Hijab Tak Menutup Syahwat - Part 6

“Kayaknya enggak begini deh Dan” Lala mengeluh kepadaku

“Apaan sih, udah jelas yang punya Dandi yang bner Lala” Tika membelaku

“Et dah…Sini biar aku yang kerjain ulang. Perhatiin” Aku mengambil jalan tengah.


Sekarang sudah empat minggu Riri tinggal di kostku, malam ini merupakan malam terakhirnya di kamarku sesuai kesepkatan awal. Ia sudah kembali. Dia sering memasakkanku dan kak Ridwan ketika ia tinggal di rumah. Dia rajin membersihkan rumah, dan saat aku kembali dari pertengkaranku bersama teman kelompokku, kulihat ia sedang membereskan barang miliknya.


“Jadi pindah kamu Ri?” Aku membuka perbincangan di sore hari itu.

“Makasih lho kak udah nampung aku sebulan ini. Makasih banyak ya kak. Udah dihibur, udah djagain dan udah diperhatiin. Pokoknya terima kasih banyak kak. Pokoknya, kak Dandi itu pahlawan bagi Riri” Riri lalu melihat padaku dengan tatap penuh arti.
 
 


“Ri, kapan – kapan, kamu nginap disini lagi ya. Nggak ada yang ngerapihin kalau kamu nggak ada”

“Sewa pembantu aja kak”

“Kalau begitu, kamu mau ngedaftar nggak?” Dia segera mencubit hidungku.

“Sakit tahu Ri” Aku mengibas tanganku ke hidungku

“Siapa suruh genit” Riri menjawabnya dengan ketus

“Kak” Riri berbalik melihatku

“Kenapa Ri?” Aku bingung perubahan drastis perilakunya.

Dia berjalan menuju arahku yang sedang duduk membelakangi meja belajarku, dengan mata yang sedikit berair dia meregangkan tangannya dan ketika sampai di hadapanku, dia segera memelukku dengan erat.

“Kak, terima kasih untuk sebulan ini. Kakak telah jagain Riri” Badan kami saling rapat, aku berdiri untuk memeluknya juga.

“Kalau mungkin kakak nggak ada waktu itu, mungkin aku udah jadi budak seks sekarang”, mata Riri mulai berair.

“Kak, sekali lagi terima kasih ya” Riri menyandarkan kepalanya pada dadaku.

Kalau saja dia Chantika, dia mungkin sudah kutelanjangi segera. Kami bertahan di posisi saling berpelukan tanpa saling bicara selama mungkin kurang leih 3 menitan. Riri Cuma mengenakan hot pants warna merah dan kaos oblong berwarna senada. Karena merasakan sesuatu yang aneh, aku memberanikan diri untuk menanyakannya,

“Ri, pentil toket kamu terasa. Kamu nggak pake Bh lagi ya” Ya, aku bisa merasakan desakan dari putting toket berukuran 32C miliknya itu di dadaku.

“iiiiihhhh……Kak Dandi mesum lagi.” Riri segera menghindar mundur dan memegangi dadanya

“Hahahah….Salah sendiri nggak pake BH sih. Ya kerasa lah. Mana udah kera lagi” Aku mengoda Riri

“Iiiiii…….Aku mau mandi dulu gih”, Riri segera menarik handuk dan memasuki kamar mandi kamarku.

Aku kembali duduk di tempat duduk depan meja belajarku. Aku mengecek Hpku, ah, sudah tanggal 11 November. Tak terasa selama semester 3 ini aku bisa menjalin hubungan baik dengan beberapa gadis. Mulai dari Chantika, memang sih dia temanku sejak SMA, tapi bagaimana dengan memerawaninya ? itu prestasi yang berbeda, munculnya kak Tias yang selalu memberikan perhatian lebih kepadaku. Ditambah lagi ada Riri di kamarku selama 30 hari ini, sebuah pengalaman yang luar biasa, besok Riri akan ke rumah tantenya di kota sebelah. Karena dia sudah memutuskan untuk memperbaiki kuliah semester depan saja.

