--------Masih
Flashback----------
Malam hari usai kejadian
mobil goyang yang disaksikan oleh Nurul dengan mata kepalanya sendiri. Nurul
jadi tidak bisa tidur karena mencoba menerka-nerka apa yang Uminya lakukan
dengan dua orang pria yang bukan mahromnya tersebut di dalam mobil. Waktu itu
memang Nurul masih belum mengenal yang namanya seks ataupun berhubungan badan,
jadi dia tidak dapat berpikir sampai kesana. Hanya saja, memang Nurul sudah
dapat menyimpulkan kalau apa yang dilakukan Uminya tersebut adalah suatu
tindakan terlarang dan hal yang tidak baik.
Sebenarnya tadi Nurul
cukup lama melihat mobil tersebut yang terus-terusan bergoyang tidak berhenti,
tapi karena kaca mobilnya berwarna hitam gelap, jadi Nurul tidak bisa melihat
kedalam dan melihat apa yang dilakukan oleh Uminya disana. Jadi karena dia
bosan tidak tau apa yang harus dilakukan lagi, Nurul pun kemudian memutuskan
untuk beranjak dari tempatnya dan memilih menikmati acara kembali. Namun sampai
detik dia mau tidur, Nurul pun tak dapat melupakan sedikitpun kegelisahannya.
Apalagi sekarang ditambah
dengan suara percekcokan antara Umi dan Abinya yang terdengar lumayan jelas
dari kamar sebelah. Pemicu nya adalah kemarahan Kyai Hasan yang heran kepada
Ibu Halimah karena istrinya tersebut baru masuk ke dalam kamar pukul 12 malam.
Padahal acara makan malam bersama tersebut sudah berakhir pukul sebelas tadi.
"Umi
darimana??" suara Kyai Hasan menyelidik.
"Tadi Umi ikut
bantuin yang lain beres-beres dulu"
"Abi gak liat Umi
daritadi perasaani!"
"Ah, mungkin Abinya
saja yang terlalu fokus sama acaranya" balas Ibu Halimah.
"Nggak! Abi udah
mulai merhatiin Umi dari tadi"
"Merhatiin kenapa???
emangnya ada yang salah sama Umi??" Suara Ibu Halimah mulai naik.
"Gak ada! tapi Umi
daritadi gak keliatan" balas Kyai Hasan.
"Halaahh, bilang
saja Abi gak liat karena Abi terlalu fokus sama si Siti janda anak Pak sulaiman
itu!!" sindir Ibu Halimah. Memang selama ini Ibu Halimah sering sekali
memergoki suaminya tersebut memandang ke arah seorang janda kampung sekitar
yang bernama Siti tersebut.
"Astagfirullah! Umi
kenapa ngomong kayak begitu?? istigfar Umi!! Umi udah menuduh Abi yang
macam-macam" balas Kyai Hasan mulai marah.
"Abi kira Umi gak
sadar?? semenjak Abi bilang ingin punya istri lagi, Umi udah tau kalau Abi
sudah kebelet pengen sama si Siti itu!!" Teriak Ibu Halimah begitu kesal.
Instingnya sebagai seorang perempuan dan seorang istri tidak bisa diremehkan.
"Astagfirullah
Umi!!"
"Dah ah! Umi capek
abis kerja banyak!! males ladenin Abi!!" Ucap Ibu Halimah.
Lalu suasana pun menjadi
hening dan diam, baik Kyai Hasan maupun Ibu Halimah pun tak lagi mengeluarkan
suara sedikitpun. Suasana seperti ini memang sebenarnya sudah lumrah di telinga
Nurul, karena kehidupan Kyai Hasan dan Ibu Halimah tidak seharmonis yang orang
lain lihat diluar sana. Acap kali kedua pengantin yang sudah menikah lama itu
cekcok akan sesuatu yang kadang Nurul sendiri tidak mengerti permasalahannya.
Seperti malam ini, dari
yang awalnya Kyai Hasan cuma bertanya tentang keberadaan istrinya, lalu
menyebar ke hal-hal yang membuat Nurul sedikit bingung. Apalagi ketika
mendengar pernyataan Uminya yang menuduh Kyai Hasan ingin menikah lagi dengan
seorang yang bernama Siti. Dan setau Nurul, Siti merupakan janda beranak satu
yang tinggal tidak jauh dari pondok pesantren dan merupakan perempuan yang
rajin ikut pengajian.
