Ukhti Hijab Tak Menutup Syahwat

Tok….Tok….
“Dan, udah siang, bangun gih shalat shubuh”


“Iya, sudah bangun kak”


Aku segera membuka pintu kamarku, berwudhu dan segera melaksanakan kewajiban sebelum matahari terbit. Setelah shalat, aku menyempatkan diri berlari pagi terlebih dahulu, untuk kepentingan latihan fisik, karena aku adalah seorang juga merupakan pemain futsal, walau Cuma di tingkat fakultas saja.



Namaku Dandi Rahmayadi, usia 20 tahun, sekarang sudah masuk semester 3 di jurusan bimbingan dan konseling fakultas psikologi universitas Sanjaya. TB 178, BB 66. Di tim futsal fakultas, aku berposisi sebagai penjaga gawang. Aku tinggal di sebuah kost yang jaraknya sekitar 200 meter dari kampus, kost Meranti namanya. Kecil saja, hanya berisi 3 kamar yang semuanya dihuni oleh laki – laki.

Selesai berjogging ria, aku segera kembali ke kost, maklum, hari ini sudah masuk minggu ke-4 perkuliahan dan aku ada mata kuliah pagi. Aku melihat jam tanganku, sudah jam setengah 7 pagi. Aku melihat kak Reza Himawan yang sedang menggambar di kamarnya, maklum, kamarnya ada dekat pintu masuk dan kak Reza merupakan anak teknik sipil semester 8.

“Dari jogging, Dan ?”, Tanya kak Ridwan Fauzi yang ada di sebelah kamar kak Reza. Dia juga merupakan mahasiswa semester 8, tapi dia adalah jurusan farmasi di universitas yang sama denganku. Aku kembali masuk ke kamarku yang sedikit terpisah di belakang, dekat kamar mandi.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Jiahh…Udah aja lu Dan” Tegur Chantika padaku di pagi itu, saat bertemu di kelas.

“Hehe, iya donk. Namanya juga anak rajin” Aku tersenyum sembari memperhatikannya yang mengambil tempat duduk di sampingku.

“Dan, hari ini lu bawa mobil nggak ?” Chantika membuka obrolan, kelas masih lengang. Yang datang baru aku, Chantika, Lala, Erna, dan Sutomo (Tiga tokoh ini nanti akan diceritakan).

“Nggak lah. Kostan jarak 200 meter kok mesti jalan kaki. Malu maluin derajat anak futsal” Aku menjawab sembari mengeluarkan buku dari tas, “Ini buku kamu yang aku pinjem bulan lalu. Sorry ya lama bacanya”.

“Elleh, aku lagi suntuk nih Dan. Jalan jalan kemana kek. Hehe.” Ujar Chantika sembari memasukkan bukunya ke dalam tas.

“Baru juga kuliah 4 minggu udah suntuk aja lu Tik” Aku memperhatikan wajah temanku yang sudah akrab sejak SMA ini, kami memang satu SMA.

“Hehe…Tahu sendiri kan aku gimana orangnya” Chantika menjawab sembari tersenyum padaku dan memperbai jilbab Paris warna krem yang ia kenakan hari itu.

“Ya udah. Tapi kalau agak sorean ya. Soalnya masa iya ke mall siang – siang. Nggak asyik” Jawabku sambil memperhatikan payudaranya yang menonjol di balik pakaian longgar dan jilbab paris yang menutupi dadanya. Kutebak, ukurannya 32D.

“Emang terbaik deh temanku satu ini” Ucap Chantika sambil menepuk bahuku
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Halo Dandi. Udah beberes aja, emangnya mau kemana ?” Sapa kak Hesti Santoso, yang biasa dipanggil kak Tias, senior satu tungkat di atasku yang baru saj masuk kantin saat aku ingin beranjak dari tempat dudukku.

“Mau balik dulu kak. Ngantuk” Aku menjawab sembari memeriksa dompetku.

“Cepet amat baliknya. Emang ya cowok emang sukanya tidur. Apalagi tidur bareng. Eh” Jawabnya sembari segera pura – pura menutup mulutnya dan tersenyum.

“Hehe…Bisa aja kak Tias. Tadi malam habis begadang kak” Aku segera pamit dan meninggalkan kak Tias yang terlihat sedang memesan ayam lalapan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Tik, itu tangan nggak bisa lepas ya ?” Aku agak risih dengan gandengan tangan TIka. Sedikit aneh menurutku.

“Ih, emang kenapa?” Jawabnya sambil menggelembungkan pipinya.

“Nggak ko. Cuma…” Aku mencari alasan yang tepat

“Ya udah” Tika menarik tangannya, jelas tak ikhlas.

“Elleh. Ngambek -_-, ya udah, mau nonton apa ?” Tanyaku padanya

“Traktir yaa?” tanyanya dengan muka tanya

“Iya dah.”

“Oke sip. Maze runner ya” Ucapnya sembari meninggalkanku dan menuju bioskop. Kalau nonton emang dia yang paling cepat tanggap.

