Akhwat Yang Ternoda - Part 8

--------Masih Flashback----------

Malam hari usai kejadian mobil goyang yang disaksikan oleh Nurul dengan mata kepalanya sendiri. Nurul jadi tidak bisa tidur karena mencoba menerka-nerka apa yang Uminya lakukan dengan dua orang pria yang bukan mahromnya tersebut di dalam mobil. Waktu itu memang Nurul masih belum mengenal yang namanya seks ataupun berhubungan badan, jadi dia tidak dapat berpikir sampai kesana. Hanya saja, memang Nurul sudah dapat menyimpulkan kalau apa yang dilakukan Uminya tersebut adalah suatu tindakan terlarang dan hal yang tidak baik.



Sebenarnya tadi Nurul cukup lama melihat mobil tersebut yang terus-terusan bergoyang tidak berhenti, tapi karena kaca mobilnya berwarna hitam gelap, jadi Nurul tidak bisa melihat kedalam dan melihat apa yang dilakukan oleh Uminya disana. Jadi karena dia bosan tidak tau apa yang harus dilakukan lagi, Nurul pun kemudian memutuskan untuk beranjak dari tempatnya dan memilih menikmati acara kembali. Namun sampai detik dia mau tidur, Nurul pun tak dapat melupakan sedikitpun kegelisahannya.

Apalagi sekarang ditambah dengan suara percekcokan antara Umi dan Abinya yang terdengar lumayan jelas dari kamar sebelah. Pemicu nya adalah kemarahan Kyai Hasan yang heran kepada Ibu Halimah karena istrinya tersebut baru masuk ke dalam kamar pukul 12 malam. Padahal acara makan malam bersama tersebut sudah berakhir pukul sebelas tadi.

"Umi darimana??" suara Kyai Hasan menyelidik.

"Tadi Umi ikut bantuin yang lain beres-beres dulu"

"Abi gak liat Umi daritadi perasaani!"

"Ah, mungkin Abinya saja yang terlalu fokus sama acaranya" balas Ibu Halimah.

"Nggak! Abi udah mulai merhatiin Umi dari tadi"

"Merhatiin kenapa??? emangnya ada yang salah sama Umi??" Suara Ibu Halimah mulai naik.

"Gak ada! tapi Umi daritadi gak keliatan" balas Kyai Hasan.

"Halaahh, bilang saja Abi gak liat karena Abi terlalu fokus sama si Siti janda anak Pak sulaiman itu!!" sindir Ibu Halimah. Memang selama ini Ibu Halimah sering sekali memergoki suaminya tersebut memandang ke arah seorang janda kampung sekitar yang bernama Siti tersebut.

"Astagfirullah! Umi kenapa ngomong kayak begitu?? istigfar Umi!! Umi udah menuduh Abi yang macam-macam" balas Kyai Hasan mulai marah.

"Abi kira Umi gak sadar?? semenjak Abi bilang ingin punya istri lagi, Umi udah tau kalau Abi sudah kebelet pengen sama si Siti itu!!" Teriak Ibu Halimah begitu kesal. Instingnya sebagai seorang perempuan dan seorang istri tidak bisa diremehkan.

"Astagfirullah Umi!!"

"Dah ah! Umi capek abis kerja banyak!! males ladenin Abi!!" Ucap Ibu Halimah.

Lalu suasana pun menjadi hening dan diam, baik Kyai Hasan maupun Ibu Halimah pun tak lagi mengeluarkan suara sedikitpun. Suasana seperti ini memang sebenarnya sudah lumrah di telinga Nurul, karena kehidupan Kyai Hasan dan Ibu Halimah tidak seharmonis yang orang lain lihat diluar sana. Acap kali kedua pengantin yang sudah menikah lama itu cekcok akan sesuatu yang kadang Nurul sendiri tidak mengerti permasalahannya.

Seperti malam ini, dari yang awalnya Kyai Hasan cuma bertanya tentang keberadaan istrinya, lalu menyebar ke hal-hal yang membuat Nurul sedikit bingung. Apalagi ketika mendengar pernyataan Uminya yang menuduh Kyai Hasan ingin menikah lagi dengan seorang yang bernama Siti. Dan setau Nurul, Siti merupakan janda beranak satu yang tinggal tidak jauh dari pondok pesantren dan merupakan perempuan yang rajin ikut pengajian.

