Akhwat Yang Ternoda - Part 4

Pagi hari dikediaman Pak Primus, Nurul kembali kepada rutinitas barunya sebagai seorang pembantu rumah tangga. Dia mengerjakan seluruh pekerjaan yang sudah diberitahu oleh Bu Susan dengan sangat cepat dan rapi. Dan kali ini tidak banyak pula pekerjaan yang harus Nurul lakukan selain bersih-bersih rumah dan halaman sekitarnya.



Diluar Nurul tampak tenang, tapi dalam hatinya seperti terjadi sebuah perang antara batin dan akal sehatnya. Mimpi yang dialaminya tadi malam masih terngiang-ngiang di benak Nurul dengan jelas. Apalagi setelah dia kembali bertemu dan berbincang-bincang dengan Pak Primus, yang membuat dia mau tak mau memikirkan majikannya tersebut sedang melecehkan tubuh miliknya seperti yang terjadi dalam mimpi.

Nurul berusaha sekuat tenaga untuk membuang pikirannya tersebut, beberapa kali dia terus mengucap dan memohon ampun pada tuhan atas dosa yang telah dia perbuat. Memang mimpi tersebut adalah pemberian tuhan, namun Nurul yakin kalau iblis-iblis sedang berusaha mempengaruhi pikirannya sampai-sampai dia bermimpi secabul itu.

"Mungkin aku kurang bersyukur" Ucap Nurul dalam hatinya.

Sedang sibuk menyapu halaman rumah, Smartphone milik Nurul berbunyi dengan nada dering lagu dari Nisa Sabyan kesukaannya. Setelah di cek, ternyata itu adalah panggilan telfon dari Haris suaminya.

"Assalamualaikum Bi!" Ucap Nurul mengangkat telfon.

"Waalaikumsalam Mi! Umi lagi dimana??" tanya Haris.

"Ini masih di rumahnya Bu Susan. Kenapa Bi??"

"Gapapa, Abi cuma pengen nanya"

"Gimana pekerjaan disana Bi?? lancar???"

"Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Umi gimana?? lancar juga gak pekerjaan barunya??"

"Alhamdulillah Bi! Bu Susan dan keluarganya orang baik, Umi suka kerja disini"

"Syukurlah kalau begitu!!" jawab Haris tenang, lalu dia melanjutkan "Oh iya, lusa nanti Pak Sukani udah pulang dari kalimantan, trus Abi nitip sesuatu sama dia buat Umi" ucap Haris lagi.

"Loh, Pak Sukani kok pulangnya cepet??"

"Iya, dia cuma nganter dan registrasi anak-anak baru saja Mi! dia kan udah juragan gitu"

"Oh gitu. Tapi Abi nitip apaan??"

"Ada deh! pokoknya suprise buat Umi"

"Duh. Umi jadi gak sabar nunggunya" Ucap Nurul bersemu merah mendapati kalau suaminya akan memberikannya sebuah hadiah kejutan.

"Satu lagi, kemarin Abi udah pesen sama Pak Sukani minta tolong buat jagain Umi kalau Umi lagi butuh sesuatu. Jadi kalau terjadi apa-apa Umi bilang sama Pak Sukani aja!" terang Haris.

"Hahaha, enggak lah Bi! Umi gapapa kok di rumah sendirian"

"Kalau hujan gede Umi gak takut??? atau mati lampu malam-malam gitu??" tanya Haris memancing.

"Ihh!! kok Abi ngomongnya gitu sih!!" balas Nurul ketus.

"Ya maksud Abi buat jaga-jaga aja"

"Tapi apa kata orang Bi kalau Pak Sukani kesini malem-malem" jawab Nurul khawatir.

"Gak usah pikirin omongan orang dulu! yang penting Umi aman di rumah. Abi gak tenang kerjanya kalau kepikiran Umi terus" jawab Haris.

Dan Nurul pun sadar kalau suaminya tersebut ternyata masih belum bisa meninggalkannya sendiri begitu saja, Nurul senang mendapati kalau Haris masih menjadi suami yang baik meski mereka sedang berjauhan. Perhatian kecil seperti ini saja sudah membuat hati Nurul melambung tinggi dan berbunga-bunga.

