Badan Enak Mahasiswi - Part 8

Beberapa hari setelah pesta malam di markas BD, Firda mengalami perubahan pesat. Ia lebih banyak merenung sambil sesekali mengerjakan revisian skripsi nya di ruang BEM. Apalagi ia juga diancam oleh BD untuk menuruti semua keinginan mereka atau video pesta sex nya disebar. Hal itu membuat Nabila dan Dea cemas, mereka berdua kemudian memberi Firda dispensasi demi kelancaran skripsinya. “Kak Firda kenapa akhir-akhir ini ga secerah biasanya ?” sapa Nadya. “Biasa dek. Nanti semester akhir juga bakal ngerti.” jawab Firda. “Eh lagi skripsian kak ? Maaf ganggu. Aku peluk nih biar kak Firda ga marah.” Nadya memeluk Firda. Biasanya, Firda akan meladeni dengan mengusap kepala Nadya. Sejak ia dijadikan budak sex, sensasi pelukan Nadya menjadi sesuatu yang berbeda dari Firda. “Hm… anu Nad. Aku lagi sibuk. Maaf ya.” ujar Firda melepas pelukan Nadya. “Okey kak ! Semangat skripsiannya. Aku mau ke kelas dulu.”. Firda tersenyum namun dalam hatinya ia teriris membayangkan gadis sepolos Nadya akan dijadikan bahan mainan BD.




Ruang BEM saat itu sepi karena semua nya sedang di kelas. Hanya Firda yang sedang mengerjakan revisi skripsi karena semester itu ia hanya mengambil skripsi. Saat sedang asyik mengerjakan revisi, Firda kepikiran pesta sex di tempat BD. Sebenarnya ia ingin sekali melupakan kejadian yang sangat mengerikan itu, namun ia sering teringat sensasi sodokan Mr Hans dan para anngota Black Dimension keluar masuk vagina dan anusnya. Tubuh Firda mulai gerah dan vaginanya gatal. Tanpa sadar, tangan Firda bergerak sendiri menyusuri gamis yang ia kenakan. Lalu ia remas payudaranya dari luar sambil mendesah kecil. Tangan yang satunya masuk ke rok panjangnya lalu ia menekan-nekan jarinya di selangkangan yang tertutup legging hitam namun ia tidak mengenakan celana dalam. Saat asyik memuaskan diri, tiba-tiba telpon nya berbunyi. Firda terkejut dan reflek merapikan pakaiannya. Ia mengangkat telpon itu dan ternyata Mr. Hans yang menelpon Firda. “Halo sayang… nanti dua jam lagi ke rumah saya untuk bimbingan.” sapa Hans. “Tu..tunggu pak, saya masih merapikan sedikit. Sebentar lagi selesai…” ujar Firda panik. “Kamu gimana sih ? Kemarin ngapain aja ?” ujar Hans. “Kemarin saya diperkosa sama bapak dan anak-anak BD.” ujar Firda dalam hati. “I..iya pak saya nanti kesana tapi agak telat.” balas Firda. Firda kemudian melihat sekeliling. “Nanti aku kasih jatah deh pak. Yah…” ujar Firda manja. “Oke sayang, kutunggu yah.” balas Hans. Kemudian Firda menutup telepon dan melanjutkan tugasnya.

Setelah mengerjakan tugas, Firda berangkat ke alamat sebuah rumah yang terletak di perumahan mewah. “Ternyata orang kaya…” batin Firda. lamunan nya buyar ketika Hans sudah membuka pintu gerbang. “Yuk masuk.” goda Hans. Firda tersenyum lalu mengaduh kecil saat Hans meremas pantat Firda yang tercetak di balik rok panjangnya. “Ih bapak.” gerutu Firda. Setelah dirasa aman, Hans membopong Firda lalu dibawa masuk ke rumah. Saat masuk ke rumah, Firda kembali dibuat takjub dengan rumah yang luas dan diisi perabotan mahal. “Kamu mulai sekarang harus nurutin saya kalo mau lulus. Pertama, di rumah saya kamu harus melepas pakaian kamu kecuali jilbab kamu gapapa kamu pakai.” ujar Hans. Firda tertegun lalu ia menyilangkan tangannya. Hans yang paham maksud Firda kemudian ia peluk sambli meremas pantat Firda yang montok. “Kamu mau lulus kan ? Ikutin aja kata-kata saya.” bisik Hans. “mmh… iya pak.. udah lepas..” balas Firda. Kemudian, Firda melepas gamis dan rok panjangnya lalu legging dan BH nya juga dilepas. “Kamu gapake celana dalam yah ? Nakal juga kamu.” ledek Hans. “Habisnya, kalo gatel bisa cepet pak.” ujar Firda malu-malu.