Detik demi detik berlalu
melewati pagi hingga siang pun tiba. Nurul yang semalam tertidur agak telat,
terbangun merasakan perutnya perih ketika matahari sudah hampir sejajar diatas
kepala. Untungnya memang dia sudah memberitahu Uminya kemarin kalau Nurul
sekarang sedang kedatangan tamu bulanan, jadi dia tidak perlu bangun pagi untuk
melakukan ibadah.
"Anak perawan Umi
kok bangunnya siang sih??" tanya Ibu Halimah ketika melihat Nurul berjalan
gontai ke arah dapur. Disana, Ibu Halimah terlihat sedang memasak masakan yang
lumayan banyak dan beragam macamnya.
"Ada acara apaan
Mi??" tanya Nurul heran. karena tidak seperti biasanya Umi nya tersebut
memasak banyak seperti ini.
"Ohh ini! Abimu mau
ngundang Mas Mario buat makan siang bersama" balas Uminya melanjutkan
memasak.
Nurulpun kemudian
membayangkan laki-laki bertubuh gempal dan berkepala botak itu seketika, tak
lupa dengan kejadian aneh antara Uminya dan Mario beberapa hari belakangan,
mulai dari kejadian dimana laki-laki tersebut meremas pantat Uminya, sampai
kejadian mobil goyang yang terjadi tadi malam.
"Umi ada apaan sih
sama Mas Mario??" tanya Nurul yang sudah tidak tahan lagi untuk tidak
penasaran.
Ibu Halimah menatap Nurul
aneh "Maksud kamu??" tanyanya heran.
"Tadi malam Nurul
liat Umi masuk dalam mobil sama Mas Mario" jawab Nurul begitu polos dan
jujur.
Membuat raut wajah Ibu
Halimah berubah seketika "Ka--kamu lihat apaan sayang??" tanya Ibu
Halimah berhati-hati.
"Gak liat apa-apa
sih! cuma mobilnya goyang-goyang doang" jawab Nurul cuek.
Ibu Halimah pun merasa
lega "Ohh itu Umi lagi bantuin Mas Mario sayang" jawabnya berkilah.
"Bantuin apaan
Mi??" tanya Nurul makin penasaran.
"Ooohhhhh!! ituu!!
apaa!! Umi bantuin Mas Mario masangin kursi mobilnya!! iya ituu!! Umi bantu dia
masangin" Jawab Ibu Halimah berpikir keras membuat alasan agar anak
gadisnya tersebut tidak curiga.
Namun rasa penasaran
Nurul belum habis "Emang kursinya kenapa Mi??" tanya Nurul kembali.
"Itu! kamu tau kan
mobil itu punya temennya Mas Mario! kemarin kursinya di copot supaya bisa bawa
terpal" jawab Ibu Halimah mulai lancar dengan kebohongannya sendiri.
"Tapi kok temennya
Mas Mario ikut juga??" Nurul masih curiga.
Dan Uminya tersebut
tersenyum "Iya, Umi cuma bantu nerangin mereka doang pakai senter, soalnya
lampu mobilnya mati. Yang kerja cuma mereka berdua, Umi mah diam doang
liatin" balas Ibu Halimah.
"Ooohh gituu!!"
angguk Nurul percaya. Memang saat itu Nurul masih seorang remaja polos yang
tidak tau apa-apa. jadi dia tidak berpikiran aneh-aneh lagi setelah mendapat
jawaban yang lumayan masuk akal dari Uminya tersebut.
"Kamu mandi gih,
nanti ikutan makan siang sama Abi dan Mas Mario" suruh Ibu Halimah pada
Nurul.
"Gak ah Mi! lagi gak
napsu makan! entar aja" jawab Nurul melenggang masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah beberapa lama,
Nurul pun akhirnya telah selesai mandi dan masuk mengurung dirinya di dalam
kamar. Nurul kemudian asik mendengarkan musik-musik yang ada di radio
walkmannya. Ini adalah kegiatan yang dia lakukan hampir setiap hari karena
tidak ada lagi yang bisa dia lakukan dalam suasana seperti ini.