"Baiklah Bi! terserah Abi saja! Umi nurut deh" balasnya kemudian.

"Yaudah kalau gitu, Abi lanjut kerja yah. I love youuu" ucap Haris romantis.

Nurul yang mendengarnya tersenyum senang "Iiihhh.. ganjen banget pakai love love"

"Kan Abi emang Love sama Umi. hehehehe" balas Haris menggombal.

"Yaudah deh! semangat terus ya Abi ku sayang. I love youu tooo"

Setelah telfonnya di tutup, Nurul pun kembali kepada moodnya semula. Hatinya sedang berbunga-bunga dan senang sekali setelah mendapat telfon dari Haris sang suami tercinta. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil Nurul pun melanjutkan menyapu halaman rumah dengan perasaan yang begitu ceria.

"Maaf Mbak!" sebuah suara tiba-tiba mengejutkan Nurul.

"Astagfirullah hal adzim" Ucapnya terlonjak begitu kaget. Nurul pun berbalik dan melihat ke arah orang yang sedang memanggilnya.

Dan orang itu pun tersenyum manis "Maaf Mbak! Bu Susan minta untuk dibelikan minyak urut di warung" Ucap orang tersebut yang ternyata adalah seorang laki-laki muda dan tampan.

"Mi--minyak urut merek apa mas??" tanya Nurul gugup.

"Terserah Mbak! yang penting bisa bikin licin" kerling laki-laki tersebut menggoda Nurul.

Baru saja mood Nurul kembali membaik setelah ditelfon oleh suaminya, sekarang malah balik lagi ke mood buruknya gara-gara laki-laki genit yang sok akrab menggoda Nurul. Nurul paham laki-laki itu tampan, namun sikapnya yang seperti tebar pesona tersebut membuat nurul jijik sendiri.

"Cowok tampan jaman sekarang kebanyakan gak punya harga diri" Ucap Nurul kesal dalam hatinya.

Tanpa membalas perkataan dari laki-laki tersebut, Nurul pun kemudian meletakkan sapu yang di genggamnya di sebelah pohon, lalu berjalan santai pergi keluar rumah meninggalkan laki-laki yang tampak heran dengan sikap Nurul yang sombong dan cuek. Wanita lain bahkan akan terpesona jika dirayu dan digoda olehnya, namun Nurul tampak tak bergeming sama sekali dengan kharisma laki-laki itu. Hal yang membuat dia sedikit jengkel dan marah.

Sesuai dengan permintaan dari Bu Susan, Nurul pun kemudian pergi ke warung kelontong yang tidak jauh dari rumah keluarga Pak Primus, hanya berjalan selama 3 menit saja, dia sudah sampai di warung yang menjual hampir seluruh keperluan orang-orang termasuk juga sembako.

Saat sedang membeli minyak urut tersebut, Nurul dihampiri oleh sosok dua orang ibu-ibu yang terlihat menaruh perhatian pada Nurul.

"Mbak pembantu barunya Bu Susan ya??" tanya Ibu pertama pada Nurul.

Nurul yang sadar di panggil, langsung mengangguk menjawab "Iya Buk! saya baru kerja beberapa hari ini"

"Tuhkan! apa saya bilang Buk!!" Ibu kedua ikut berbicara.

"Kok mau sih mbak, kerja jadi pembantu di rumah Bu Susan??" Ibu pertama kembali bertanya.

Nurul pun terheran dengan maksud ibu-ibu ini "Emangnya kenapa Buk?? itu kan pekerjaan halal" jawab Nurul.

"Mbak bukan orang sini ya??" tanya ibu kedua.

Nurul mengangguk "Iya bukan orang sini Buk!!"

"Pantesan gak tau!! Gini yah mbak! keluarga tempat Mbak kerja itu udah cukup terkenal disekitar sini, soalnya mereka suka memperkerjakan wanita-wanita muda buat jadi pembantu mereka, tapi abis itu pembantunya juga di pake sama kepala keluarganya" Jelas Ibu kedua kembali.

