itu, badanku terasa sangat gerah.

Dan aku perhatikan kertas tadi di bagian bawah ada tulisan kecil,

“pakailah aku.!!”

Deeegg.. mata ku langsung tertuju pada tanktop yang aku taruh di dalam kotak tadi.



Gerah, semakin panas aku merasakan tubuhku ini, aku yang masih memakai gamis panjang dan jilbab lebar langsung aku buka satu persatu hingga menyisakan bra dan Cd saja yang menutupi dada dan vaginaku. Dibagian dadaku masih terasa panas dan akhirnya aku melepaskan bra ku juga.

Sesaat setelah aku melepas semua pakaian ku kecuali Cd ku, aku mendengar sebuah bisikan, entah dari mana datangnya.
“pakailah aku.!! Pakailah aku.!!” Bisikan bisikan itu terasa merasuki otak ku.

Ku lihat tanktop tadi dan tanpa berfikir panjang aku langsung memakainya. Benar saja seperti dugaan ku, suhu badanku terasa semakin menurun dan tidak terasa panas lagi.
Akan tetapi beberapa menit kemudian payudaraku terasa gatal, dan semakin gatal. Lebih tepatnya putingku terasa sangat gatal sekali, reflek kedua tangan ku langsung meremas remas kudua payudaraku dan sesekali mengelus elus putting ku yang sangat gatal ini. Nafasku terengah engah tak beraturan, entah apa yang sedang terjadi pada tubuh ku ini, rasa gatal, geli, nikmat semuanya bercampur aduk menjadi satu dan menciptakan sensasi yang belum pernah aku rasakan, seolah menghipnotisku untuk terus melanjutkan aksiku ini.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Muslihat Sang Penakhluk - Part 4"

Post a Comment