Di luar rumah, ternyata
Mario sudah datang dengan berpakaian seperti biasanya, menggunakan sebuah
celana army panjang berwarna hijau dan sebuah kaos oblong yang lumayan ngepas
di badannya yang gemuk itu. Mario sebenarnya berperawakan agak kasar dan
bertubuh lumayan pendek, rambutnya dibotak cepak dan perutnya terlihat agak
membuncit. tapi meskipun begitu, tangan mario masih terlihat kekar dan kuat
hasil dari kerja kerasnya sebagai relawan bencana selama bertahun-tahun.
"Selamat siang Pak
Kyai" sapa Mario mengucap salam pada Kyai Hasan.
Kebetulan Kyai Hasan
sedang duduk-duduk di teras rumah usai melaksakanan sholat dzuhur berjamaah.
"Selamat siang Nak Mario. Mari silahkan masuk" Ucap Kyai Hasan
mempersilahkan.
"Mi!! Umiii!!!"
teriak Kyai Hasan memanggil Ibu Halimah. Yang membuat Nurul juga ikut bangkit
dari ranjangnya dan mengintip ke arah luar lewat pintu yang dia buka sedikit.
Dari arah dapur, Ibu
Halimah pun berjalan agak tergopoh-gopoh karena dia sedang memakai mukena
"Iya Bi!!" jawabnya merespon Kyai Hasan.
"Makan siangnya udah
siap belum Mi??" tanya Kyai Hasan.
Ibu Halimah tersenyum
ramah "Udah Bi! tinggal dinikmatin saja!" jawabnya. Lalu dia
memberikan sebuah kerlingan genit ke arah Mario ketika Kyai Hasan sedang tidak
melihat.
"Yasudah kalau
begitu, Mari Nak Mario kita ke dalam" ajak Kyai Hasan mengajak pemuda
tersebut masuk ke dalam rumah.
"Umi tinggal sholat
sebentar ya Bi!!" Ibu Halimah berpamitan kepada suaminya tersebut.
"Loh! Ustadzah gak
ikut makan bareng kita??" tanya Mario sedikit heran.
"Enggak Mas, saya
mau sholat dulu! nanti saya nyusul" balas Ibu Halimah.
Lalu Ibu Halimah pun
pergi masuk ke dalam kamar meninggalkan Kyai Hasan dan Mario yang sudah
berjalan ke ruangan makan.
"Wahh. rumahnya Pak
Kyai bagus yah!" Puji Mario melihat sekitar.
Kyai Hasan pun merasa
senang dipuji seperti itu "Hahaha, bisa aja Nak Mario!! Ya Alhamdulillah
rumahnya gak ikut roboh kayak bangunan pondok" Ucap Pak Kyai merasa lega.
Memang selain rumah Kyai
Hasan, beberapa bangunan lain disekitar masih tampak utuh walau banyak terlihat
keretakan di dindingnya sana sini, namun masih bisa ditempati. total lima dari
tujuh rumah disekitar pondok masih tegak dan utuh. Hanya rumah pasangan Ustadz
Kholil dan Ustadzah Dina serta rumah Kyai Basyir dan Ummu Aisyah yang roboh
bersamaan dengan bangunan utama pondok dan asrama santri.
"Mari Nak Mario
langsung saja!" ajak Kyai Hasan kepada Mario.
Mario pun yang tampak
agak sungkan mulai duduk di meja makan yang terbuat dari kayu jati besar
tersebut, mejanya tampak kokoh dan di tutupi oleh taplak meja yang besar hingga
terjuntai ke lantai dan menutupi seluruh daerah bawah meja itu sendiri. Tampak
di meja tersebut sudah dipenuhi oleh makanan yang dimasak sendiri oleh Ibu
Halimah untuk menjamu tamu spesial seperti Mario.
"Waahh!! banyak
banget makanannya Pak Kyai" Ucap Mario bersemangat. Makan adalah salah
satu hobi favorit Mario sehingga dia susah menjaga berat badan tubuhnya
sendiri.
Kyai Hasan tampak senang
"Iya, saya suduh suruh Ustadzah untuk masak yang banyak! silahkan!
silahkan" ajak Kyai menyuruh Mario untuk mengambil nasi duluan.