Nurul yang masih belum mengerti maksud Ibu tersebut kembali bertanya "Dipake maksud ibu gimana?? saya gak ngerti" ucap Nurul bingung.

Kedua ibu-ibu tersebut pun saling pandang seakan mereka sedang ragu ingin menjelaskan kepada Nurul atau tidak.

"Dipake itu maksudnya disetubuhi Mbak!! di tidurin!!!" bisik Ibu pertama ke telinga Nurul.

Barulah akhirnya Nurul sadar maksud dari Ibu-ibu tersebut "Astagfirullah Hal adzim!! Ibu kok ngomongnya begitu?? ibu tau darimana???" tanya Nurul seperti agak tidak terima majikannya dibilang tukang mencabuli orang.

"Orang sekitar sini udah tau semua kok Mbak!! kabarnya memang begitu" Balas Ibu kedua.

"Tapi apa ibu pernah melihatnya langsung???" balik Nurul bertanya lagi.

Kali ini kedua ibu-ibu itu terdiam seribu bahasa tak bisa menjawab perkataan Nurul, "Yasudah kalau Mbak gak percaya! kita mah cuma mau memperingati saja" Ucap Ibu kedua yang nampak sedikit kesal kepada Nurul.

Nurul pun menggeleng melihat kepergian kedua ibu-ibu tersebut usai menyebarkan rumor yang tak sedap tentang majikannya. Bukan Nurul tak mau percaya apa yang mereka katakan, hanya saja Nurul juga telah merasakan jadi korban rumor dari ibu-ibu seperti mereka, Rumor bahwa Nurul mandul tersebar hanya karena dia belum memiliki momongan, dan beberapa orang menarik kesimpulan seperti itu. Dan sekarang Nurul pun berpikiran sama terhadap rumor yang membahas tentang majikannya. Nurul yakin kalau itu hanyalah sebuah kesimpulan bodoh dari beberapa orang yang sama sekali tidak tau inti permasalahannya.

Setelah Nurul kembali dari warung, suasana hatinya semakin buruk saja setelah mendengar gosip dari ibu-ibu sekitar. Hati yang tadinya sedang berbunga-bunga, sekarang terasa gersang dan panas ingin meluapkan isinya. Bahkan dalam perjalanan pulang dia terus menggerutu tidak berhenti sama sekali.

Sampai di rumah, Nurul pun langsung pergi ke kamar Bu Susan untuk mengantarkan minyak urut pesanannya. Nurul mengetuk daun pintu kamar berwarna putih tersebut meminta ijin untuk masuk.

"Permisi Mbak!! ini minyak urutnya sudah saya beli" Ucap Nurul dari luar.

"Masuk aja Nu!" Teriak Bu Susan dari dalam.

Karena sudah mendapat persetujuan, Nurul pun meraih gagang pintu dan membukanya dengan santai. Namun di dalam kamar, sebuah suasana yang hampir sama dengan kejadian dimana dia mengintip Bu Susan kembali terpampang di hadapannya. Akan tetapi bedanya saat ini Bu Susan tidaklah sedang bersenggama.

"Astagfirullah Hal Adzim" Ucap Nurul yang langsung berbalik badan ketika melihat Bu Susan duduk dalam keadaan telanjang bulat. Dibelakangnya juga duduk seorang pria yang tadi meminta Nurul untuk membeli minyak urut.

Bu Susan tersenyum melihat tingkah pembantunya itu "Loh, kamu kenapa??" tanyanya pura-pura.

"I--itu!! Mb--mbaakk kenapa gak pakai baju??" Nurul tergugup.

"Kan saya lagi di pijat Nu!" balas Bu Susan santai.

"Iy--iya! tapi kan itu ada cowok" ucap Nurul tak dapat membalikkan badannya.

Bu Susan kembali tersenyum "Ohhh!! ini mah si Ray namanya Nu! udah sering kok dia liatin saya bugil begini, Iya gak Ray???"