Kutarik HPku dari tempatnya. Sepertinya, aku sudah beberapa hari tidak melakukan kontak dengan seseorang yang ternyata juga sedang menunggu chatku

-Lagi ngapain kak?-

-CIeee……Tumbenan kamu chat dulu Dan. Lagi chatan ama kamu nih Dan :*-kak Tias-

-Hehehe……Kayaknya aku kangen deh kak. Eh ups-

-Ciee….kangen. Kangen itu apaan yak? Bisa dimakan ya?- kak Tias

-Emang kak Tias mau makan kangen?=

-Hmmm….Mungkin kalau bisa. Kakak udah obesitas kali ya- kak Tias

-Lagi kangen ama kak Roni ya?-

-Iddih, ama kamu lah. Kamu sih, hamper sebulan habis kuliah langsung pulang aja- kak Tias

Aku baru ingat, jika semenjak kehadiran Riri di kamarku, aku jadi jarang untuk tinggal di kampus sehabis kelas berakhir. Mungkin itu karena aku ingin menjaga Riri dari “mereka”. Meski aku tidak yakin sekarang jika “mereka” masih mencari Riri.

-Cieeee….Kangen. Ya udah deh kak. Besok makan – makan deh”

-Yeaaaay. Janji ya Dan- kak Tias

-Kakak yang traktir yaa….-

-Iya deh. Buat kamu juga. Hehe, Udah ya, kakak mau kerja tugas dulu- kak Tias

Aku membalas chatnya, namun tidak ada tanda read darinya. Hmmm. Yaa, mungkin benar yang dikatakan oleh Tika minggu lalu. Pantasan saja dia rindu padaku.

TING…TING…

-Dan. Besok, sehabis kelas kamu ama Tika cari referensi buat tugas di perpus ya. Aku nyusul kok setelah urusan ama dosen selesai- Lala

Ah, iya. Aku baru ingat juga jika aku satu kelompok dengan Lala dan Chantika untuk mencari gejala – gejala masalah butuh konselingnya anak – anak, Aku mengiyakan permintaan dari Lala itu.

-Tik, besok kita ke perpus ya setelah kuliah-

-Besok? Kamu nggak langsung pulang lagi kan?- Chantika

-Hahaha….Kan besok pagi Riri udah berangkat Tik-

-Ohhh….Hore…Bisa nyubitin kamu lagi donk Dan-Chantika

-Terserah kamu deh Tik-

-Terserah aku ya? Artinya boleh yang itu donk?-Chantika

-Yang itu yang mana?-

-Iddih, jangan belaga bodo deh kamu Dan-Chantika

-Aku serius Tik-

-ML…..Hehehe. Aku kok jadi kepengen lagi ya-Chantika

-Oalah. Cieee….Ketagihan nih-

-Iddih. Kamu sih ngajarin aku yang tidak – tidak. Gini deh jadinya-Chantika

-Oke deh. Besok kita kerja tugas dulu aja-

-Lah, Ngentotnya kapan Dan? Aku udah kebelet nih-Chantika

DEG….Aku kaget. Sejak kapan Chantika jadi sebinal ini. Atau mungkin karena perlakukanku kepadanya tempo hari? Aku bingung. Namun di lain pihak, juniorku sudah merindukan sang kekasih untuk bisa bertarung lagi. Aku kemudian mengecek kembali jadwalku. Besok, malam jumat, aku akan menemani kak Tias jalan – jalan. Mungkin untuk malam sabtu aku istirahat aja dulu dan malam minggunya juga. Hmmm….Oke, sudah kuputuskan.

-Ya udah. Malam senin ya Tik-

-Malam senin? Ohhh…Iya ya, Kita kan besoknya nggak punya kuliah-Chantika

-Oke kan? Bungkus?-

-Kenapa bukan malam sabtu atau minggu Dan?-Chantika

-Jangan dulu. Aku masih mau ngerjain kerjaan buat edit video. Soalnya udah nggak ada Riri lagi yang bisa disuruh buat ngerjain. Maaf ya Tik-

-Oke deh. Malam senin aku tunggu di kost ya-Chantika

-Oke sayang-

-Iddih. Jangan pake sayang sayangan, kita nggak pacaran-Chantika

-Hehe. Maaf. Maaf.-



Lama juga Riri mandi. Aku sudah selesai dengan bertukar pesan dengan ketiga gadis yang masuk kehidupanku sejak pukul 20.03 hingga 20.50, dia belum keluar juga. Kemudian, dia keluar juga akhirnya. Oh, ternyata sudah lengkap dengan celana pendek hampir sampai lututnya dan kaos oblong, kali ini sepertinya dia pake bra karena aku sempat melihat tali bra berwarna biru di daerah sekitar lehernya.

“Aku lama ya kak?” Tanya Riri

“Lumayan sih. Eh, itu ada makanan Ri. Kakak, mau shalat dulu ya” Aku menunjuk kea rah meja lain di sebelah kasurku. Aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat.

