Pagi hari
dikediaman Pak Primus, Nurul kembali kepada rutinitas barunya sebagai seorang
pembantu rumah tangga. Dia mengerjakan seluruh pekerjaan yang sudah diberitahu
oleh Bu Susan dengan sangat cepat dan rapi. Dan kali ini tidak banyak pula
pekerjaan yang harus Nurul lakukan selain bersih-bersih rumah dan halaman
sekitarnya.
Diluar Nurul
tampak tenang, tapi dalam hatinya seperti terjadi sebuah perang antara batin
dan akal sehatnya. Mimpi yang dialaminya tadi malam masih terngiang-ngiang di
benak Nurul dengan jelas. Apalagi setelah dia kembali bertemu dan
berbincang-bincang dengan Pak Primus, yang membuat dia mau tak mau memikirkan
majikannya tersebut sedang melecehkan tubuh miliknya seperti yang terjadi dalam
mimpi.
Nurul berusaha
sekuat tenaga untuk membuang pikirannya tersebut, beberapa kali dia terus
mengucap dan memohon ampun pada tuhan atas dosa yang telah dia perbuat. Memang
mimpi tersebut adalah pemberian tuhan, namun Nurul yakin kalau iblis-iblis
sedang berusaha mempengaruhi pikirannya sampai-sampai dia bermimpi secabul itu.
"Mungkin aku
kurang bersyukur" Ucap Nurul dalam hatinya.
Sedang sibuk
menyapu halaman rumah, Smartphone milik Nurul berbunyi dengan nada dering lagu
dari Nisa Sabyan kesukaannya. Setelah di cek, ternyata itu adalah panggilan telfon
dari Haris suaminya.
"Assalamualaikum
Bi!" Ucap Nurul mengangkat telfon.
"Waalaikumsalam
Mi! Umi lagi dimana??" tanya Haris.
"Ini masih di
rumahnya Bu Susan. Kenapa Bi??"
"Gapapa, Abi
cuma pengen nanya"
"Gimana
pekerjaan disana Bi?? lancar???"
"Alhamdulillah
semuanya berjalan dengan lancar. Umi gimana?? lancar juga gak pekerjaan
barunya??"
"Alhamdulillah
Bi! Bu Susan dan keluarganya orang baik, Umi suka kerja disini"
"Syukurlah
kalau begitu!!" jawab Haris tenang, lalu dia melanjutkan "Oh iya, lusa
nanti Pak Sukani udah pulang dari kalimantan, trus Abi nitip sesuatu sama dia
buat Umi" ucap Haris lagi.
"Loh, Pak
Sukani kok pulangnya cepet??"
"Iya, dia
cuma nganter dan registrasi anak-anak baru saja Mi! dia kan udah juragan
gitu"
"Oh gitu.
Tapi Abi nitip apaan??"
"Ada deh!
pokoknya suprise buat Umi"
"Duh. Umi
jadi gak sabar nunggunya" Ucap Nurul bersemu merah mendapati kalau
suaminya akan memberikannya sebuah hadiah kejutan.
"Satu lagi,
kemarin Abi udah pesen sama Pak Sukani minta tolong buat jagain Umi kalau Umi
lagi butuh sesuatu. Jadi kalau terjadi apa-apa Umi bilang sama Pak Sukani
aja!" terang Haris.
"Hahaha,
enggak lah Bi! Umi gapapa kok di rumah sendirian"
"Kalau hujan
gede Umi gak takut??? atau mati lampu malam-malam gitu??" tanya Haris
memancing.
"Ihh!! kok
Abi ngomongnya gitu sih!!" balas Nurul ketus.
"Ya maksud
Abi buat jaga-jaga aja"
"Tapi apa
kata orang Bi kalau Pak Sukani kesini malem-malem" jawab Nurul khawatir.
"Gak usah
pikirin omongan orang dulu! yang penting Umi aman di rumah. Abi gak tenang
kerjanya kalau kepikiran Umi terus" jawab Haris.
Dan Nurul pun
sadar kalau suaminya tersebut ternyata masih belum bisa meninggalkannya sendiri
begitu saja, Nurul senang mendapati kalau Haris masih menjadi suami yang baik
meski mereka sedang berjauhan. Perhatian kecil seperti ini saja sudah membuat
hati Nurul melambung tinggi dan berbunga-bunga.
