Hijab Tak Menutup Syahwat - Part 11

Hari ini adalah hari selasa, Dandi kembali berangkat ke kampus seperti biasanya. Di kelas, dia bertemu dengan Chantika.

“Chantika emang cantik. Hehe”, Percobaan lawakan Dandi seperti gagal

Chantika duduk bersebelahan dengan Dandi. Seperti sebelum sebelumnya. Seperti biasa, Chantika memang tampil cantik dengan rok model huruf A, kemeja putih serta jilbab pashmina krem yang ia kenakan.




Tidak berapa lama, bidadari lain Dandi masuk ke dalam kelas, Lala memakai khimar berwarna hitam, sedangkan ia juga memakai baju kurung berwarna merah maroon. Dia sempat berteriak menyapaku.

TING……TING

Sebuah chat masuk di handphoneku

-Kak Dandi sekarang dimana?- Riri

-Di kampus Ri, kenapa?-

-Nggak kok kak, Nanya aja sih. Kak Dandi kapan pulang ke kost?” – Riri

-“Palingan habis maghrib lagi Ri. Sorry ya, kayaknya dosennya udah mau datang. Bye-




Siang hari setelah proses kuliah, Dandi, Chantika dan Lala berjalan bersama menuju kantin kampus. Mereka baru saja dari konsultasi bersama dosen pendamping tugas mereka. Mereka masih disuruh untuk memperbaiki penelitian mereka. Sedangkan Lala asyik menuding Chantika dan Dandi sebagai biang kerok telatnya tugas mereka selesai.

“Kok gara – gara aku ama Dandi sih?” Tanya Chantika

“Ya iyalah. Lah wong kerjaan kalian berdua itu pacaran mulu” Jawab Lala dengan wajah menyebalkan khasnya

“Ellah, nggak tahu juga siapa yang lambat ngasih sampel buat dianalisis” Chantika makin jengkel pada Lala

“Lah, kan kita udah sepakat kalau sampel yang mau kukasih deadlinenya kukasih tanggal segitu, ya aku ngasihnya sesuai deadline lah” Lala membela diri dari pengkambing hitaman Chantika.

“Udahan ah. Berantem mulu kalian berdua” Dandi mencoba menengahi

“Daripada berantem, mending makan” Dandi menarik tangan Chantika dan mengode Lala untuk masuk kantin

“TRAKTIR!!” Lala dan Chantika kontan kompak bersamaan menjawab, maklum, makan gratis.

“Cepetan makanya bawel” Akhirnya mereka berdua bisa Dandi paksa masuk ke dalam kantin kampus



Setelah kelas usai, Dandi mencoba melepas kepenatannya dengan nongkrong bersama teman – temannya di area parkiran kampus. Dandi yang sepertinya dunianya telah teralihkan para wanita akhirnya kembali merasakan hidupnya sebagai seorang mahasiswa. Sembari bercerita banyak dengan teman – temannya, mata Dandi tidak lepas mengawasi gadis yang mungkin saja bisa digodanya. Namun, ketika matanya menyapu parkiran kampus, matanya justru tertuju pada sebuah mobil hitam yang terparkir sekitar 50 meter dari Dandi, dia melihat sosok yang akhir – akhir ini hilang kabar darinya, Tias.

Tias sedang berdebat dengan Roni, mantan pacarnya tidak mau melepaskannya. Awalnya, Roni hendak meminta tolong kepada Tias, namun karena tahu itu hanyalah modus dari Roni untuk bisa menjamah tubuhnya, Tias serta merta menampar Roni dan turun dari mobilnya. Ketika turun, Roni mencoba menarik tangan Tias. Namun Tias segera menarik kembali tangannya. Seketika Roni segera menampar Tias.

“Apa sih maksud kamu?”, kemarahan Roni memuncak

“Aku tuh udah putus ama kamu. Jadi kamu tidak punya hak terhadap aku”, Tias mencoba menjauh dari Roni, namun segera dikejar lagi oleh Tias.

“Elleh. Aku tuh masih sayang sama kamu Tias”

“Sayang atau nafsu kamu? Stop disitu, atau aku akan teriak?” Tias mengancam Roni

“Teriak aja kalau berani. Aku mau lihat” Roni tidak takut

“TOL…….” Roni segera pergi sebelum Tias sempat menyelasaikan teriakannya.

Dandi yang melihat Tias dari jauh mencoba men-chat-nya

TING…..TING…..

HP Tias berbunyi, tanda ada chat yang masuk

-Kak Tias. Mau kemana tuh- Dandindu

-Kemana? Kamu dimana Dan? Kamu di parkiran juga ya?”