Detik demi detik berlalu melewati pagi hingga siang pun tiba. Nurul yang semalam tertidur agak telat, terbangun merasakan perutnya perih ketika matahari sudah hampir sejajar diatas kepala. Untungnya memang dia sudah memberitahu Uminya kemarin kalau Nurul sekarang sedang kedatangan tamu bulanan, jadi dia tidak perlu bangun pagi untuk melakukan ibadah.

"Anak perawan Umi kok bangunnya siang sih??" tanya Ibu Halimah ketika melihat Nurul berjalan gontai ke arah dapur. Disana, Ibu Halimah terlihat sedang memasak masakan yang lumayan banyak dan beragam macamnya.

"Ada acara apaan Mi??" tanya Nurul heran. karena tidak seperti biasanya Umi nya tersebut memasak banyak seperti ini.

"Ohh ini! Abimu mau ngundang Mas Mario buat makan siang bersama" balas Uminya melanjutkan memasak.

Nurulpun kemudian membayangkan laki-laki bertubuh gempal dan berkepala botak itu seketika, tak lupa dengan kejadian aneh antara Uminya dan Mario beberapa hari belakangan, mulai dari kejadian dimana laki-laki tersebut meremas pantat Uminya, sampai kejadian mobil goyang yang terjadi tadi malam.

"Umi ada apaan sih sama Mas Mario??" tanya Nurul yang sudah tidak tahan lagi untuk tidak penasaran.

Ibu Halimah menatap Nurul aneh "Maksud kamu??" tanyanya heran.

"Tadi malam Nurul liat Umi masuk dalam mobil sama Mas Mario" jawab Nurul begitu polos dan jujur.

Membuat raut wajah Ibu Halimah berubah seketika "Ka--kamu lihat apaan sayang??" tanya Ibu Halimah berhati-hati.

"Gak liat apa-apa sih! cuma mobilnya goyang-goyang doang" jawab Nurul cuek.

Ibu Halimah pun merasa lega "Ohh itu Umi lagi bantuin Mas Mario sayang" jawabnya berkilah.

"Bantuin apaan Mi??" tanya Nurul makin penasaran.

"Ooohhhhh!! ituu!! apaa!! Umi bantuin Mas Mario masangin kursi mobilnya!! iya ituu!! Umi bantu dia masangin" Jawab Ibu Halimah berpikir keras membuat alasan agar anak gadisnya tersebut tidak curiga.

Namun rasa penasaran Nurul belum habis "Emang kursinya kenapa Mi??" tanya Nurul kembali.

"Itu! kamu tau kan mobil itu punya temennya Mas Mario! kemarin kursinya di copot supaya bisa bawa terpal" jawab Ibu Halimah mulai lancar dengan kebohongannya sendiri.

"Tapi kok temennya Mas Mario ikut juga??" Nurul masih curiga.

Dan Uminya tersebut tersenyum "Iya, Umi cuma bantu nerangin mereka doang pakai senter, soalnya lampu mobilnya mati. Yang kerja cuma mereka berdua, Umi mah diam doang liatin" balas Ibu Halimah.

"Ooohh gituu!!" angguk Nurul percaya. Memang saat itu Nurul masih seorang remaja polos yang tidak tau apa-apa. jadi dia tidak berpikiran aneh-aneh lagi setelah mendapat jawaban yang lumayan masuk akal dari Uminya tersebut.

"Kamu mandi gih, nanti ikutan makan siang sama Abi dan Mas Mario" suruh Ibu Halimah pada Nurul.

"Gak ah Mi! lagi gak napsu makan! entar aja" jawab Nurul melenggang masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah beberapa lama, Nurul pun akhirnya telah selesai mandi dan masuk mengurung dirinya di dalam kamar. Nurul kemudian asik mendengarkan musik-musik yang ada di radio walkmannya. Ini adalah kegiatan yang dia lakukan hampir setiap hari karena tidak ada lagi yang bisa dia lakukan dalam suasana seperti ini.