"Baiklah Bi!
terserah Abi saja! Umi nurut deh" balasnya kemudian.
"Yaudah kalau
gitu, Abi lanjut kerja yah. I love youuu" ucap Haris romantis.
Nurul yang
mendengarnya tersenyum senang "Iiihhh.. ganjen banget pakai love
love"
"Kan Abi
emang Love sama Umi. hehehehe" balas Haris menggombal.
"Yaudah deh!
semangat terus ya Abi ku sayang. I love youu tooo"
Setelah telfonnya
di tutup, Nurul pun kembali kepada moodnya semula. Hatinya sedang
berbunga-bunga dan senang sekali setelah mendapat telfon dari Haris sang suami
tercinta. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil Nurul pun melanjutkan menyapu halaman
rumah dengan perasaan yang begitu ceria.
"Maaf
Mbak!" sebuah suara tiba-tiba mengejutkan Nurul.
"Astagfirullah
hal adzim" Ucapnya terlonjak begitu kaget. Nurul pun berbalik dan melihat
ke arah orang yang sedang memanggilnya.
Dan orang itu pun
tersenyum manis "Maaf Mbak! Bu Susan minta untuk dibelikan minyak urut di
warung" Ucap orang tersebut yang ternyata adalah seorang laki-laki muda
dan tampan.
"Mi--minyak
urut merek apa mas??" tanya Nurul gugup.
"Terserah
Mbak! yang penting bisa bikin licin" kerling laki-laki tersebut menggoda
Nurul.
Baru saja mood
Nurul kembali membaik setelah ditelfon oleh suaminya, sekarang malah balik lagi
ke mood buruknya gara-gara laki-laki genit yang sok akrab menggoda Nurul. Nurul
paham laki-laki itu tampan, namun sikapnya yang seperti tebar pesona tersebut
membuat nurul jijik sendiri.
"Cowok tampan
jaman sekarang kebanyakan gak punya harga diri" Ucap Nurul kesal dalam
hatinya.
Tanpa membalas
perkataan dari laki-laki tersebut, Nurul pun kemudian meletakkan sapu yang di
genggamnya di sebelah pohon, lalu berjalan santai pergi keluar rumah
meninggalkan laki-laki yang tampak heran dengan sikap Nurul yang sombong dan
cuek. Wanita lain bahkan akan terpesona jika dirayu dan digoda olehnya, namun
Nurul tampak tak bergeming sama sekali dengan kharisma laki-laki itu. Hal yang
membuat dia sedikit jengkel dan marah.
Sesuai dengan
permintaan dari Bu Susan, Nurul pun kemudian pergi ke warung kelontong yang
tidak jauh dari rumah keluarga Pak Primus, hanya berjalan selama 3 menit saja,
dia sudah sampai di warung yang menjual hampir seluruh keperluan orang-orang
termasuk juga sembako.
Saat sedang
membeli minyak urut tersebut, Nurul dihampiri oleh sosok dua orang ibu-ibu yang
terlihat menaruh perhatian pada Nurul.
"Mbak
pembantu barunya Bu Susan ya??" tanya Ibu pertama pada Nurul.
Nurul yang sadar
di panggil, langsung mengangguk menjawab "Iya Buk! saya baru kerja
beberapa hari ini"
"Tuhkan! apa
saya bilang Buk!!" Ibu kedua ikut berbicara.
"Kok mau sih
mbak, kerja jadi pembantu di rumah Bu Susan??" Ibu pertama kembali
bertanya.
Nurul pun terheran
dengan maksud ibu-ibu ini "Emangnya kenapa Buk?? itu kan pekerjaan
halal" jawab Nurul.
"Mbak bukan
orang sini ya??" tanya ibu kedua.
Nurul mengangguk
"Iya bukan orang sini Buk!!"
"Pantesan gak
tau!! Gini yah mbak! keluarga tempat Mbak kerja itu udah cukup terkenal
disekitar sini, soalnya mereka suka memperkerjakan wanita-wanita muda buat jadi
pembantu mereka, tapi abis itu pembantunya juga di pake sama kepala
keluarganya" Jelas Ibu kedua kembali.
