Malam terasa begitu
mencekam saat semua cahaya disekitar menjadi padam dan membuat suasana menjadi
gelap gulita. Nurul yang begitu panik karena ketakutannya sendiri terhadap
gelap, hanya bisa duduk bersimpuh diatas ranjang sambil memeluk sebuah bantal
guling. Nurul terus menatap layar smartphone miliknya yang tengah
memperlihatkan gambar panggilan video callnya dengan Sean yang mengebut sedang
naik motor. Karena sesuai dengan perkataan Sean tadi, dia akan pergi menemui
Nurul dirumahnya.
Saat ini pikiran Nurul
sedang tidak jernih, karena dia tidak akan mungkin dan tidak akan pernah
mengijinkan seorang laki-laki selain suaminya untuk datang ke rumahnya tengah
malam dan dalam suasana gelap seperti ini. Namun karena yang ada dalam lingkaran
kepala Nurul saat ini hanyalah ketakutan yang dia rasakan seakan menelan
dirinya hidup-hidup, maka seorang teman terdengar seperti memberinya sebuah
pertolongan.
Dan temannya saat ini
adalah Sean yang sedang dalam perjalanan.
"Mbak saya sudah
sampai" Ucap Sean dalam panggilannya.
Hati Nurul pun langsung
sedikit lega mendengar kalau pahlawannya telah datang "Bentar Mbak bukain
pintunya" Ucap Nurul yang turun dari ranjang.
Nurul lalu berjalan
dengan sangat tergesa-gesa ke arah depan dan langsung saja membuka kunci pintu
rumahnya tersebut tanpa mengkonfirmasi dulu apakah Sean benar-benar sudah
sampai atau belum. Tapi ternyata hal itu tidak diperlukan karena Sean sendiri
sudah berada di depan pintu rumah Nurul.
"Masuk Den!"
Ajak Nurul menarik lengan anak majikannya tersebut dengan tergesa-gesa. Nurul
lalu mengecek keadaan disekitarnya takut ada orang yang melihat kalau Nurul
telah membawa orang lain masuk ke rumah secara diam-diam. terlebih lagi orang
tersebut adalah seorang laki-laki.
"Mbak gapapa??"
tanya Sean heran yang melihat Nurul celingukan sana-sini melihat sekitar.
Setelah yakin tidak ada
yang melihat, Nurul pun menutup pintu dan reflek menguncinya "Gapapa
Den!" jawabnya sedikit lega.
Malam ini Nurul
menggunakan baju tidur berlengan panjang lengkap dengan celananya serta
bermotif bunga-bunga berwarna putih, tak lupa pula sebuah hijab sorong yang
praktis dan cepat dipakai dikepalanya. Ini adalah pakaian Nurul sehari-hari
jikalau dia ingin pergi tidur atau ketika bersantai di rumah bersama Haris suaminya.
"Mbak gak punya
lilin???" tanya Sean yang melihat kalau Nurul sama sekali tidak menyalakan
penerangan.
"Mbak takut
ngambilnya Den" jawab Nurul mengigit kuku ibu jarinya.
Sean pun tersenyum
melihat tingkah Nurul yang seharusnya sudah lebih dewasa, namun bersikap
layaknya anak SD ketika lampu mati seperti ini "Sini saya ambil Mbak!
letaknya dimana??" tanya Sean.
"Di dapur Den"
Ucap Nurul menuntun jalan ke arah dapur dengan di temani Sean.
Tak bisa dipungkiri kalau
kehadiran Sean saat ini cukup membuat keberanian Nurul kembali lagi, Nurul
sudah cukup tenang kalau saat ini dia tidak sendirian dan tak ada lagi yang
perlu di takutkannya. Nurul bahkan sudah lupa kalau satu-satunya bahaya yang
ada saat ini justru datang dari Sean sendiri yang sepertinya sudah sangat
tertarik dengan Nurul.
Kemudian setelah mereka
mengambil lilin, Nurul dan Sean pun berjalan ke ruang tamu dan menyalakan
lilinnya disana. Dan sebuah hembusan nafas lega pun langsung keluar dari mulut
Nurul ketika cahaya dari lilin mulai menerangi lagi sekitarnya.
"Maaf Den! Mbak
ngerepotin" Ucap Nurul sedikit tak enak hati.