Di luar rumah, ternyata Mario sudah datang dengan berpakaian seperti biasanya, menggunakan sebuah celana army panjang berwarna hijau dan sebuah kaos oblong yang lumayan ngepas di badannya yang gemuk itu. Mario sebenarnya berperawakan agak kasar dan bertubuh lumayan pendek, rambutnya dibotak cepak dan perutnya terlihat agak membuncit. tapi meskipun begitu, tangan mario masih terlihat kekar dan kuat hasil dari kerja kerasnya sebagai relawan bencana selama bertahun-tahun.

"Selamat siang Pak Kyai" sapa Mario mengucap salam pada Kyai Hasan.

Kebetulan Kyai Hasan sedang duduk-duduk di teras rumah usai melaksakanan sholat dzuhur berjamaah. "Selamat siang Nak Mario. Mari silahkan masuk" Ucap Kyai Hasan mempersilahkan.

"Mi!! Umiii!!!" teriak Kyai Hasan memanggil Ibu Halimah. Yang membuat Nurul juga ikut bangkit dari ranjangnya dan mengintip ke arah luar lewat pintu yang dia buka sedikit.

Dari arah dapur, Ibu Halimah pun berjalan agak tergopoh-gopoh karena dia sedang memakai mukena "Iya Bi!!" jawabnya merespon Kyai Hasan.

"Makan siangnya udah siap belum Mi??" tanya Kyai Hasan.

Ibu Halimah tersenyum ramah "Udah Bi! tinggal dinikmatin saja!" jawabnya. Lalu dia memberikan sebuah kerlingan genit ke arah Mario ketika Kyai Hasan sedang tidak melihat.

"Yasudah kalau begitu, Mari Nak Mario kita ke dalam" ajak Kyai Hasan mengajak pemuda tersebut masuk ke dalam rumah.

"Umi tinggal sholat sebentar ya Bi!!" Ibu Halimah berpamitan kepada suaminya tersebut.

"Loh! Ustadzah gak ikut makan bareng kita??" tanya Mario sedikit heran.

"Enggak Mas, saya mau sholat dulu! nanti saya nyusul" balas Ibu Halimah.

Lalu Ibu Halimah pun pergi masuk ke dalam kamar meninggalkan Kyai Hasan dan Mario yang sudah berjalan ke ruangan makan.

"Wahh. rumahnya Pak Kyai bagus yah!" Puji Mario melihat sekitar.

Kyai Hasan pun merasa senang dipuji seperti itu "Hahaha, bisa aja Nak Mario!! Ya Alhamdulillah rumahnya gak ikut roboh kayak bangunan pondok" Ucap Pak Kyai merasa lega.

Memang selain rumah Kyai Hasan, beberapa bangunan lain disekitar masih tampak utuh walau banyak terlihat keretakan di dindingnya sana sini, namun masih bisa ditempati. total lima dari tujuh rumah disekitar pondok masih tegak dan utuh. Hanya rumah pasangan Ustadz Kholil dan Ustadzah Dina serta rumah Kyai Basyir dan Ummu Aisyah yang roboh bersamaan dengan bangunan utama pondok dan asrama santri.

"Mari Nak Mario langsung saja!" ajak Kyai Hasan kepada Mario.

Mario pun yang tampak agak sungkan mulai duduk di meja makan yang terbuat dari kayu jati besar tersebut, mejanya tampak kokoh dan di tutupi oleh taplak meja yang besar hingga terjuntai ke lantai dan menutupi seluruh daerah bawah meja itu sendiri. Tampak di meja tersebut sudah dipenuhi oleh makanan yang dimasak sendiri oleh Ibu Halimah untuk menjamu tamu spesial seperti Mario.

"Waahh!! banyak banget makanannya Pak Kyai" Ucap Mario bersemangat. Makan adalah salah satu hobi favorit Mario sehingga dia susah menjaga berat badan tubuhnya sendiri.