Aku hanya bisa memperhatikannya di belakang. Aku kadang berpikir untuk memacari temanku yang juga hobi nonton ini, tapi dia bukan penikmat drama korea seperti layaknya teman – temanku. Dia lebih suka film action dan film horror. Sejujurnya, aku lebih suka mengajaknya untuk nonton film horror, tahu sendiri lah perempuan, suka curi kesempatan kalau sudah nonton.

Aku sudah akrab dengannya sejak kelas 3 SMA setelah tahu kalau kami sama – sama mendaftar SNMPTN di jurusan bimbingan dan konseling di Universitas Sanjaya. Sialnya, aku yang memang tidak pernah masuk 10 besar tak bisa lolos, sedangkan Chantika yang merupakan ranking 3 abadi di kelas bisa lolos. Tapi untunglah, Chantika berbaik hati mengajariku sehingga aku bisa lolos melalui jalur SBMPTN. Di kampus pun kami sering digosipkan pacaran, tentu saja karena kemanjaan dari Tika kepadaku, dia sering duduk di sebelahku saat kuliah, sering jalan bareng, dia sering juga kedapatan menyandarkan punggungnya pada punggungku, sering nonton bareng, sering merangkul tanganku saat jalan bareng, hingga dia merupakan pendukung setiaku setiap kali aku bertanding saat mengikuti turnamen futsal tingkat universitas.

Kuakui dia memang cantik. Hari dia pake cardigan lebar merah maroon. Dengan memakai kemeja kotak kotak warna krem. Serta celana jeans. Tak lupa pula jilbab paris krem yang ia kenakan, dia memang cantik. Banyak kakak kelas yang naksir padanya, tapi entah kenapa setiap kali dia cerita kepadaku, pasti saja dia mengaku jomblo. Lamunanku dibuyarkan tarikan tangan Chantika memasuki bioskop. Kami menonton film setelah aku membayar tiketnya, sedangkan seperti tadi, Chantika kembali merangkul tanganku manja.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jam menunjukkan pukul setengah 12 malam saat aku memasukkan mobilku di dalam halaman rumah kost yang uniknya punya halaman ini. Aku punya kunci pagar, kunci rumah, dan kunci kamar sendiri. Maklum, hanya ada 3 orang di dalam rumah ini. Kulihat rumah lengang malam itu, kak Reza sedang keluar, dia sekarang sedang sibuk mengerjakan proyek dari dosennya, mungkin dia menginap lagi di rumah dosennya. Sedangkan di sebelah kamarnya, kak Ridwan terdengar sedang bercakap – cakap dengan seseorang, aku tak tahu siapa. Aku menarik kunci dari kantong celanaku, lalu membuka pintu kamar dan ingin segera melanjutkan tontonan animeku yang selalu membuatku begadang.

Pukul 2 dini hari, aku hendak membeli cemilan di warung depan rumah. Namun, saat melewati dapur memasuki ruang tengah, aku mendengarkan suara aneh dari kamar kak Ridwan. Suara erangan wanita. Tapi aku segera menampik pikiran kotorku, mana mungkin kak RIdwan yang aktif di lembaga dakwah kampus berbuat tidak senonoh. Jika kak Reza yang melakukan dengan pacarnya mungkin wajar, apalagi kak Reza pernah kudapati sedang berciuman dengan pacarnya di sofa ruang tengah rumah kost kami.

Sekembalinya dari warung, aku menenteng kantongan yang berisi cemilan untuk kugunakan menonton anime sampai pukul 4 pagi, karena besok aku tidak punya kuliah sama sekali. Setelah membuka kunci pintu rumah, aku mendengar suara perempuan, dan aku yakin kali ini itu bersumber dari kamar kak Ridwan. Perlahan, aku mendekatkan diriku pada pintu kamar kak Ridwan dan kudengar dengan jelas suara nafas yang terengah – engah.

(Suara wanita) “Pelan – pelan dikit saying, aku udah mau nyampe nih”
(Suara kak Ridwan) “Tahan dikit yang, aku juga udah mau keluar nih”
(Suara wanita sambil setengah berteriak) “Ah, ah, ah, ah, sayaaaaaaaaanggghhhh, aku keluar”
(Suara kak Ridwan) “Ah, memekmu mantap sekali sayang. Kuhamili kamu”

TRUK !!

Aku tak sengaja menyenggol sapu yang ada depan kamar kak Ridwan.

(Suara kak Ridwan) : SIAPA ITU ?

Sedangkan aku terengah – engah di dalam kamar sebelum sempat ketahuan oleh kak Ridwan jika aku mencuri dengar aktivitas tengah malamnya.

TING….TING….

Ada sebuah chat masuk di handphoneku, kucek, ada 8 chat yang ternyata belum kubaca yang bersumber dari kak Tias.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ukhti Hijab Tak Menutup Syahwat"

Post a Comment