Di rumah yang besar, Hans hanya tinggal sendiri. Satpam dan pembantunya tinggal di rumah yang berbeda dan lokasi nya cukup jauh dari rumah Hans. Bisa dikatakan, rumah Hans adalah rumah terbesar dengan halaman terluas setara kebun raya. Sebagai dosen dan salah satu pemegang saham, semua bisa dibeli olehnya termasuk wanita. Hans takjub melihat tubuh Firda yang wangi dan terawatt dengan baik. Ia kemudian mulai memegang pinggul Firda dan akan menciumnya. “Pak… jangaannhh..” ujar Firda. Hans tidak mendengarkan dan langsung menyosor bibir Firda. “mmhh… ssshhh… mmm…” Firda membalas ciuman Hans dan mereka beradu lidah. Hans melepas ciumannya diikuti tetesan air liur dari mulut mereka berdua.

Hans merebahkan tubuh Firda lalu ia lebarkan kedua kakinya. “Paakkk…” ujar Firda. Walau Firda ingin melawan, namun tubuhnya justru memberi respon lain degan menuruti gerakan Hans. Hans mengeluarkan sesuatu dari kantong celana nya lalu ia jejali ke mulut Firda. Hans menurup mulut Firda supaya ia menelan benda itu. Setelah benda itu tertelan, tubuh Firda mulai menghangat dan putingnya juga mengeras. “Paakk… nnggh…” desahan Firda mulai terucap dari mulutnya. Hans memulai dengan memasukkan jarinya ke vagina Firda kemudian diobok dengan lembut. “Aaahhh… paakk…” Firda menggoyangkan pinggulnya. “Ternyata efeknya manjur juga.” batin Hans sambil mengobok vagina Firda. “Ooohh… terusshh… eeemhhh…” Firda mengeraskan desahannya. “Teruslah sayang… teriaklah dengan keras…” goda Hans sambil mempercepat obokannya. “Paaakkk… Firdaaa… aaaakhhhh..” tubuh Firda mengejang dan vaginanya memuncratkan cairan bening.

Setelah orgasme, Firda semakin terangsang lalu ia menggulingkan tubuhnya. Hans yang melihat reaksi Firda mulai menggodanya lebih jauh. “Paakk… masukiinnn lagi…” erang Firda. “Masukin apa ?” goda Hans. “Ituuhhh… mmhh… pokoknya masukiin…” wajah Firda memerah memasang tampang mupeng. Hans kemudian melepas seluruh pakaiannya dan penisnya yang tegak mengacung kearah Firda. Tanpa disuruh, Firda menghampiri penis Hans lalu ia elus-elus sambil sesekali dijilatnya. “Masukin iniihhh…” pinta Firda. Hans mengelus kepala Firda seperti peliharaan. “Bagus… ayo isep dulu… nanti aku masukin…” goda Hans. Firda kemudian mengulum penis Hans dan ia maju mundurkan kepalanya sambil mengocok. Tangan Firda yang lembut serta gerakan bibir dan lidah Firda membuat Hans semakin melayang. “Uhh… isep lagi sayang… mmhhh…” Hans berusaha mengontrol dirinya supaya tidak cepat orgasme. Kuluman Firda semakin liar sambil tangannya memijit-mijit penis Hans. “Firdaa… ooohhh… nice…” erang Hans menikmati servis dari Firda.