"Saya berterima
kasih banget sama Nak Mario dan yang lainnya sudah mau membantu kami sejauh
ini" Ucap Kyai Hasan mengungkap tujuannya mengundang Mario untuk makan
siang bersama.
"Ah! gak usah
berterima kasih Pak Kyai! ini emang sudah kewajiban kita untuk saling membantu
antar sesama kok" Jawab Mario berbasa basi sambil menyuap makanannya.
"Hahahaha, saya tau
Nak Mario ini orang yang baik, tambah!! tambah!!" Canda Pak Kyai
menyodorkan segala macam lauk ke arah Mario.
Dari arah pintu depan,
terdengar sebuah suara yang memanggil Kyai Hasan "Assalamualaikum! Pak
Kyaiii!! Pak Kyai!!" ucap Suara tersebut.
"Maaf Nak Mario saya
tinggal sebentar" Pamit Kyai Hasan.
Lalu diapun berjalan ke
arah depan dan mendapati kalau yang memanggilnya adalah Irfan, anak dari Kyai
Basyir. "Kenapa Fan??" tanya Pak Kyai bingung.
"Itu Pak Kyai! ada
bantuan datang! mereka ingin ketemu sama ketua pondok" ucap Anak kecil
berumur 8 tahun itu.
"Oalaahh. sebentar
ya Fan! Pak Kyai ganti sarung dulu" Jawab Kyai Hasan kembali masuk ke
dalam rumah dan pergi ke arah meja makan
"Maaf Nak Mario,
sepertinya saya harus pamit agak lama soalnya ada bantuan yang datang"
Ucapnya kepada Mario.
"Oh iya gapapa Pak
Kyai silahkan" jawab Mario tersenyum.
Kyai Hasan pun kemudian
masuk ke dalam kamarnya sendiri untuk mengganti sarung miliknya dengan celana.
Di dalam kamar, nampak Ibu Halimah sudah selesai sholat dan langsung bersalaman
dengan suaminya.
"Maaf Mi! Umi bisa
temenin Mario sebentar gak?? Abi mau pergi nih" Pinta Kyai Hasan.
Dan Ibu Halimah pun
tersenyum "Bisa Bi! Abi tenang aja biar Umi yang temenin Mario"
jawabnya.
Sepeninggal Kyai Hasan
yang pergi ke depan, suasana rumah pun menjadi hening dan diam, Nurul yang
ternyata daritadi ikut menyimak pembicaraan antara Abinya dengan Mario pun
kemudian memutuskan untuk berhenti mendengar dan memilih untuk menyumbat
telinganya kembali. Namun baru dia berjalan ke arah ranjang, Nurul pun
mendengar suara Umminya.
"Pak Kyai udah
pergi??" Tanya Ibu Halimah.
"Sudah Ustadzah,
baru saja! katanya dia nyuruh Ustadzah nemenin saya" jawab Mario.
"Oke! tapi kamu mau
ditemenin apa mau disepongin nih??" Ucap Ibu Halimah yang memakai
kata-kata "Sepong" yang tidak dimengerti oleh Nurul. Bahasa yang
terdengar sangat asing dan cukup mengganjal di telinga.
"Disepongin
dong!!" Balas Mario bersemangat. Nurul pun entah kenapa semakin curiga
mendengarnya.
"Yaudah aku buka
mukena dulu!" Jawab Ibu Halimah.
"Gak usah Ustadzah!!
dipake saja!! aku pengen ngecrot di mukena Ustadzah" Balas Mario yang
semakin membingungkan Nurul. tadi ada kata "Sepong" dan sekarang ada
kata "Ngecrot" yang memancing rasa penasaran Nurul.
Kemudian suasapun kembali
diam dan tak ada suara sedikitpun, Nurul bahkan mencoba mendekatkan telinganya
ke daun pintu dan menajamkan indranya tersebut agar dia bisa mendengarkan suara
seandainya Umi dan Mario tengah berbisik. Tapi yang dia dapati justru hanya
suasana diam yang tidak dapat dia jelaskan.
Cukup lama Nurul menunggu
untuk mendengar suara lagi, namun yang dia inginkan tak kunjung tiba hingga dia
pun semakin merasa penasaran. Akhirnya Nurul pun memutuskan untuk keluar dari
kamarnya dan pergi ke arah meja makan.