“Makasih ya kak”

“Kak Dandi. Aku boleh ngomong sesuatu nggak” Tanya Riri kepadaku saat kami bermain UNO.

“Apaan Ri?”

“Kakak kok waktu itu nolongin aku?”

“Ya jelas lah, kan pemerkosaan itu tindakan kejahatan Ri”, Aku tertawa mendengar pertanyaan Riri. Dia ikut tertawa.

“Kak. Kak Dandi udah punya pacar belum?”Oh, pertanyaan kedua yang kudapat semester ini.

“Hmmm….Belum. emang kenapa. Kamu mau jadi pacar kakak” Aku mencoba menggodanya

Riri mengangguk

“Serius kamu Ri” Aku bertanya sambil tersenyum menggoda padanya

“Serius kak. Kak Dandi mau nggak jadi pacarku?” Dia mengeluarkan wajah memelasnya

Aku terdiam untuk beberapa saat. Lalu menunduk.

“Maaf Ri. Kakak kayaknya masih nyaman buat sendiri deh” Aku tidak enak menjawabnya

“Oh. Nggak apa kok kak” Riri tersenyum padaku. Entah kenapa, kali ini adalah senyuman terindah yang pernah Riri perihatkan padaku.

Aku lega. Sepertinya Riri tidak ngebet buat pacaran denganku. Kan bisa berabe.

“Kak, boleh aku minta satu hal nggak?” Aku melihat matanya yang bersemangat

“Tapi kakak jangan marah ya”

“Apaan sih Riri manis?”

“kalau aku minta cium ama kakak. Boleh nggak?”

Uhhhhh…..Sepertinya sebulan bersamaku membuat aku dengan Riri memiliki chemistry.

“Boleh kok. Tapi kamu juga mesti ngasih ucapan terima kasih juga donk udah ditampung disini” Aku mencoba mencari celah. Sempat aku bisa menikmati tubuh polos gadis imut ini. Lumayan, untuk menjadi pemanasan sebelum menikmati tubuh Chantika lagi.

“Oke kak. Kalau begitu…………………….kakak boleh nikmatin tubuhku malam ini. Hitung – hitung ucapan terima kasihku sama kakak” Dia tersenyum

“Serius Ri? Kamu nggak akan menyesal kan?” Aku sedikit takut

“Serius kak.”

“Ya udah. Kamu merem gih dulu” kataku sembari menggeser dudukku ke dekatnya.

Dia pun menutup matanya. Aku mendekatkan bibirku dengan bibirnya. Aku segera memeluk Riri yang segera kaget dengan gerakan tanganku. Namun dia bisa segera sadar jika kami sudah berpagutan mulut. Aku menciumnya dengan liar. Sementara dia masih gelagapan menghadapi perlakuan liarku, mungkin ini adalah first kiss-nya karena saat dia meminta cium padaku, dia tampak begitu antusias.

“Hmmmmmpffffff”Dia menikmati ciuman dan remasan lembut yang kuberikan ke payudaranya.

Aku mencari lidahnya, saat lidah kami bertemu, aku memutar lidah kami di dalam pagutan kami yang makin panas. Riri terus menutup matanya. Sedangkan aku tidak ingin melepaskan moment ini, aku ingin segera menelanjangi tubuhnya. Hingga cukup lama kami saling berpagutan dan bertukar liur, Riri berhenti untuk mengambil nafas. Lalu dia tersenyum.

“Gilaaaaa…..jadi gitu ya yang dibilang ciuman?” Riri menyeka mulutnya

“Kamu emang nggak pernah ciuman ya Ri? Mau yang lebih nikmat lagi nggak?” Aku tetap memelihara momentumku kali ini

“Hehe. Iya kak. Yang lebih enak? Mau banget kak” riri memasang wajah memelas

“Ya udah. Kamu tiduran aja ya. Kakak nindih kamu” Riri langsung memperaktikkan yang kusuruh.

Kami memulai lagi ciuman liar kami. Riri hanya bisa mengeluarkan suara kenikmatan tanpa terdengar karena tertahan mulutku. Aku menahan tubuh Riri yang terus bergerak menikmati ciuman kami dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku brgerak menaikkan kaos yang ia kenakan. Riri mengangkat punggungnya untuk memudahkan aksiku. Sekarang, tinggal BH biru yang jadi penghalang, mudah saja, tinggal kudorong ke atas saja. Lalu, aku segera mencengkram toketnya yang berukuran 32C itu dengan ganas. Dia tampak semakin menikmati permainan kami. Tanganku lalu memilintir pentil payudaranya yang membuatnya menggelinjang keenakan.