Kyai Hasan tampak senang "Iya, saya suduh suruh Ustadzah untuk masak yang banyak! silahkan! silahkan" ajak Kyai menyuruh Mario untuk mengambil nasi duluan.

"Saya berterima kasih banget sama Nak Mario dan yang lainnya sudah mau membantu kami sejauh ini" Ucap Kyai Hasan mengungkap tujuannya mengundang Mario untuk makan siang bersama.

"Ah! gak usah berterima kasih Pak Kyai! ini emang sudah kewajiban kita untuk saling membantu antar sesama kok" Jawab Mario berbasa basi sambil menyuap makanannya.

"Hahahaha, saya tau Nak Mario ini orang yang baik, tambah!! tambah!!" Canda Pak Kyai menyodorkan segala macam lauk ke arah Mario.

Dari arah pintu depan, terdengar sebuah suara yang memanggil Kyai Hasan "Assalamualaikum! Pak Kyaiii!! Pak Kyai!!" ucap Suara tersebut.

"Maaf Nak Mario saya tinggal sebentar" Pamit Kyai Hasan.

Lalu diapun berjalan ke arah depan dan mendapati kalau yang memanggilnya adalah Irfan, anak dari Kyai Basyir. "Kenapa Fan??" tanya Pak Kyai bingung.

"Itu Pak Kyai! ada bantuan datang! mereka ingin ketemu sama ketua pondok" ucap Anak kecil berumur 8 tahun itu.

"Oalaahh. sebentar ya Fan! Pak Kyai ganti sarung dulu" Jawab Kyai Hasan kembali masuk ke dalam rumah dan pergi ke arah meja makan

"Maaf Nak Mario, sepertinya saya harus pamit agak lama soalnya ada bantuan yang datang" Ucapnya kepada Mario.

"Oh iya gapapa Pak Kyai silahkan" jawab Mario tersenyum.

Kyai Hasan pun kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri untuk mengganti sarung miliknya dengan celana. Di dalam kamar, nampak Ibu Halimah sudah selesai sholat dan langsung bersalaman dengan suaminya.

"Maaf Mi! Umi bisa temenin Mario sebentar gak?? Abi mau pergi nih" Pinta Kyai Hasan.

Dan Ibu Halimah pun tersenyum "Bisa Bi! Abi tenang aja biar Umi yang temenin Mario" jawabnya.

Sepeninggal Kyai Hasan yang pergi ke depan, suasana rumah pun menjadi hening dan diam, Nurul yang ternyata daritadi ikut menyimak pembicaraan antara Abinya dengan Mario pun kemudian memutuskan untuk berhenti mendengar dan memilih untuk menyumbat telinganya kembali. Namun baru dia berjalan ke arah ranjang, Nurul pun mendengar suara Umminya.

"Pak Kyai udah pergi??" Tanya Ibu Halimah.

"Sudah Ustadzah, baru saja! katanya dia nyuruh Ustadzah nemenin saya" jawab Mario.

"Oke! tapi kamu mau ditemenin apa mau disepongin nih??" Ucap Ibu Halimah yang memakai kata-kata "Sepong" yang tidak dimengerti oleh Nurul. Bahasa yang terdengar sangat asing dan cukup mengganjal di telinga.

"Disepongin dong!!" Balas Mario bersemangat. Nurul pun entah kenapa semakin curiga mendengarnya.

"Yaudah aku buka mukena dulu!" Jawab Ibu Halimah.

"Gak usah Ustadzah!! dipake saja!! aku pengen ngecrot di mukena Ustadzah" Balas Mario yang semakin membingungkan Nurul. tadi ada kata "Sepong" dan sekarang ada kata "Ngecrot" yang memancing rasa penasaran Nurul.

Kemudian suasapun kembali diam dan tak ada suara sedikitpun, Nurul bahkan mencoba mendekatkan telinganya ke daun pintu dan menajamkan indranya tersebut agar dia bisa mendengarkan suara seandainya Umi dan Mario tengah berbisik. Tapi yang dia dapati justru hanya suasana diam yang tidak dapat dia jelaskan.

Cukup lama Nurul menunggu untuk mendengar suara lagi, namun yang dia inginkan tak kunjung tiba hingga dia pun semakin merasa penasaran. Akhirnya Nurul pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan pergi ke arah meja makan.