"Eh! Ada Dek Nurul!
Baru bangun dek??" tanya Mario yang cukup terkaget dengan kehadiran Putri
Ibu Halimah tersebut. Di bawah meja, Ibu Halimah yang tengah asyik menyepong
Penis milik Mario itupun menghentikan kegiatannya sebentar karena mendengar
kalau Nurul ada disana.
"Umi kemana
Bang??" tanya Nurul begitu heran. Dia tidak melihat Uminya sama sekali
walau tadi dia sempat mendengar suaranya sebentar.
Namun seperti pembohong
kelas kakap, Mario pun dengan santai menjawab "Ohhh.. tadi Umi kamu pergi
keluar sebentar"
"Kemana?? perasaan
tadi Nurul denger suaranya??" Selidik Nurul.
Mario menggeleng
"Gak tau tuh!" Balasnya cuek. Sedangkan Ibu Halimah tersenyum
mendengar Mario mencueki Nurul lalu melanjutkan sepongannya di penis besar
milik pemuda tersebut.
Ibu Halimah sebenarnya
sudah lumayan sering memberikan servis blowjob kepada Mario, Bahkan terhitung
sejak pertama kali Mario datang ke pesantren dan menggodanya, Ibu Halimah sudah
tidak dapat menghitung lagi berapa kali dia memberikan servis mulutnya pada
pemuda tersebut, Dan sudah tak terhitung pula berapa jumlah sperma Mario yang
sudah diminumnya.
Bukan hanya permainan
mulut saja, Ibu Halimah pun bahkan sudah merasakan Penis tak sunat milik Mario
tersebut menusuk-nusuk vaginanya. Dan setiap kali ada kesempatan, mereka pun
melakukan hubungan badan berkali-kali sampai keduanya lemas tak bertenaga.
Bahkan di beberapa kesempatan, Mario pun terkadang mengajak teman-temannya
untuk mencicipi tubuh Ustadzah istri dari pimpinan pondok pesantren Al-Huda ini
bersama-sama.
Mario tersenyum senang
sambil mengelus-elus kepala Ibu Halimah yang tengah asik mengulum penis
miliknya di bawah meja. Mario tak menyangka kalau misinya kali ini ternyata
cukup mudah. Ustadzah Halimah yang menjadi target operasi pemurtadannya ternyata
adalah seorang istri yang tidak dipuaskan oleh suaminya. Sehingga cukup dengan
satu tusukan Penis besarnya ke dalam vagina Istri Kyai Hasan tersebut. Sudah
mampu membuat Ustadzah alim tersebut bertekuk lutut dan sudah mau menuruti
apapun keinginan Mario.
"Loh! Nu?? kamu
ngapain bengong begitu???" Suara Kyai Hasan terdengar menyapa Nurul dari
belakang. Ternyata urusannya sudah selesai.
"Eh!! itu Bi!! Nurul
lagi nyariin Umi!" jawab Nurul berbalik ke arah Abinya.
"Wah, Disuruh
temenin Nak Mario, Dia malah pergi!" ketus Kyai Hasan.
Namun langsung dibela
oleh Mario "Katanya tadi pergi ke warung sebentar Pak Kyai" Balas
Mario.
Sementara itu Ibu Halimah
dengan begitu santainya terus melanjutkan kulumannya di Penis Mario tanpa
peduli dengan kedatangan Kyai Hasan. Ibu Halimah begitu yakin kalau suaminya
tersebut tidak akan melihatnya karena sekarang dia berada di bawah meja yang
tertutup dengan taplak yang panjang. Dan Ibu Halimah pun tak canggung lagi
menyelingkuhi suaminya tersebut karena memang dia sudah sering melakukannya.
Bahkan pernah sekali Ibu
Halimah sempat memberikan obat tidur di minuman suaminya atas permintaan dari
Mario, kemudian dengan bejatnya mereka bersetubuh dengan gila di samping tubuh
Kyai Hasan yang tertidur sangat pulas karena pengaruh obat tidur. Dan kejadian
tersebut terus berulang atas permintaan dari Ibu Halimah sendiri.
