Hijab Tak Menutup Syahwat - Part 4

Malam itu, malam kamis yang hujan. Hujan sangat deras di luar sana. Aku tak bisa kemana – mana. Kak Reza masih mengerjakan tugas proyeknya. Kak Ridwan mengerjakan tugas katanya. Riri sudah tertidur sejak jam 8 tadi. Ini sudah 8 hari dia disini. Sejak hari ketiga, aku sudah bisa ke kampus dan meninggalkannya di kamarku. Dia ditinggalkan dengan syarat mesti dikuncikan dari luar. Sebuah ketakutan yang sangat luar biasa. Setiap tiga hari sekali pula Tika selalu mengecek Riri. Dia tidak ingin aku berbuat yang tidak – tidak terhadap Riri. Dia sebenarnya ingin memindahkan Riri ke kost-nya, namun karena Riri memang yang sudah tidak bisa kemana – mana karena dirundung ketakutan yang luar biasa. Aku memutuskan ke ruang tengah untuk sekadar telponan dengan kak Tias, ya, hampir tiap malam telponan. Segala hal yang kami bicarakan, entah tentang kuliah, tentang film, obrolan tidak penting, hingga pembicaraan soal seks. Jam setengah 11, aku berhenti telponan dengan kak Tias. Dia capek katanya.




Aku hendak kembali ke kamarku, namun ketika aku mendengar sayup – sayup suara yang kudengar tempo hari di antara berisiknya gemericik hujan, aku mendekati kamar kak Ridwan lagi. Aku menarik kursi yang tidak jauh dari pintu kamarnya, mencoba mengintip dari lubang angin yang ada. Dan, betapa kagetnya aku ketika sedang melihat kak Ridwan sedang menggenjot seorang wanita yang memakai khimar berwarna krem, dengan kemeja yang sudah terbuka keseluruh kancingnya dan rok yang tersingkap ke atas. Agak lama aku memperhatikan pertempuran seru malam itu. Ah, aku capek berdiri. Aku kemudian mengambil selotip dan handphone Riri di kamarku. Aku kemudian mengarahkan kamera handphone Riri ke sudut yang pas untuk menangkap setiap momen yang terjadi. Sebelum memasang, aku sudah memastikan bahwa telpon Riri dalam kondisi diam dan dalam keadaan menerima panggilan video. Sebuah cara cerdas yang pernah diceritakan oleh kakakku.

Aku kembali ke kamar, Aku duduk mengangkang sembari memegang juniorku. Riri di belakangku, aku tidak mempedulikannya. Aku memasang headset untuk efek suara yang mantap. Tada, aku bisa mendapatkan tontonan bokep secara live.

Sekarang wanita itu yang berada di atas kak Ridwan tanpa membuka khimar, kemeja dan roknya. Sedangkan kak Ridwan sudah telanjang tanpa mengenakan sehelai benang pun. Hingga akhirnya si wanita tadi berteriak kencang.
“Ahhhh….Aku sampai sayaaaaangg” Dia kemudian memeluk tubuh kak Ridwan. Sementara kak ridwan sibuk menciumi pipi pasangannya.

“Yang, kamu lapar ya? Kok cepet banget selesainya? Aku ambilin makanan di dapur ya” kak Ridwan berdiri dan mengenakan sarung keluar mengambil beberapa lembar roti di dapur rumah kost kami. Si wanita tadi kembali memperbaiki rok hitamnya yang sudah kusut, dan kemeja krem kotak longgarnya juga sudah tidak karuan lagi. Dia memungut beberapa lembar pakaian dekatnya, sepertinya pakaian dalamnya. Dia kemudian makan dengan lahap dan asyik bercerita dengan kak Ridwan.

KAK ANNISA !!

Akhirnya aku tahu siapa wanita yang tempo hari dan hari ini kak Ridwan temani bersetubuh di kamarnya. Pantas saja dia memakai khimar, karena kak Nisa merupakan seorang aktivis dakwah kampus yang getol meberikan kajian. Ah, ini gosip besar kalau tahu dua orang aktivis dakwah kampus yang saling memadu kasih.

Setelah beberapa menit, kak Annisa kini membuka kemejanya dan meletakknya bersama tumpukan pakaian dalamnya, demikian pula dengan nasib dari khimar dan roknya yang sudah dia buka. Uh, ini pertama kalinya aku melihat wanita yang kukenal bertelanjang. Toketnya mengkilat karena keringat cintanya, bentuknya bulat sempurna dengan ukuran yang bisa dikatakan seukuran dengan punya Chantika, 32D. Extra size. Sedangkan daerah selangkangannya, ditumbuhi beberapa bulu tipis. Dengan kuliat kuning langsat dan rambut hitam berombak panjang, siapa yang tidak tergoda melihat pemandangan indah ini.

Kemudian kak Ridwan menaiki tubuh kak Nisa yang sudah telentang dengan memek yang siap dihujam kontol kak Ridwan. Kak Ridwan perlahan mengarahkan kontolnya ke arah memek kak Nisa. Kak Nisa hanya sanggup menggigit bibir atasny menahan desahan dan pupil matanya menghilang dikarenakan kenikmatan tiada tara yang sedang menjalar ke sekujur tubuhnya. Kak Ridwan mulai menggenjot tubuh kak Nisa, toket kak nisa yang ukurannya besar tak mampu tak ikut bergoyang mengikuti irama genjotan kak Ridwan.

“Ahhhh…..Aku keluar sayang”, kak Nisa mencapai klimaks pertamanya.

AHHHHH……..

Aku juga seketika menumpahkan lahar panasku. Kuseka menggunakan tisu yang sudah kusiapkan sebelumnya. Ketika adegan kak Ridwan sedang menggenjot sambil menyusu pada payudara besar kak Nisa, tiba – tiba layar HPku padam. Bukan karena HPku kehabisan baterai, namun ternyata, HP Riri yang kehabisan baterai. Ah, sial sekali. Mana aku lupa melakukan mode rekam pada HPku saat video call tadi, terpaksa tak sada iaran ulang untuk pertempuran terbaik dua aktivis dakwah kampus. Aku hanya bisa memandam hasrat seksku, sembari berharap ada wanita yang mau menemaniku bermain seks untuk melepas keperjakaanku. Aku memutuskan untuk tidur, di saat itu aku melihat Riri yang sedang tidur tanpa menggunakan bra, terlihat jelas dari putingnya yang tercetak di balik koas tipis yang ia kenakan. Saat aku hendak mencengkram payudaranya, bayangan Chantika sepintar lewat di pikiranku. Aku membatalkan aksiku.

(BERSAMBUNG)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hijab Tak Menutup Syahwat - Part 4"

Post a Comment