Tidak ingin terlena dengan mulut Firda, Hans melepaskan diri lalu ia gendong Firda ke kamarnya. Setelah di kamar, Hans melempar Firda ke ranjangnya yang berukuran king size yang diberi hiasan-hiasan di bagian atasnya. Firda kemudian langsung mengangkat kakinya dan membuka selangkangannya lebar-lebar. Hans kemudian menidih tubuh Firda dan menciumnya kembali. Setelah itu, Hans mendorong penisnya masuk ke lubang vagina Firda yang sudah becek. “Masukk… yeeesshhh…. Mmmhh…” erang Firda setelah seluruh penis Hans menerobos masuk hingga mentok. “Mau main halus atau kasar ?” bisik Hans. “Terserah bapakkk… puasin memek aku paaakkk…” desah Firda yang sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya. Hans kemudian langsung menggenjot Firda dengan cepat lalu melambat dan dipercepat lagi setiap 50 sodokkan. “ooouhhh… eeehhh…. Haaahhh…” Firda mengerang keras sambil menggoyang pinggulnya. Setelah 15 menit, Hans melepas penisnya lalu membalik tubuh Firda. Kemudian, Hans menyodok lagi penisnya ke vagina Firda sambil meremas payudaranya yang menggantung.

Selama setengah jam, Hans menyetubuhi Firda dari belakang. “Ohhh… pak… yeesss…” desah Firda menikmati sodokkan Hans. “Memek kamu sempit banget…. Auhhh… padahal udah dijebol.” Hans menyodok-nyodok penisnya dengan cepat. Saat kedua insan ini akan klimaks, handphone Firda tiba-tiba berbunyi. “Ohh…paakk… angkat telpon dulu yah…” pinta Firda. Namun Hans semakin mempercepat genjotannya hingga ia mencapai orgasme. “Aahh… Fir….” Hans memuncratkan spermanya. “nnggghh… bapak nakalhh…” desah Firda yang ambruk ditimpa Hans dari belakang. Kedua insan ini kemudian menikmati orgasme mereka dengan posisi Hans menidih Firda dari belakang. Setelah itu, mereka berdua makan malam dan Firda melaksanakan bimbingan dengan Hans dengan tubuh yang masih telanjang. “Udah malam nih. Nginep disini ya ?” goda Hans. “Mhh… jangan pak.. nanti istri bapak pulang.” balas Firda. “Disini hanya aku yang tinggal sayangku.” goda Hans. “mmmhhh… boleh deh.” ujar Firda sambil menjilati pulpennya. Malamnya, Hans kembali menidih Firda dan melanjutkan permainan beronde-ronde semalaman. Entah sudah berapa kali vagina Firda diisi ulang oleh sperma Hans yang staminanya sangat kuat. “Udah pak… capek nih..” ujar Firda. “Nanggung sekali lagi ya, ujar Hans. “Aku tidur nih… bapak sodok aja sambil aku tidurr..” ujar Firda. Setelah tiga muncratan sperma, Hans kelelahan lalu ia terkapar di sebelah Firda yang sudah tertidur. Hans menarik selimut di kasurnya lalu ia menutupi tubuh mereka berdua. Tak lupa Hans tidur sambil memeluk Firda. Pagi harinya, Hans terbangun dan melihat Firda yang masih tertidur karena kelelahan. Hans menyiapkan sarapan sambil menyiapkan sejumlah uang. Beberapa saat kemudian, Firda terbangun dan ia duduk di ranjang Hans sambil meratapi kejadian semalam. Ia menyesal karena ia tidak bisa menahan nafsu setiap melihat penis lelaki. Ia menoleh ke sebelahnya dan rupanya Hans sudah berangkat. Ia melihar amplop lalu ia buka dan berisi uang saku dan sebuah surat. “Buat biaya print revisi kamu tuh. Canda, kamu tinggal disini ya sekarang buat nemenin bapak. Kita nanti bisa main sepuasnya.” setelah membaca surat itu, Firda memeluk surat tersebut sambil tersenyum. Saat Firda mengecek handphone, sudah ada puluhan miscall dari Dea dan Nabila serta beberapa message dari Nadya yang berisi sticker penyemangat. Firda tersenyum lalu ia ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Organisasi keamanan kampus merupakan salah satu organisasi segitiga emas di Universitas Pelita Nusantara. Akhir-akhir ini, hubungan mereka dengan BEM mengalami masalah sejak kebijakan pemangkasan anggaran. Wann, sang ketua kini sedang menunggu seseorang di ruang mapala bersama Peter. Mereka sedang menunggu Ratu, bawahan Dea di kabinet srikandi. Ratu seorang akhwat yang tubuhnya agak pendek namun memiliki kekuatan fisik di atas rata-rata. Berbeda dengan Sofi yang membawa senjata, Ratu bertarung dengan tangan kosong. Ia menguasai beberapa jenis beladiri karena sejak SMP sudah membiasakan diri berlatih. Bersama Wann, Ratu merupakan anggota organisasi keamanan kampus dan juga ikut kegiatan mapala. Mereka berdua dikenal sebagai raja dan ratu penakluk alam.