"Iya buk!" jawab laki-laki bernama Ray tersebut.

"Tuh! kamu denger sendiri kan??" Tanya Bu Susan menyakinkan. "Ray ini tukang pijet profesional, jadi tidak masalah mau saya telanjang apa gimana dia gak bakalan napsu" lanjut Bu Susan.

"Mana sini minyaknya!" pinta Bu Susan kembali berbicara.

Dengan sedikit ragu-ragu, Nurul pun akhirnya membalikkan badannya kembali dan mendekat ke arah Bu Susan. Dia mencoba memejamkan matanya tak ingin melihat tubuh telanjang majikan perempuannya tersebut.

"Hahaha, kamu lucu banget deh Nu! sama-sama perempuan kok gausah takut" Tawa Bu Susan pecah melihat tingkah kocak dari Nurul.

"Maaf Buk!!" Ucap Nurul menyerahkan botol minyak urut tersebut ke Bu Susan.

Namun Bu Susan langsung menimpali "Yaelah!! kemarin aja kamu ngintipin saya ngentot kayaknya berani-berani aja tuh" ucapnya menjatuhkan sebuah Bom kepada Nurul.

Dan Nurul pun langsung mematung tak dapat bergerak seolah-olah syaraf tubuhnya mati begitu saja, kepalanya serasa berputar dan jantungnya berdegub kencang saat dia menyadari kalau ternyata selama ini dia sudah ketauan mengintip

"Eh??" suara Nurul terasa tercekat tak dapat keluar.

"Kamunya berdiri mematung depan pintu gitu siapa yang gak liat coba??? hahahhahaa" Bu Susan tertawa puas melihat Nurul yang tak berkutik sama sekali.

Nurul yang sadar terhadap posisinya saat ini langsung menunduk tak dapat berbicara, hatinya pilu dan tubuhnya kelu tidak tau apa yang harus diperbuat.

"Ma--maafkan saya Mbak!!" Ucap Nurul tiba-tiba.

"Kenapa minta maaf?? saya gak nyalahin kamu kok. dari awal kan saya udah bilang sama kamu tentang hal aneh yang bakalan terjadi" Balas Bu Susan tersenyum.

Nurul pun kemudian terpikirkan oleh perkataan awal Bu Susan yang memberitahu Nurul kalau harus tetap diam saja seandainya dia melihat hal yang aneh-aneh di rumah ini. Dan sekarang dia mengerti hal aneh yang dimaksud Bu Susan tersebut adalah perselingkuhannya dengan para pria-pria muda.

"Dan lain kali jangan ngintip! kalau kamu pengen, kamu bisa nonton langsung! belum pernah kan kamu liat kontol gede???" Bu Susan terus mengeluarkan kata-kata kotor yang sepantasnya tidak dia ucapkan kepada Nurul.

Dan Nurul yang hanya diam, dalam hatinya terus mengucap kata ampunan kepada tuhan agar dia terbebas dari suasana yang sama sekali tidak dia mengerti ini. Bu Susan yang dianggapnya seorang wanita yang terhormat dan beribawa, sekarang malah melecehkan Nurul dengan kata-kata yang sangat tidak pantas diucapkan kepada akhwat muslimah seperti Nurul. Apalagi Nurul sudah mempunyai suami.

"Maafkan saya Mbak! saya permisi" Jawab Nurul tegas. Dia lalu berjalan keluar dari kamar tersebut tanpa menghiraukan lagi sepatah kata yang keluar dari mulut Bu Susan.

Yang Nurul tau, dia harus segera pergi dari sana sebelum dirinya marah dan meluapkan emosi sesaatnya pada majikan perempuannya tersebut. Bisa-bisa dia kehilangan pekerjaan yang baru beberapa hari saja dia tekuni ini.

Nurul berjalan sangat cepat ke arah dapur, dia tidak tahan dengan panas hatinya yang membuat tenggorokannya terasa sangat kering dan butuh minuman yang segar. Nurul berjalan begitu cepat sampai dia tidak menyadari keberadaan Sean yang tengah duduk di meja makan

"Astagfirullah hal Adzim!!!!!! Adeen!!!" teriak Nurul yang kaget.