Nurul yang masih
belum mengerti maksud Ibu tersebut kembali bertanya "Dipake maksud ibu
gimana?? saya gak ngerti" ucap Nurul bingung.
Kedua ibu-ibu
tersebut pun saling pandang seakan mereka sedang ragu ingin menjelaskan kepada
Nurul atau tidak.
"Dipake itu
maksudnya disetubuhi Mbak!! di tidurin!!!" bisik Ibu pertama ke telinga
Nurul.
Barulah akhirnya
Nurul sadar maksud dari Ibu-ibu tersebut "Astagfirullah Hal adzim!! Ibu
kok ngomongnya begitu?? ibu tau darimana???" tanya Nurul seperti agak
tidak terima majikannya dibilang tukang mencabuli orang.
"Orang
sekitar sini udah tau semua kok Mbak!! kabarnya memang begitu" Balas Ibu
kedua.
"Tapi apa ibu
pernah melihatnya langsung???" balik Nurul bertanya lagi.
Kali ini kedua
ibu-ibu itu terdiam seribu bahasa tak bisa menjawab perkataan Nurul,
"Yasudah kalau Mbak gak percaya! kita mah cuma mau memperingati saja"
Ucap Ibu kedua yang nampak sedikit kesal kepada Nurul.
Nurul pun
menggeleng melihat kepergian kedua ibu-ibu tersebut usai menyebarkan rumor yang
tak sedap tentang majikannya. Bukan Nurul tak mau percaya apa yang mereka
katakan, hanya saja Nurul juga telah merasakan jadi korban rumor dari ibu-ibu
seperti mereka, Rumor bahwa Nurul mandul tersebar hanya karena dia belum
memiliki momongan, dan beberapa orang menarik kesimpulan seperti itu. Dan sekarang
Nurul pun berpikiran sama terhadap rumor yang membahas tentang majikannya.
Nurul yakin kalau itu hanyalah sebuah kesimpulan bodoh dari beberapa orang yang
sama sekali tidak tau inti permasalahannya.
Setelah Nurul
kembali dari warung, suasana hatinya semakin buruk saja setelah mendengar gosip
dari ibu-ibu sekitar. Hati yang tadinya sedang berbunga-bunga, sekarang terasa
gersang dan panas ingin meluapkan isinya. Bahkan dalam perjalanan pulang dia
terus menggerutu tidak berhenti sama sekali.
Sampai di rumah,
Nurul pun langsung pergi ke kamar Bu Susan untuk mengantarkan minyak urut
pesanannya. Nurul mengetuk daun pintu kamar berwarna putih tersebut meminta
ijin untuk masuk.
"Permisi
Mbak!! ini minyak urutnya sudah saya beli" Ucap Nurul dari luar.
"Masuk aja
Nu!" Teriak Bu Susan dari dalam.
Karena sudah
mendapat persetujuan, Nurul pun meraih gagang pintu dan membukanya dengan
santai. Namun di dalam kamar, sebuah suasana yang hampir sama dengan kejadian dimana
dia mengintip Bu Susan kembali terpampang di hadapannya. Akan tetapi bedanya
saat ini Bu Susan tidaklah sedang bersenggama.
"Astagfirullah
Hal Adzim" Ucap Nurul yang langsung berbalik badan ketika melihat Bu Susan
duduk dalam keadaan telanjang bulat. Dibelakangnya juga duduk seorang pria yang
tadi meminta Nurul untuk membeli minyak urut.
Bu Susan tersenyum
melihat tingkah pembantunya itu "Loh, kamu kenapa??" tanyanya
pura-pura.
"I--itu!!
Mb--mbaakk kenapa gak pakai baju??" Nurul tergugup.
"Kan saya
lagi di pijat Nu!" balas Bu Susan santai.
"Iy--iya!
tapi kan itu ada cowok" ucap Nurul tak dapat membalikkan badannya.
Bu Susan kembali
tersenyum "Ohhh!! ini mah si Ray namanya Nu! udah sering kok dia liatin
saya bugil begini, Iya gak Ray???"
