Muslihat Sang Penakhluk - Part 5

Hari ini aku menyiapkan sarpan untuk suamiku dan Tina. Suamiku sedang mandi dan bersiap siap untuk berangkat ke kantor, sedangkan aku masih di dapur mempersiapkan sarapan. Saat aku tengah sibuk menggoreng tiba tiba ada sepasang tangan dari belakang memelukku dan meremas remas kedua payudaraku. Aku langsung terperanjat kaget kerena sentuhan itu, ku toleh kebelakang ternyata itu tangan Aa Qori yang sangat nakal, kulihat dia baru saja selesai mandi dan hanya memakai handuk, terus diremasnya payudaraku yang hanya tertutup baju kurung dan jilbab lebar ini tanpa terhalang dalaman apapun. Sejak suamiku mengijinkan Tina tinggal di rumah ini dia memintaku sebuah syarat untuk tidak mengenakan dalaman saat sedang di rumah. Seperti pagi ini yang dengan bebasnya tangan nakal suamiku mengerjai payudaraku. Entah kenapa pagi ini gairah ku juga sudah terasa meninggi, diperlakukan seperti itu membuatku tidak fokus memasak dan mendesah seperti orang kepedasan. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, di saat gairah ku semakin meninggi suamiku malah menghentikan aksinya dan beranjak ke kamar meninggalkan ku di dapur sendirian. Sedikit kesal dengan tingkah nakal suamiku yang seenaknya saja menjaili istrinya ini. Aku pun melanjutkan memasak. Setelah semua siap suamiku dan Tina datang ke meja makan, kamipun memulai sarapan.
Ku lihat Tina terburu buru saat makan, mungkin dia sedang buru buru karna ada urusan di kampus, pikirku. Suamiku juga nampaknya sudah selesai makan dan bersiap untuk berangkat ke kantor.




Setelah suamiku berangkat aku berniat untuk mandi, tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dari depan rumah. Segera aku menuju depan dan membukakan pintu rumah. saat itu aku mengenakan baju kurung berbahan tipis warna biru dan jilbab hitam. Tapi semua itu sepertinya tidak mampu menyembunyikan kecantikan wajah ku dan kesintalan tubuhku. Memang biasanya kalau keluar rumah aku memakai cadar atau minimal masker, tapi tidak ketika sedang di rumah. ku lihat kakek Dewo dan dua teman kerjanya terlihat sedikit bengong melihat kearahku. Apalagi siluet dari cahaya di dalam rumah memperlihatkan gambar samar dari tubuh seorang Resa Rere yang terlihat menembus jubah tipisnya. Mereka bertiga memandang dan sekali menelan ludah melihat pemandangan ini. Aku yang mulai sadar akan apa yang terjadi segera aku masuk ke dalam rumah dan agak menjauh dari mereka seraya mempersilahkan mereka bertiga ke belakang rumah untuk melanjutkan renovasi.



“Permisi ya Mbak, kita mau nerusin kerja di belakang..” kata kakek Dewo setelah agak lama berusaha menelanjangi tubuhku dengan pandangan matanya. Begitu juga kedua orang temannya.



“Oh silahkan…!!” kataku agak kikuk



Tidak lama kemudian mereka ke belakang, dan aku juga bersiap untuk mandi karena dari tadi sudah terasa gerah. Setelah mandi aku langsung menuju ke kamarku. Aku mengenakan pakaian lengkap dengan rok panjang garis garis dan jubah dipadu jilbab lebar warna pink.

Meski sudah mandi tapi rasa gerah dan sedikit panas ini masih saja terasa. Akupun membuka jendela kamarku agar ada udara segar yang masuk. Namun ketika baru saja aku membuka jendela, tidak sengaja aku melihat kakek Dewo yang sedang berdiri menghadap tembok pagar samping rumah ku, kulihat kakek Dewo sedang berusaha membuka celananya, dan alangkah terkejutnya aku menyaksikan bagaimana kakek Dewo kencing. Dengan jelas aku dapat melihat betapa besarnya penis kakek Dewo yang bahkan sangat besar dibandingkan milik suamiku Aa Qori. Satu satunya kesalahan ku adalah secara reflek aku menutup mulutku, bukan mataku. Setelah selesai kencing kakek Dewo terlihat mengurut dan mengelus elus penisnya, semakin besar dan semakin besar lagi hingga kini penis itu sudah berdiri tegak dengan otot otot yang berurat mengitarinya. Aku terkesima dengan penis kakek Dewo sampai tidak sadar kalau siempunya sedang memandangku.





“Eheeemm… ada apa mbak..?” suara kakek Dewo menyadarkan ku.



Aku terkejut dan malu sehingga cepat cepat menutup jendela sambil nafas terengah engah. Seketika diriku diliputi perasaan aneh, karena sebagai wanita muslimah yang taat, belum pernah aku melihat penis laki laki lain selain punya suamiku. Akhirnya aku memutuskan untuk bermain dengan putri kecilku yang sedang tidur di keranjang bayi, tetapi tetap saja tidak dapat hilang. Sebagai seorang yang ingin taat terhadap suami, aku merasa malu untuk mengakui, bahwa sebenarnya tanpa aku sadari, gairahku naik oleh pemandangan tadi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Muslihat Sang Penakhluk - Part 5"

Post a Comment