Hari
ini aku menyiapkan sarpan untuk suamiku dan Tina. Suamiku sedang mandi dan
bersiap siap untuk berangkat ke kantor, sedangkan aku masih di dapur
mempersiapkan sarapan. Saat aku tengah sibuk menggoreng tiba tiba ada sepasang
tangan dari belakang memelukku dan meremas remas kedua payudaraku. Aku langsung
terperanjat kaget kerena sentuhan itu, ku toleh kebelakang ternyata itu tangan
Aa Qori yang sangat nakal, kulihat dia baru saja selesai mandi dan hanya
memakai handuk, terus diremasnya payudaraku yang hanya tertutup baju kurung dan
jilbab lebar ini tanpa terhalang dalaman apapun. Sejak suamiku mengijinkan Tina
tinggal di rumah ini dia memintaku sebuah syarat untuk tidak mengenakan dalaman
saat sedang di rumah. Seperti pagi ini yang dengan bebasnya tangan nakal
suamiku mengerjai payudaraku. Entah kenapa pagi ini gairah ku juga sudah terasa
meninggi, diperlakukan seperti itu membuatku tidak fokus memasak dan mendesah
seperti orang kepedasan. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, di saat gairah ku
semakin meninggi suamiku malah menghentikan aksinya dan beranjak ke kamar
meninggalkan ku di dapur sendirian. Sedikit kesal dengan tingkah nakal suamiku
yang seenaknya saja menjaili istrinya ini. Aku pun melanjutkan memasak. Setelah
semua siap suamiku dan Tina datang ke meja makan, kamipun memulai sarapan.
Ku
lihat Tina terburu buru saat makan, mungkin dia sedang buru buru karna ada
urusan di kampus, pikirku. Suamiku juga nampaknya sudah selesai makan dan
bersiap untuk berangkat ke kantor.
Setelah
suamiku berangkat aku berniat untuk mandi, tiba tiba terdengar suara ketukan
pintu dari depan rumah. Segera aku menuju depan dan membukakan pintu rumah.
saat itu aku mengenakan baju kurung berbahan tipis warna biru dan jilbab hitam.
Tapi semua itu sepertinya tidak mampu menyembunyikan kecantikan wajah ku dan
kesintalan tubuhku. Memang biasanya kalau keluar rumah aku memakai cadar atau
minimal masker, tapi tidak ketika sedang di rumah. ku lihat kakek Dewo dan dua
teman kerjanya terlihat sedikit bengong melihat kearahku. Apalagi siluet dari
cahaya di dalam rumah memperlihatkan gambar samar dari tubuh seorang Resa Rere
yang terlihat menembus jubah tipisnya. Mereka bertiga memandang dan sekali
menelan ludah melihat pemandangan ini. Aku yang mulai sadar akan apa yang
terjadi segera aku masuk ke dalam rumah dan agak menjauh dari mereka seraya
mempersilahkan mereka bertiga ke belakang rumah untuk melanjutkan renovasi.
“Permisi
ya Mbak, kita mau nerusin kerja di belakang..” kata kakek Dewo setelah agak
lama berusaha menelanjangi tubuhku dengan pandangan matanya. Begitu juga kedua
orang temannya.
“Oh
silahkan…!!” kataku agak kikuk
Tidak
lama kemudian mereka ke belakang, dan aku juga bersiap untuk mandi karena dari
tadi sudah terasa gerah. Setelah mandi aku langsung menuju ke kamarku. Aku
mengenakan pakaian lengkap dengan rok panjang garis garis dan jubah dipadu
jilbab lebar warna pink.
Meski
sudah mandi tapi rasa gerah dan sedikit panas ini masih saja terasa. Akupun
membuka jendela kamarku agar ada udara segar yang masuk. Namun ketika baru saja
aku membuka jendela, tidak sengaja aku melihat kakek Dewo yang sedang berdiri
menghadap tembok pagar samping rumah ku, kulihat kakek Dewo sedang berusaha
membuka celananya, dan alangkah terkejutnya aku menyaksikan bagaimana kakek
Dewo kencing. Dengan jelas aku dapat melihat betapa besarnya penis kakek Dewo
yang bahkan sangat besar dibandingkan milik suamiku Aa Qori. Satu satunya
kesalahan ku adalah secara reflek aku menutup mulutku, bukan mataku. Setelah
selesai kencing kakek Dewo terlihat mengurut dan mengelus elus penisnya,
semakin besar dan semakin besar lagi hingga kini penis itu sudah berdiri tegak
dengan otot otot yang berurat mengitarinya. Aku terkesima dengan penis kakek
Dewo sampai tidak sadar kalau siempunya sedang memandangku.
“Eheeemm…
ada apa mbak..?” suara kakek Dewo menyadarkan ku.
Aku
terkejut dan malu sehingga cepat cepat menutup jendela sambil nafas terengah
engah. Seketika diriku diliputi perasaan aneh, karena sebagai wanita muslimah
yang taat, belum pernah aku melihat penis laki laki lain selain punya suamiku.
Akhirnya aku memutuskan untuk bermain dengan putri kecilku yang sedang tidur di
keranjang bayi, tetapi tetap saja tidak dapat hilang. Sebagai seorang yang
ingin taat terhadap suami, aku merasa malu untuk mengakui, bahwa sebenarnya
tanpa aku sadari, gairahku naik oleh pemandangan tadi.
0 Response to "Muslihat Sang Penakhluk - Part 5"
Post a Comment