-Hehe, iya kak. Aku ada di bawah kenari-Dandindu

-Dasar pemalas kamu Dan. Jadi kaka mesti kesitu? Males ah. Banyak cowok-

-Ya elah kak. Sekalian kukenalin ke teman – teman- Dandindu

-Kenalin? Sebagai?-

-Pacarku lahh……Eh, maaf keceplosan kak-Dandindu

-Hahaha…..NGGAK!!! Awas kamu nanti Dan-

-Hehe. Jangan marah ya kak-Dandindu

-Kamu mau ke sini nggak? Kakak soalnya nggak mungkin kesitu-

-Kakak emangnya mau kemana?- Dandindu

-Mau balik sih Dan. Naik motor. Hehe-

-Oh. Ya udah kak Tias balik aja. Udah maghrib juga. Bahaya kalau anak gadis jalan maghrib maghrib-Dandindu

-Oke deh. Kakak balik dulu ya Dan. Jangan rindu-

-Nggak bakalan kok kak. Hehe-Dandindu

-Serius? Kamu nggak rindu?-


Dandi tidak membalas chat Tias. Tias pun segera pulang kembali ke rumahnya mengendarai sepeda motornya. Sesampainya di sebuah rumah besar, Tias memarkirkan motornya di bagasi. Selain motor, tampak mobil berwarna biru di dalam bagasi tersebut. Namun, Tias selalu lebih memilih mengendarai motor. Tias masuk ke dalam rumahnya yang bisa dikatakan lumayan mewah, namun sayangnya, Tias tinggal sendiri di rumah tersebut dikarenakan rumah tersebut adalah rumah yang dibeli orang tuanya yang sekarang sedang bekerja di pertambangan minyak di Islandia.

Tias melempar tas punggungnya ke atas ranjangnya. Dia kemudian membaringkan dirinya juga dan mulai mengingat kembali kejadian hari ini. Mungkin perlakuan Roni padanya sudah kelewat batas. Namun, chat dari Dandi sudah lebih cukup untuk menghapus kepenatan pikiran Tias. Dia bangkit, kemudian melihat foto seorang lelaki di meja belajarnya. Ya, foto Dandi yang sedang memegang bola lengkap dengan seragam kipernya. Tias kemudian menghela nafas, membuka jilbabnya dan masuk ke kamar mandi.



Di kamarnya, Dandi sedang asyik berchat ria dengan beberapa orang temannya. Tiba – tiba, matanya tertuju pada sebuah chat.

-Kak Dandi.- Fajriah Zukriah

-Iya? Apa kabar Ri?-

-Alhamdulillah. Baik kak. Kak Dandi apa kabar? Udah lama nggak ada kabar. Hehe- Fajriah Zukriah

-Baik juga ko Ri-

-Kak Dandi sekarang dimana?- Fajriah Zukriah

-Di kamar temapt kamu nginep dulu-

-Iiiihhhh….kak Dandi mesum- Fajriah Zukriah

-Kan kamu emang pernah nginep di kamar kakak -_-

Hehe…Iya ya.- Fajriah Zukriah

-Kenapa Ri? Tumben chat. Kangen ya?-

-Iya kak. Eh, nggak kok. Mau silaturahmi aja- Fajriah Zukriah

-Ohhh. Kamu sekarang ada dimana Ri?-

-Aku? Di depan kostan kak Dandi- Fajriah Zukriah

-Hahahhah. Lucu deh kamu Ri-

-Aku serius kali kak - Fajriah Zukriah

Dandi segera berlari melihat ke luar kostnnya, dia melihat seorang cewek berdiri dengan mengenakan jilbab berwarna pink dan baju kurung berwarna merah.

-Kamu mana Ri? Yang kakak liat Cuma cewek nggak jelas pake jilbab pink-

-Iiiiiiihhhhhh…..Kakakkk- Fajriah Zukriah

-Kenapa Ri?-

-Itu aku kak Dandi- Fajriah Zukriah

Dandi segera membuka pintu, benar saja, cewek yang dia lihat tadi adalah Riri. Adik kelasnya yang dua minggu lalu diantarnya ke stasiun untuk pergi rumah tantenya. Dandi segera membukakan Riri pagar.

