Jam
alarm berdering membangunkan ku diwaktu subuh ini, aku yang masih kelelahan
secara reflek mematikan jam alarm dan melanjutkan tidurku. Sungguh sangat berat
rasanya mataku untuk terbuka.
“Tina..
Tina,, sudah jam 7 dek, ayo bangun, kamu ga berangkat kuliah?” terdengar suara
teh Rere membangunkan ku.
“iya
teh, ini juga mau bangun kok, aku ada jam kuliah ntar jam 8.” Sahutku yang
masih setengah sadar.
Aku
pun bangun dan bergegas untuk mandi, sebelum ke kamar mandi aku melewati dapur
dan saat sampai di kamar mandi aku kembali merasakan perasaan aneh seperti yang
aku rasakan tadi malam.
Entah
dari mana datangnya perasaan ini, tubuhkan terasa sngat sensitive, tapi aku
berusaha menepisnya, aku langsung membuka semua pakaian ku dan mandi. Setelah
mandi aku kembali ke kamar dan bersiap siap untuk berangkat kuliah. Hari ini
aku memakai gamis dan jilbab lebar berwarna kuning. Sambil bercermin aku
memperhatikan wajah ku yang biasanya kalau keluar tertutup cadar, kali ini
wajahku terlihat jelas, dan aku perhatikan ternyata aku memliki wajah yang
manis. Entah bisikan darimana aku memutuskan hari ini berangkat kuliah tanpa
memakai cadar.
Setelah
semua beres aku kembali ke dapur dan di meja makan Aa Qori dan teh Rere sudah
menunggu ku untuk makan sarapan bersama. Meski memiliki anak bayi teh Rere
tidak pernah lupa untuk selalu mengerjakan pekerjaan rumah, termasuk membuat
sarapan. Saat sedang makan lagi lagi aku merasakan gelisah, dan sesekali juga
aku melihat Aa Qori curi curi pandang kearah ku. Bukannya merasa marah atau
risih, entah kenapa aku malah merasa bangga setiap ada mata lelaki yang
memandangiku. Menurut ku Aa Qori adalah termasuk laki laki idaman, selain
sholeh dia jg sangat menyayangi pasangannya, hal itu yang membuat ku kagum
padanya. Memikirkan Aa Qori semakin membuatku merasa gelisah, buru buru aku
menghabiskan sarapan ku dan aku langsung berpamitan untuk berangkat kuliah.
Perkuliahan
berjalan seperti biasanya, hingga tak terasa matahari sudah mulai condong ke
arah barat. Hari sudah sore dan akupun pulang. Sesampainya di rumah aku
langsung masuk ke kamar dan merebahkan badan ku. Sesaat aku merasakan ada yang
janggal, benar saja aku melihat sebuak Kotak bingkisan di pojok kamar ku,
seingat ku benda itu tidak ada tadi pagi sebelum aku berangkat kuliah, entah
siapa yang menuruhnya di situ aku tidak tahu. Aku lebih merasa penasaran dengan
isi yang ada di dalam kotak tersebut. Karna penasaran aku langsung membuka isi
kotak tersebut dan ternyata di dalam kotak itu ada sebuah pakaian dan secarik
kertas, pakaian itu, adalah pakaian yang sangat tabu menurut ku dan keluarga ku
yang sangat taat agama ini, bahkan sebelumnya aku tidak pernah membelinya.
Pakaian itu adalah tanktop. Aku langsung menaruh pakaian tabu itu ke dalam
kotak lagi, lalu aku mengambil secarik kertas yang ada di dalam kotak, ada
beberapa kalimat yang tidak aku mengerti.
“Ajining
Rogo soko busono” itulah kata kata yang tidak aku mengerti
Sesaat
setelah membaca kalimat yang tidak aku mengerti itu, badanku terasa sangat
gerah.
Dan
aku perhatikan kertas tadi di bagian bawah ada tulisan kecil,
“pakailah
aku.!!”
Deeegg..
mata ku langsung tertuju pada tanktop yang aku taruh di dalam kotak tadi.
Gerah,
semakin panas aku merasakan tubuhku ini, aku yang masih memakai gamis panjang
dan jilbab lebar langsung aku buka satu persatu hingga menyisakan bra dan Cd
saja yang menutupi dada dan vaginaku. Dibagian dadaku masih terasa panas dan
akhirnya aku melepaskan bra ku juga.
Sesaat
setelah aku melepas semua pakaian ku kecuali Cd ku, aku mendengar sebuah
bisikan, entah dari mana datangnya.
“pakailah
aku.!! Pakailah aku.!!” Bisikan bisikan itu terasa merasuki otak ku.
Ku
lihat tanktop tadi dan tanpa berfikir panjang aku langsung memakainya. Benar
saja seperti dugaan ku, suhu badanku terasa semakin menurun dan tidak terasa
panas lagi.
Akan
tetapi beberapa menit kemudian payudaraku terasa gatal, dan semakin gatal.
Lebih tepatnya putingku terasa sangat gatal sekali, reflek kedua tangan ku
langsung meremas remas kudua payudaraku dan sesekali mengelus elus putting ku
yang sangat gatal ini. Nafasku terengah engah tak beraturan, entah apa yang
sedang terjadi pada tubuh ku ini, rasa gatal, geli, nikmat semuanya bercampur
aduk menjadi satu dan menciptakan sensasi yang belum pernah aku rasakan, seolah
menghipnotisku untuk terus melanjutkan aksiku ini.
0 Response to "Muslihat Sang Penakhluk - Part 4"
Post a Comment