“Hmfffffffpppppphhhhhh…………………….” Lenguhnya tertahankan mulutku

Aku terus menyerang payudara gadis ini. Sekitar 20 menit kami bertahan di posisi ini hingga akhirnya aku sudah tidak tahan untuk menyusui toket Riri. Ketika kulepas ciumanku, Riri segera mencari nafas dan berbicara lagi.

“kak, Riri pipis” Segera kulihat celananya, benar saja, ada beberapa titik air di daerah selangkangannya tanda dia sudah mencapai klimaksnya.

“Riri. Minta toket kamu ya, kakak bakal kasih kamu kenikmatan yang lain”

Riri segera menutup matanya dan tak tahan untuk terus menggelinjang karena mulut dan lidahku yang menyapu dan mengeyot selurut centi bagian payudaranya. Sesegali aku menggigit pentilnya dan memberikan tanda cupangan di dadanya. Dia menggelinjang lagi ketika aku menyusui bagian toket kirinya.

“Hmmmmmmfffff, kaaaaaaakkk…..Aku pipis lagi” Riri mencapai klimaksnya yang kedua Cuma dengan permainan mulutku.

Aku bangkit lagi, sepertinya sudah waktunya untuk menghajar bagian selangkangan anak ini. Kulihat wajahnya sudah kelelahan karena permainan kami. Toketnya telah penuh oleh air liur dan dadanya dpenuhi bekas cupanganku. Aku kemudin berusaha menarik celana pendeknya, namun sontak aku kaget ketika dia berontak dan tiba – tiba menangis. Aku kaget, sehingga kubatalkan aksiku dan segera memeluk dan menenangkannya.

“Kamu kenapa Riri sayang?” Aku menanyakan kondisi Riri

“Maaf kak. Aku takut. Ingatanku tentang kejadian kemarin muncul lagi” Aku jadi kaget melihat wajahnya yang berubah jadi pucat

Kemudian kuperbaiki kembali bajunya dan menidurkannya dalam pelukan hangatku untuk menenangkannya.



“Riri udah balik ya Dan?” Tanya Chantika padaku yang hari ini memakai jilbab segitiga berwarna biru muda dipadukan kemeja ketat dan rok pensil yang memperlihatkan bentuk bokong dan payudaranya yang sekal dan montok.

“Udah, tadi pagi aku anter dia ke stasiun”

Hari itu, aku kembali ke kehidupan normalku. Berkuliah. Berdiskusi tentang tugas bersama Chantika dan Lala. Mengajak kak Tias jalan – jalan dan makan. Hingga akhirnya pukul 10 malam aku sudah mendapati diriku tengah terbaring di atas kasurku. Kostku sudah sepi lagi. Tidak ada yang bakala membersihkannya jika berantakan lagi.

Kak Ridwan sedang keluar dan kak Reza sedang tugas ke Kalimantan untuk melihat proyek pembangunan perumahan di sana. Ketika mataku sudah hampir tertutup, aku mendengar suara orang berbicara dan pintu yang terbuka.

“Kak, nggak apa aku kesini ya?” Aku mendengar suara wanita

“Nggak apa kok. Temanku yang satu sudah tidur pasti. Yang satu sedang ke Kalimantan. Disini aja dulu ya” Lalu keheningan datang

Aku mencoba mengintip dari belakang dinding pemisah dapur dan ruang tengah. Oh, astaga, aku melihat kak Ridwan sedang bersama seorang wanita berkhimar yang bisa kupastikan bukan kak Nisa karena kak Nisa sedikit lebih besar dari cewek yang sekarang sedang bersama kak Ridwan. Aku masuk kembali ke kamarku untuk mengambol kamera gopro yang kubeli khusus untuk mengintip aktivitas kak Ridwan dengan kak Nisa. Ketika kurasa sudutnya sudah pas, aku pun menekan mode rekam dari HPku. Aku melihat kak Ridwan sudah mengeluarkan kontolnya. Si wanita yang memakai khimar berwarna merah maroon dengan dipadukan baju kurung berwarna abu – abu gelap. Si wanita pun memegang kontol kak Ridwan dan perlahan mengocoknya, sedangkan aku, hanya bisa terpana, karena aku ternyata mengenal wanita yang sedang menghisap kontol kak Ridwan.

(BERSAMBUNG)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hijab Tak Menutup Syahwat - Part 6"

Post a Comment