"Eh! Ada Dek Nurul! Baru bangun dek??" tanya Mario yang cukup terkaget dengan kehadiran Putri Ibu Halimah tersebut. Di bawah meja, Ibu Halimah yang tengah asyik menyepong Penis milik Mario itupun menghentikan kegiatannya sebentar karena mendengar kalau Nurul ada disana.

"Umi kemana Bang??" tanya Nurul begitu heran. Dia tidak melihat Uminya sama sekali walau tadi dia sempat mendengar suaranya sebentar.

Namun seperti pembohong kelas kakap, Mario pun dengan santai menjawab "Ohhh.. tadi Umi kamu pergi keluar sebentar"

"Kemana?? perasaan tadi Nurul denger suaranya??" Selidik Nurul.

Mario menggeleng "Gak tau tuh!" Balasnya cuek. Sedangkan Ibu Halimah tersenyum mendengar Mario mencueki Nurul lalu melanjutkan sepongannya di penis besar milik pemuda tersebut.

Ibu Halimah sebenarnya sudah lumayan sering memberikan servis blowjob kepada Mario, Bahkan terhitung sejak pertama kali Mario datang ke pesantren dan menggodanya, Ibu Halimah sudah tidak dapat menghitung lagi berapa kali dia memberikan servis mulutnya pada pemuda tersebut, Dan sudah tak terhitung pula berapa jumlah sperma Mario yang sudah diminumnya.

Bukan hanya permainan mulut saja, Ibu Halimah pun bahkan sudah merasakan Penis tak sunat milik Mario tersebut menusuk-nusuk vaginanya. Dan setiap kali ada kesempatan, mereka pun melakukan hubungan badan berkali-kali sampai keduanya lemas tak bertenaga. Bahkan di beberapa kesempatan, Mario pun terkadang mengajak teman-temannya untuk mencicipi tubuh Ustadzah istri dari pimpinan pondok pesantren Al-Huda ini bersama-sama.

Mario tersenyum senang sambil mengelus-elus kepala Ibu Halimah yang tengah asik mengulum penis miliknya di bawah meja. Mario tak menyangka kalau misinya kali ini ternyata cukup mudah. Ustadzah Halimah yang menjadi target operasi pemurtadannya ternyata adalah seorang istri yang tidak dipuaskan oleh suaminya. Sehingga cukup dengan satu tusukan Penis besarnya ke dalam vagina Istri Kyai Hasan tersebut. Sudah mampu membuat Ustadzah alim tersebut bertekuk lutut dan sudah mau menuruti apapun keinginan Mario.

"Loh! Nu?? kamu ngapain bengong begitu???" Suara Kyai Hasan terdengar menyapa Nurul dari belakang. Ternyata urusannya sudah selesai.

"Eh!! itu Bi!! Nurul lagi nyariin Umi!" jawab Nurul berbalik ke arah Abinya.

"Wah, Disuruh temenin Nak Mario, Dia malah pergi!" ketus Kyai Hasan.

Namun langsung dibela oleh Mario "Katanya tadi pergi ke warung sebentar Pak Kyai" Balas Mario.

Sementara itu Ibu Halimah dengan begitu santainya terus melanjutkan kulumannya di Penis Mario tanpa peduli dengan kedatangan Kyai Hasan. Ibu Halimah begitu yakin kalau suaminya tersebut tidak akan melihatnya karena sekarang dia berada di bawah meja yang tertutup dengan taplak yang panjang. Dan Ibu Halimah pun tak canggung lagi menyelingkuhi suaminya tersebut karena memang dia sudah sering melakukannya.

Bahkan pernah sekali Ibu Halimah sempat memberikan obat tidur di minuman suaminya atas permintaan dari Mario, kemudian dengan bejatnya mereka bersetubuh dengan gila di samping tubuh Kyai Hasan yang tertidur sangat pulas karena pengaruh obat tidur. Dan kejadian tersebut terus berulang atas permintaan dari Ibu Halimah sendiri.