"Iya buk!"
jawab laki-laki bernama Ray tersebut.
"Tuh! kamu
denger sendiri kan??" Tanya Bu Susan menyakinkan. "Ray ini tukang
pijet profesional, jadi tidak masalah mau saya telanjang apa gimana dia gak
bakalan napsu" lanjut Bu Susan.
"Mana sini
minyaknya!" pinta Bu Susan kembali berbicara.
Dengan sedikit
ragu-ragu, Nurul pun akhirnya membalikkan badannya kembali dan mendekat ke arah
Bu Susan. Dia mencoba memejamkan matanya tak ingin melihat tubuh telanjang
majikan perempuannya tersebut.
"Hahaha, kamu
lucu banget deh Nu! sama-sama perempuan kok gausah takut" Tawa Bu Susan
pecah melihat tingkah kocak dari Nurul.
"Maaf
Buk!!" Ucap Nurul menyerahkan botol minyak urut tersebut ke Bu Susan.
Namun Bu Susan
langsung menimpali "Yaelah!! kemarin aja kamu ngintipin saya ngentot
kayaknya berani-berani aja tuh" ucapnya menjatuhkan sebuah Bom kepada
Nurul.
Dan Nurul pun
langsung mematung tak dapat bergerak seolah-olah syaraf tubuhnya mati begitu
saja, kepalanya serasa berputar dan jantungnya berdegub kencang saat dia
menyadari kalau ternyata selama ini dia sudah ketauan mengintip
"Eh??"
suara Nurul terasa tercekat tak dapat keluar.
"Kamunya
berdiri mematung depan pintu gitu siapa yang gak liat coba??? hahahhahaa"
Bu Susan tertawa puas melihat Nurul yang tak berkutik sama sekali.
Nurul yang sadar
terhadap posisinya saat ini langsung menunduk tak dapat berbicara, hatinya pilu
dan tubuhnya kelu tidak tau apa yang harus diperbuat.
"Ma--maafkan
saya Mbak!!" Ucap Nurul tiba-tiba.
"Kenapa minta
maaf?? saya gak nyalahin kamu kok. dari awal kan saya udah bilang sama kamu
tentang hal aneh yang bakalan terjadi" Balas Bu Susan tersenyum.
Nurul pun kemudian
terpikirkan oleh perkataan awal Bu Susan yang memberitahu Nurul kalau harus
tetap diam saja seandainya dia melihat hal yang aneh-aneh di rumah ini. Dan
sekarang dia mengerti hal aneh yang dimaksud Bu Susan tersebut adalah
perselingkuhannya dengan para pria-pria muda.
"Dan lain
kali jangan ngintip! kalau kamu pengen, kamu bisa nonton langsung! belum pernah
kan kamu liat kontol gede???" Bu Susan terus mengeluarkan kata-kata kotor
yang sepantasnya tidak dia ucapkan kepada Nurul.
Dan Nurul yang
hanya diam, dalam hatinya terus mengucap kata ampunan kepada tuhan agar dia
terbebas dari suasana yang sama sekali tidak dia mengerti ini. Bu Susan yang
dianggapnya seorang wanita yang terhormat dan beribawa, sekarang malah
melecehkan Nurul dengan kata-kata yang sangat tidak pantas diucapkan kepada
akhwat muslimah seperti Nurul. Apalagi Nurul sudah mempunyai suami.
"Maafkan saya
Mbak! saya permisi" Jawab Nurul tegas. Dia lalu berjalan keluar dari kamar
tersebut tanpa menghiraukan lagi sepatah kata yang keluar dari mulut Bu Susan.
Yang Nurul tau,
dia harus segera pergi dari sana sebelum dirinya marah dan meluapkan emosi
sesaatnya pada majikan perempuannya tersebut. Bisa-bisa dia kehilangan
pekerjaan yang baru beberapa hari saja dia tekuni ini.
Nurul berjalan
sangat cepat ke arah dapur, dia tidak tahan dengan panas hatinya yang membuat
tenggorokannya terasa sangat kering dan butuh minuman yang segar. Nurul
berjalan begitu cepat sampai dia tidak menyadari keberadaan Sean yang tengah
duduk di meja makan
"Astagfirullah
hal Adzim!!!!!! Adeen!!!" teriak Nurul yang kaget.