Beberapa saat kemudian, Ratu datang dengan setelan sporty khasnya yaitu hijab beserta training dan kaos lengan panjang. “Gimana ? Mau langsung jalan ?” sapa Ratu. “Iya deh. Biar ga kemaleman pulangnya nanti gue dibentak sama emak lu si Dea.” ujar Wann. Dengan mobil Peter, mereka bertiga berangkat ke sebuah kawasan perkemahan untuk survey pelatihan kepemimpinan. Setelah sampai di lokasi, Wann dan Ratu berkeliling sementara Peter menuju ke arah lain untuk mempersiapkan rencana Wann.

Udara sejuk di daerah perkemahan tersebut membuat perjalanan Wann dan Ratu tak terasa sudah cukup jauh dari kawasan kemah dan akan memasuki hutan. “Eh Wann, kita ga kejauhan nih jalan ?” ujar Ratu sambil berkeliling. Walau Wann ingin segera menyergap Ratu, ia sadar Ratu pasti sudah waspada sehingga ia menunggu Peter menjalankan aksinya. “Kita balik lagi aja deh.” Wann mengajak Ratu kembali ke kawasan. Saat Ratu akan berbalik badan, sebuah pukulan mendarat di tengkuk Ratu dan membuatnya ambruk. Peter yang bersembunyi di balik semak sukses melumpuhkan Ratu untuk sementara. Dengan sigap, mereka berdua membawa Ratu ke sebuah goa dekar air terjun.

Sesampainya di goa, semua pakaian Ratu dilucuti hingga tersisa jilbabnya. Wann menyalakan kamera HP dan memotret setiap sudut tubuh Ratu yang mulus tanpa busana. Sesekali Wann juga menampari payudara dan pinggul Ratu. “Peter, lo bawa kopernya ?” ujar Wann. Peter membuka koper berisi sejumlah obat dan alat suntik. “Biar ga repot, kita kasih ini dulu.” Wann menyuntikkan obat perangsang di lengan Ratu yang masih pingsan. Peter kemudian mencipratkan air ke wajah Ratu hingga ia terbangun sambil memegangi tubuh kecilnya.

Ratu terkejut saat mendapati dirinya sudah tanpa busana dan dipeluk oleh seorang laki-laki. “Heh ! apa-apaan ini ! Lepasin !” Walau disuguhi obat perangsang, naluri petarungnya masih ada sehingga Ratu berusaha meronta. Wann mengambil kembali alat suntik dan memasukkan obat perangsang lagi ke lengan Ratu sebanyak tiga kali. “Aaauhhh…” lenguh Ratu menahan sakit. Wann langsung mengoles jarinya dengan salep lalu ia masukkan jarinya ke vagina Ratu yang sedikit basah akibat efek obat perangsang. “Wann… lo mau apain … aaaihhh..” pertahanan Ratu mulai goyah dan Peter ikut memanaskan tubuh Ratu dengan meremas-remas payudaranya. “Ooohhh… geli…. Udah… aaahhh…” desah Ratu.