Selang beberapa lama
kemudian, Mario pun merasakan dirinya sudah akan mencapai puncaknya. lalu dia
iseng mengambil telfon miliknya dan berpura-pura sedang memanggil seseorang
lewat panggilan telfon tersebut.
"Iya udah mau keluar
nih!!" Ucap Mario berpura-pura. Padahal itu adalah aba-aba yang
diberikannya kepada Ibu Halimah untuk mempercepat kocokan dan sepongannya.
"Cepetan yah!!"
sambung Mario kembali.
Kyai Hasan pun kemudian
bertanya "Siapa Nak??"
"Ohh itu Pak Kyai,
temen saya ngajakin ketemuan buat keluar" balas Mario berbohong.
Dibawah sana, Ibu Halimah
tersenyum senang mendengar suaminya begitu mudah terkelabui oleh Mario, dia pun
dengan sangat bersemangat memaju mundurkan kepalanya menyumpal mulutnya dengan
Penis besar Mario yang hanya ujungnya saja yang muat di dalam mulutnya.
"Ssssssshhhhhh...
uuuugghhhhhhhhh" Desah Mario kemudian melepaskan bermili-mili liter
spermanya ke dalam mulut Ibu Halimah, Dan dibawah sanapun dengan sigap Ibu
Halimah langsung menelan sperma pemuda itu tanpa tersisa sedikitpun.
"Nak Mario
kenapa??" tanya Kyai yang heran.
"Ini Pak Kyai!!
sambelnya pedes banget!! tapi nikmatt!!" jawab Mario yang sedikit
menggelinjang.
Rupanya Ibu Halimah
sedang membersihkan penis miliknya dengan cara menjilat-jilat bagian kepala
Penis tersebut yang tertutupi oleh kulup. Ibu Halimah dengan sangat telaten
membersihkan Penis pejantannya tersebut hingga tak tersisa sedikit pun sperma
yang tertinggal. Kemudian setelah di rasa bersih. Ibu Halimah pun dengan
telaten memasukkan Penis yang sudah agak layu tersebut kembali ke dalam celana
pemiliknya. Tak lupa sebuah kecupan hangat diberikannya pada benda yang sudah
memberikan berjuta-juta macam kenikmatan untuknya tersebut.
"Pelacur
pintarr!!" Bisik Mario sangat pelan sambil mengelus-elus kepala Ibu
Halimah yang masih menggunakan mukena tersebut. Bisikan tersebut tidak
terdengar oleh Kyai Hasan, Namun untuk Ibu Halimah, dia mendengar sangat jelas
apa yang telah dikatakan oleh pejantannya tersebut. Sebuah pujian besar yang
membuat hatinya berbunga-bunga.
Tak lama kemudian, Acara
makan siang yang panas itupun akhirnya selesai, Pak Kyai yang hanya makan
dengan sedikit, cukup cepat selesai setelah Mario juga selesai.
"Maaf nih Pak Kyai!
kayaknya saya harus buru-buru" Ucap Mario yang berpura-pura sedang ada
urusan.
Pak Kyai pun langsung
berdiri mengikuti Mario "Mari saya antar ke depan! saya juga mau beli
rokok" Ucap Kyai Hasan.
Sepeninggal kedua orang
laki-laki itupun, Nurul yang tadinya sudah balik ke dalam kamar, kini berjalan
keluar untuk mengambil minum,
"Umi??" tanya
Nurul heran melihat Uminya keluar dari bawah meja.
"Eh! Nu??"
kaget Ibu Halimah.
"Umi ngapain di
bawah meja??"
Dengan santainya, Ibu
halimah pun berdiri "Umi abis ngambil sendok jatuh" jawabnya
tersenyum.
----------------Flashback
selesai-------------------
Senyuman sumringah Ibunya
itulah yang membuat Nurul kembali muak jika mengingatnya. Sekarang kalau
dipikir-pikir lagi, sebenarnya Nurul sudah mengetahui apa yang sebenarnya Ibu
Halimah dan Mario lakukan. Hanya saja pada saat itu, Nurul memang masih remaja dan
masih belum paham arti dari kejadian tak wajar tersebut.
Tapi sekarang?? tentu
saja dia sudah sangat paham!!!
#Bersambung.................................
0 Response to "Akhwat Yang Ternoda - Part 8"
Post a Comment