"Ada apa
dengan hari ini???" Ketus Nurul dalam hatinya. Berbagai kejadian tidak
mengenakkan dan mengejutkannya terjadi berturut-turut tidak ada hentinya. Dan
sekarang ketika dia mau menenangkan jiwanya, datang lagi seseorang yang
membuatnya menjadi tidak nyaman.
Tapi berbeda
dengan Nurul, Sean tampak santai "Mamah diatas?" tanyanya pada Nurul.
"Iya Den.
lagi dipijat" Ucap Nurul.
"Cih"
Sean berdecih tidak suka seolah dia tau apa yang sedang dan akan mamanya
lakukan.
"Astagfirullah!
Aden kenapa???" tanya Nurul semakin kaget ketika dia sadar kalau wajah
Sean terlihat babak belur dan di ujung bibirnya terlihat mengalir darah yang
sudah mengering.
"Bukan urusan
Mbak!" balas Sean begitu dingin.
"Aden cabut
sekolah??" Tanya Nurul lagi mengingat saat ini masih pukul 10 dan Sean
sudah berada di rumah.
"Iya"
jawab Sean begitu santai.
Khawatir dengan
wajah Sean yang terlihat babak belur tersebut, Nurul pun langsung mencari kotak
P3K yang letaknya sudah diberitahu Bu Susan sebelumnya. Dengan cepat dia
mengambil kotak tersebut dan berjalan ke arah meja makan tempat Sean berada.
"Mau
ngapain??" tanya Sean kaget melihat Nurul membawa kotak P3k dan tiba-tiba
langsung duduk di hadapannya. Membuat wangi tubuh Nurul yang begitu enak
langsung tercium di hidung Sean.
"Mbak obatin
lukanya sini!!" Ucap Nurul menyiapkan kapas dan obat merah.
"Udah
gausah" protes Sean membuang muka.
Namun bukan Nurul
namanya kalau tidak keras kepala "Udah Aden diem dulu" Ucapnya
memegang wajah Sean dan manarik wajah tampan anak muda itu berhadap-hadapan
dengannya.
Dengan lembut dan
telaten, Nurul pun kemudian mulai mengobati beberapa luka yang ada di wajah
Sean dengan begitu seksama. Tak disadari oleh Nurul bahwa anak muda tersebut
sedang dalam masa peralihan dan memiliki nafsu syahwat yang lebih dari orang
lain. Apalagi Sean yang terbuai oleh wangi tubuh Nurul yang bercampur dengan
parfum khas akhwat tersebut. Membuat Sean mau tak mau memperhatikan dengan
lekat wajah Nurul yang tertutup oleh cadarnya dan hanya menampakkan sepasang
bola mata yang indah dan menawan.
"Mbak mau
jadi pacar saya gak??" Ucap Sean begitu tiba-tiba.
................
Kembali ke tanah
kalimantan.
Usai Haris menutup
telfon istrinya, Pak Sukani pun datang menghampiri Haris yang tampak sedikit
ragu.
"Saya udah
lakuin seperti yang bapak minta" Ucap Haris kepada Pak Sukani.
Pak Sukani
tersenyum senang "Baiklah Mas! sisanya serahkan saja sama saya"
"Tapi bapak
harus berjanji kalau istri saya gak mau bapak harus mundur" Ucap Haris.
Pak Sukani
mengangguk "Sesuai perjanjian Mas!"
"Baik"
jawab Haris mantap.
Lalu Pak Sukani
pun terkekeh berjalan meninggalkan Haris sebelum dia berbalik badan "Kalau
Mas Haris masih ragu, belum terlambat untuk membatalkannya kok" Ucap Pak
Sukani seperti memberi sebuah kesempatan terakhir untuk mundur kepada Haris.
Namun tampaknya
Haris begitu yakin dengan keputusannya ini "Saya udah yakin Pak"
balas Haris mantap.
"Dasar suami
bodoh" Ucap Pak Sukani terkekeh dalam hatinya.
#Bersambung.............
0 Response to "Akhwat Yang Ternoda - Part 4"
Post a Comment