Setelah setengah jam melakukan pemanasan, wajah Ratu sudah memerah dan vagina nya sudah sangat becek. “oohhh… masukiinnn… ayooo…” desah Ratu yang sudah dibawah pengaruh obat terangsang tersebut. Wann masih memain-mainkan kepala penisnya di bibir vagina Ratu sementara Peter sudah berdiri di dekat mereka sedang merekam. “Masukin gak ya ???” goda Wann. “Cepeettt… mmhhh…” Ratu menggoyang pinggulnya. Wann mulai memasukkan penisnya kedalam vagina Ratu, namun ia keluarkan lagi. “Aahh… ayo masukiinn penisnya…” pinta Ratu yang sudah sange berat. “Penis ? Ini kontol. Coba sebut kontol baru gue masukkin.” ledek Wann sambil kembali menggesek penisnya di bibir vagina Ratu. “Iyaahh… kontooll… ayo masukiinn kontolnyahhh…” desahan Ratu semakin liar, sementara Wann masih asyik mempermainkan nafsunya. Tanpa basa-basi, Wann langsung menyodok masuk penisnya dengan kasar. “Aaauhhh… sakiiittt… aaaihh…” Ratu berteriak saat penis Wann membobol paksa vaginanya yang masih perawan. “Tuh langsung gue masukin sampe mentok. Sekarang lo tahan.” Wann langsung memaju mundurkan penisnya dengan cepat diiringi teriakan Ratu. Karena lokasi goa sangat jauh dari kawasan perkemahan, tidak ada orang lain yang mendengar selain mereka bertiga. “Ampuunnn…. Oohhh… iyaahhh… sakiittt..” teriak Ratu. “Ayo teriak yang keras… jadi makin on fire gue.” genjotan Wann semakin menggila. Beberapa menit kemudian, Wann menyodok penisnya dalam-dalam. “Shiittt… gue keluar…. Gue bikin bunting lo… oohh…” Wann menyemprotkan sperma sambil menyodok-nyodok vagina Ratu. “Aahh… uuhhhh…ssshhh” suara Ratu mulai melemah tanda kelelahan. Wann mencabut penisnya lalu ia bersihkan menggunakan mulut dan hijab Ratu. Ratu terkapar dan vaginanya masih berkedut-kedut mengeluarkan lelehan sisa sperma dan darah.

Setelah beristirahat, Wann kembali mengenakan pakaiannya. “Bro, your turn.” Wann mengambil kamera Peter. Peter yang sudah bersemangat langsung membuka semua pakaiannya dan menghampiri Ratu. “Hai. Mau rasakan genjotan bule ?” goda Peter sambil memencet payudara Ratu. “uuuhhh…. Capeekk… tapi mau…” desah Ratu. “Gue bilang apa. Stamina doi kuat.” ujar Wann. Peter langsung membelakangi Ratu lalu meremas payudaranya. “Aahh… geli…” Ratu menggelat. Peter meludahi jarinya lalu ia masukkan ke lubang anus Ratu. “Mmmhhh… itu apaahh… uugghh..” lenguh Ratu. “Kamu pasti bakal keenakan.” Peter memutar jarinya agar lubang anus Ratu terbuka. Setelah cukup licin, Peter memasukkan penisnya ke lubang anus Ratu yang sempit. “Aaahhh… jangan di situhh… di memek aku ajaahh…. Aaaakkkhhh…” Ratu kembali berteriak keras. Sodokan penis Peter yang sangat besar membuat lubang anus Ratu menjadi lebar. Dengan kasar Peter menggenjot penisnya sambil meremas payudara Ratu. “Aaahhh… sakiiittt…. Ampuunnn…” Ratu berteriak sambil memelas. Peter justru mencubit puting Ratu hingga teriakannya semakin keras. Setelah 10 menit menyiksa anus Ratu, Peter melepas penisnya dan tetesan darah keluar dari anus Ratu yang menganga. “Gila lo konti segede gitu buat jebol pantat. Bisa ambeien itu anak.” ujar Wann. “Tenang. Saya ada obat salep punya bapakku. Bakal rapet tapi elastis pantat dia bisa dibobol berkali-kali hahaha..” ledek Peter sambil menampar pantat Ratu. Kemudian Peter menjambak kepala Ratu lalu ia cium dengan ganas. Setelah itu, ia masukkan penisnya ke mulut Ratu sambil dimaju mundurkan. “Oohh… this slut is really good…” umpat Peter sambil terus menyodok mulut Ratu. Beberapa saat kemudian, Peter menyemprotkan spermanya didalam mulut Ratu. “Eat this shit you bitch…” teriak Peter. Ratu yang kelabakan karena mendapat semprotan sperma yang banyak di mulutnya tersedak dan sebagian sperma keluar dari hidungnya. Tak tahan dengan siksaan Peter, Ratu kemudian pingsan. “Woi, gila juga nih bule bocah kayak gitu disiksa.” ujar Wann diiringi tawa Peter.