“Kakak jahat. Baru juga aku pake jilbab udah nggak dikenalin lagi”. Gerutu Riri

“Maaf. Kakak pangling. Soalnya kan waktu kaka kantar dulu kamu itu nggak pake jilbab RI”

“Ihhh…Nyebelin. Masa iya nggak nandain Riri. Padahal udah tinggal bareng sebulan” Riri menggembungkan pipinya

“Cerewet kamu ahhh. Kirain kamu lagi di rumah tante kamu? Kok udah ada aja disini?”

“Jadi aku diusir nih kak?” Riri memasang muka tak bersalahnya

“Nggak. Bukan begitu maksud kakak”

“Hehe. Nggak kok kak. Riri barusan tadi siang sampe sini. Udah disuruh balik ama tante karena nggak tahan bohong kalau Riri ada disana” Riri tersenyum memperlihatkan gigi giginya yang putih

“Oh. Jadi ceritanya kesini mau ngapain?”

“Yaa kangen ama kak Dandi lah”. Riri tersenyum

“Ri, masuk deh kalau gitu. Nggak enak diliat tetangga”

“Kakak sih, ngajakin ngobrol dari tadi. Bukannya diajak masuk, malah diajakin ngobrol dulu” Riri mengikuti Dandi memasuki rumah dan terus ke kamar Dandi.

“Jadi. Kamu mau nginep disini Ri?”. Tanya Dandi setelah mengambil setoples kue dari dapur.

“Nggak ah. Nanti diapa – apain Ririnya” Riri menggeleng

“Yaa Allah. Buat apa juga” Dandi menutup mukanya dengan telapak tangan kanannya

“Helleh. Yang kemarin aja kak Dandi ampe netek ama Riri” Riri memasang wajah curiga

“Lahhh…yang bilang kemarin kan kau sendiri Riri. Ah, bawel banget kamu. Ya udah, to the point. Mau nginep atau nggak? Kalau nggak, kakak usir” Ancam Dandi sembari memegang guling. Maklum, sekarang sudah jam 10 malam.

“Hehe. Nginep kak. Sensian amat sih” Riri tersenyum manis



Dandi dan riri bercerita panjang lebar malam itu. Riri bercerita bahwa ia memutuskan memakai hijab seminggu yang lalu. Karena ia diberikan saran oleh tantenya. Menurut Riri juga demikian. Menurutnya kejadian percobaan pemerkosaan Riri tempo hari adalah karena Riri tidak menutup auratnya. Hingga akhirnya Riri memutuskan untuk memakai hijab sebagai bentuk perlindungan diri dari mata – mata pria hidung belang.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam. Riri masuk ke kamar mandi, katanya mau berwudhu dan shalat katanya, baru tidur.

TING….TING….

“1 message from kak TIas”

-Dandi- Kak Tias

-Iya kak? Ada yang bisa Dandi bantu-

-Anu Dan, Besok kamu acara nggak?-Kak Tias

-Nggak ada kok kak. Kenapa ya?-

-Kamu bisa nemenin kakak nggak?-Kak Tias

-Kemana kak?-

-Di rumah Dan. Bantuin editin video donk. Ada tugas dari pak Santoso- Kak Tias

-Oh. Edit video toh. Oke kak-

-Kamu bisa kan?-Kak Tias

-Bisa kak. Tapi aku nggak ngeliat rumah kakak-

-Wait. Ku-sendloc-in ya-Kak Tias

Sebuah link google maps masuk. Sebuah alamat yang menunjuk pada sebuah perumahan di daerah depan kampus Sanjaya.

-Udah ada kak-

-Oke deh Dan. Kakak tunggu ya-Kak Tias

-Siap kak-

Riri juga barusan membereskan mukena yang ia kenakan. Dia sepertinya benar benar berubah. Dia yang dulunya jika di kamar Dandi mungkin sudah membuka pakaiannya yang besar dan panas. Tapi sekarang, dia sudah kembali ke jalan yang benar.

“Kak, tidur yuk. Di kasur”. Ajak Riri

“Ihhh…Kasurku. Enak aja mau pake”, Dandi memeletkan lidahnya

“Ihhh…Tamu itu adalah raja tahu kak”, Riri kesal

“Hahaha….Bercanda kok”, Riri kemudian berbaring menyamping sedangkan Dandi mengambil karpet.

“Lahhh….Ngapain disitu kak. Sini sama Riri”

“Serius Ri?”

“Iya kak” Dandi kemudian menyusul naik ke atas kasur dengan ragu.

“Kak. Peluk donk. Kamar kakak dingin” Lirih manja Riri

Ah. Dia tetap nggak berubah rupanya.

(BERSAMBUNG)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hijab Tak Menutup Syahwat - Part 11"

Post a Comment