Selang beberapa lama kemudian, Mario pun merasakan dirinya sudah akan mencapai puncaknya. lalu dia iseng mengambil telfon miliknya dan berpura-pura sedang memanggil seseorang lewat panggilan telfon tersebut.

"Iya udah mau keluar nih!!" Ucap Mario berpura-pura. Padahal itu adalah aba-aba yang diberikannya kepada Ibu Halimah untuk mempercepat kocokan dan sepongannya.

"Cepetan yah!!" sambung Mario kembali.

Kyai Hasan pun kemudian bertanya "Siapa Nak??"

"Ohh itu Pak Kyai, temen saya ngajakin ketemuan buat keluar" balas Mario berbohong.

Dibawah sana, Ibu Halimah tersenyum senang mendengar suaminya begitu mudah terkelabui oleh Mario, dia pun dengan sangat bersemangat memaju mundurkan kepalanya menyumpal mulutnya dengan Penis besar Mario yang hanya ujungnya saja yang muat di dalam mulutnya.

"Ssssssshhhhhh... uuuugghhhhhhhhh" Desah Mario kemudian melepaskan bermili-mili liter spermanya ke dalam mulut Ibu Halimah, Dan dibawah sanapun dengan sigap Ibu Halimah langsung menelan sperma pemuda itu tanpa tersisa sedikitpun.

"Nak Mario kenapa??" tanya Kyai yang heran.

"Ini Pak Kyai!! sambelnya pedes banget!! tapi nikmatt!!" jawab Mario yang sedikit menggelinjang.

Rupanya Ibu Halimah sedang membersihkan penis miliknya dengan cara menjilat-jilat bagian kepala Penis tersebut yang tertutupi oleh kulup. Ibu Halimah dengan sangat telaten membersihkan Penis pejantannya tersebut hingga tak tersisa sedikit pun sperma yang tertinggal. Kemudian setelah di rasa bersih. Ibu Halimah pun dengan telaten memasukkan Penis yang sudah agak layu tersebut kembali ke dalam celana pemiliknya. Tak lupa sebuah kecupan hangat diberikannya pada benda yang sudah memberikan berjuta-juta macam kenikmatan untuknya tersebut.

"Pelacur pintarr!!" Bisik Mario sangat pelan sambil mengelus-elus kepala Ibu Halimah yang masih menggunakan mukena tersebut. Bisikan tersebut tidak terdengar oleh Kyai Hasan, Namun untuk Ibu Halimah, dia mendengar sangat jelas apa yang telah dikatakan oleh pejantannya tersebut. Sebuah pujian besar yang membuat hatinya berbunga-bunga.

Tak lama kemudian, Acara makan siang yang panas itupun akhirnya selesai, Pak Kyai yang hanya makan dengan sedikit, cukup cepat selesai setelah Mario juga selesai.

"Maaf nih Pak Kyai! kayaknya saya harus buru-buru" Ucap Mario yang berpura-pura sedang ada urusan.

Pak Kyai pun langsung berdiri mengikuti Mario "Mari saya antar ke depan! saya juga mau beli rokok" Ucap Kyai Hasan.

Sepeninggal kedua orang laki-laki itupun, Nurul yang tadinya sudah balik ke dalam kamar, kini berjalan keluar untuk mengambil minum,

"Umi??" tanya Nurul heran melihat Uminya keluar dari bawah meja.

"Eh! Nu??" kaget Ibu Halimah.

"Umi ngapain di bawah meja??"

Dengan santainya, Ibu halimah pun berdiri "Umi abis ngambil sendok jatuh" jawabnya tersenyum.

----------------Flashback selesai-------------------

Senyuman sumringah Ibunya itulah yang membuat Nurul kembali muak jika mengingatnya. Sekarang kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya Nurul sudah mengetahui apa yang sebenarnya Ibu Halimah dan Mario lakukan. Hanya saja pada saat itu, Nurul memang masih remaja dan masih belum paham arti dari kejadian tak wajar tersebut.

Tapi sekarang?? tentu saja dia sudah sangat paham!!!

#Bersambung.................................

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Akhwat Yang Ternoda - Part 8"

Post a Comment