Setelah memandikan Ratu dan berpakaian, Wann membopong Ratu diikuti Peter kembali ke parkiran untuk menyetor tubuh Ratu ke markas BD. Selama perjalanan, Ratu mulai tersadar dari pingsannya. Saat terbangun, dirinya dalam kondisi mata dan mulut tertutup serta tubuh terikat. Ratu hanya bisa menggumam sambil meronta-ronta. “Udah bangun tuh lonte.” ledek Wann sambil menyetir. “Selow bro… udah mau sampe ini.” ujar Peter. Sesampainya di markas BD, Wann dan Peter disambut Harun. “Lama bener… lo jajal dulu ya ?” celetuk Harun. Wann dan Peter hanya tertawa sambil membuka pintu belakang mobil. “Nih pesenan lo, jaga baek-baek. Ga ada KW an nya nih.” ujar Wann sambil tertawa. Harun kemudian menyuruh BD Troops membopong Ratu yang masih terikat dan wajahnya tertutup. “Ohiya, fisik doi lebih kuat dari Sofi. Lo harus hati-hati.” ujar Wann. “Bisa diatur itu. Nih sesuai dengan yang lo minta. Lo boleh cabut sekarang.” ujar Harun sambil memberi koper berisi tumpukan uang ratusan ribu. “I love money.” Ujar Peter sambil menghirup bau uang didalam koper tersebut. “Oke thanks bro. Cabs dulu.” Wann dan Peter pergi untuk merayakan keberhasilan.

Di tempat lain, Nabila, Sofi, Cindy dan Nadya membantu Dea pindahan. Dea merasa perlakuan BD terhadapnya sudah membuat efek buruk lingkungan sekitar kosannya. Dea khawatir jika teman satu kosan nya akan jadi incaran BD sehingga ia memutuskan pindah ke kosan yang baru secara diam-diam. “Capek juga yah. Kalo ada wonder woman kita bakal cepet selesai nih.” ujar Sofi. “Si Ratu ? Dia lagi survey buat acara pelatihan. Lagian kita kan akhwat strong. Masa nyingkirin mafia kampus bisa angkatin barang gabisa.” ujar Dea. “Loh dia Sendirian ? Ga apa-apa tuh ?” ujar Nabila. “Kamu tenang aja. Dia kuat dan ditemani sama Wann. Ga akan ada yang berani deketin mereka.” ujar Dea. “Tapi kan Wann lagi slight sama kita. Mudah-mudahan ga ada masalah deh.” ujar Nabila cemas. “Udah kalian tenang aja.” ujar Dea santai. “Kakak-kakak, yuk istirahat dulu, aku udah bikin minuman spesial nih,” Nadya keluar sambil membawa minuman dan cemilan. “Adek mu bisa diandalin banget Nab. Siap jadi istri idaman nih.” ledek Dea. “Ehh.. udah ah. Sof, tolong telpon si Ratu dong.” ujar Nabila. “Yah pulsa abis nih. Aku WA aja ya.” ujar Sofi sambil mengetik hp nya. Bukannya mengirim WA ke Ratu, Sofi justru mengirim WA ke Harun soal informasi Dea pindah kosan. Walau demikian, Sofi tetap merahasiakan alamat kosan untuk membuktikan kesetiaannya pada Nabila dan Dea.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Badan Enak Mahasiswi - Part 8"

Post a Comment