"Ada apa dengan hari ini???" Ketus Nurul dalam hatinya. Berbagai kejadian tidak mengenakkan dan mengejutkannya terjadi berturut-turut tidak ada hentinya. Dan sekarang ketika dia mau menenangkan jiwanya, datang lagi seseorang yang membuatnya menjadi tidak nyaman.

Tapi berbeda dengan Nurul, Sean tampak santai "Mamah diatas?" tanyanya pada Nurul.

"Iya Den. lagi dipijat" Ucap Nurul.

"Cih" Sean berdecih tidak suka seolah dia tau apa yang sedang dan akan mamanya lakukan.

"Astagfirullah! Aden kenapa???" tanya Nurul semakin kaget ketika dia sadar kalau wajah Sean terlihat babak belur dan di ujung bibirnya terlihat mengalir darah yang sudah mengering.

"Bukan urusan Mbak!" balas Sean begitu dingin.

"Aden cabut sekolah??" Tanya Nurul lagi mengingat saat ini masih pukul 10 dan Sean sudah berada di rumah.

"Iya" jawab Sean begitu santai.

Khawatir dengan wajah Sean yang terlihat babak belur tersebut, Nurul pun langsung mencari kotak P3K yang letaknya sudah diberitahu Bu Susan sebelumnya. Dengan cepat dia mengambil kotak tersebut dan berjalan ke arah meja makan tempat Sean berada.

"Mau ngapain??" tanya Sean kaget melihat Nurul membawa kotak P3k dan tiba-tiba langsung duduk di hadapannya. Membuat wangi tubuh Nurul yang begitu enak langsung tercium di hidung Sean.

"Mbak obatin lukanya sini!!" Ucap Nurul menyiapkan kapas dan obat merah.

"Udah gausah" protes Sean membuang muka.

Namun bukan Nurul namanya kalau tidak keras kepala "Udah Aden diem dulu" Ucapnya memegang wajah Sean dan manarik wajah tampan anak muda itu berhadap-hadapan dengannya.

Dengan lembut dan telaten, Nurul pun kemudian mulai mengobati beberapa luka yang ada di wajah Sean dengan begitu seksama. Tak disadari oleh Nurul bahwa anak muda tersebut sedang dalam masa peralihan dan memiliki nafsu syahwat yang lebih dari orang lain. Apalagi Sean yang terbuai oleh wangi tubuh Nurul yang bercampur dengan parfum khas akhwat tersebut. Membuat Sean mau tak mau memperhatikan dengan lekat wajah Nurul yang tertutup oleh cadarnya dan hanya menampakkan sepasang bola mata yang indah dan menawan.

"Mbak mau jadi pacar saya gak??" Ucap Sean begitu tiba-tiba.





................






Kembali ke tanah kalimantan.

Usai Haris menutup telfon istrinya, Pak Sukani pun datang menghampiri Haris yang tampak sedikit ragu.

"Saya udah lakuin seperti yang bapak minta" Ucap Haris kepada Pak Sukani.

Pak Sukani tersenyum senang "Baiklah Mas! sisanya serahkan saja sama saya"

"Tapi bapak harus berjanji kalau istri saya gak mau bapak harus mundur" Ucap Haris.

Pak Sukani mengangguk "Sesuai perjanjian Mas!"

"Baik" jawab Haris mantap.

Lalu Pak Sukani pun terkekeh berjalan meninggalkan Haris sebelum dia berbalik badan "Kalau Mas Haris masih ragu, belum terlambat untuk membatalkannya kok" Ucap Pak Sukani seperti memberi sebuah kesempatan terakhir untuk mundur kepada Haris.

Namun tampaknya Haris begitu yakin dengan keputusannya ini "Saya udah yakin Pak" balas Haris mantap.

"Dasar suami bodoh" Ucap Pak Sukani terkekeh dalam hatinya.

#Bersambung.............

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Akhwat Yang Ternoda - Part 4"

Post a Comment