Namun Sean malah termangu
diam ketika dia melihat wajah Nurul yang begitu cantik tak tertutupi oleh cadar
seperti biasanya. Apalagi cahaya lilin yang menguning di wajah Nurul, menambah
pesona wanita akhwat tersebut dimata Sean.
Karena merasa
diperhatikan, Nurul pun menatap balik Sean yang seperti mematung dengan mata
yang menatapnya "Kok Aden liatin Mbak gitu??" tanya Nurul heran.
Namun anehnya Nurul tidak risih sama sekali ditatap anak muda seperti Sean begitu
lekat.
"Mbak cantik"
ucap Sean yang kemudian tersenyum.
"Mulai deh!"
balas Nurul seperti mau marah dan ngambek dengan gombalan yang dilontarkan
Sean.
Sean pun hanya tersenyum
sedikit lalu menyapukan pandangannya ke dinding rumah Nurul yang terdapat banyak
sekali foto-foto Nurul dan Haris, mulai dari foto pernikahan maupun foto saat
mereka berbulan madu dan sebagainya.
"Itu suami
Mbak??" tanya Sean menunjuk salah satu foto.
Nurul mengangguk
"Iya, namanya Haris" balas Nurul memperkenalkan suaminya.
"Masih gantengan
saya" Kata Sean dengan begitu pedenya.
Yang membuat mau tak mau
Nurul pun tak bisa menahan tawanya "Hahahahaha, Aden ada-ada saja"
ucapnya tertawa menahan perut. Nurul bahkan semakin tertawa melihat Sean dengan
muka datarnya mengaku lebih ganteng dari Haris suaminya. Meskipun sebenarnya
memang benar.
"Suami Mbak dimana
sekarang???" tanya Sean lagi.
"Dia kerja di
kalimantan Den" jawab Nurul.
Lalu Sean tertawa
meremehkan "Berarti saya yang menang" ucapnya kembali pede.
"Menang
maksudnya??" Nurul terheran.
"Iya, saya yang
temenin Mbak disini bukan dia. Berarti saya yang menang" ucap Sean.
"Ppfffftttt.....
hahahahahahahhahaaaaaaa" tawa Nurul langsung lepas dengan keras melihat
tingkah konyol anak majikannya ini yang merasa kalau dirinya sedang
berkompetisi dengan Haris.
"Kenapa Mbak
ketawa?? emang bener kan??" tantang Sean kepada Nurul.
Dan entah karena terbawa
suasana bercanda, Nurul pun menjawab dengan santai "Masih menang suami
Mbak dong Den! dia aja udah pernah tidur sama Mbak!" Ucap Nurul yang tak
sadar kalau perkataannya tersebut sudah memancing suasana menjadi keruh.
"Yaudah kalau gitu
malam ini Mbak harus tidur sama saya juga" Balas Sean begitu santai
seakan-akan perkataannya tersebut adalah hal normal saja.
"Astagfirullah"
Ucap Nurul sadar dan langsung memundurkan badannya sedikit menjauh dari Sean.
Nurul tidak sadar kalau Dia telah dengan sengaja memancing-mancing anak
majikannya tersebut dengan kata-kata yang tidak dia sadari adalah sebuah aksi
yang mengundang. Nurul juga tidak tahu kenapa dia bisa sampai keceplosan
berbicara semacam itu di depan orang lain yang jelas-jelas bukan suaminya.
Sean tersenyum
"Becanda kali Mbak" Kata Sean yang melihat Nurul seperti tidak
nyaman.
"Aden bikin mbak
jantungan aja!!" Protes Nurul sedikit lega mengetahui kalau Sean hanya
bercanda. Cukuplah perkataan dari Sean tersebut membuat jantung Nurul kembali
tenang.
"Tapi gak sepenuhnya
becanda juga sih" Kata Sean yang dengan cepat langsung beranjak dari
duduknya dan menghampiri Nurul.
Nurul yang kaget pun
langsung beringsut menjauh sampai ke ujung sofa tempatnya duduk "A--aaden
ngapain??" Tanya Nurul begitu cemas.
Tapi Sean dengan santai
merebahkan tubuhnya di sofa tempat Nurul duduk, dan kepalanya pun seketika
diletakkannya diatas paha Nurul "Mau tidur" Ucap Sean kemudian.
Jantung Nurul berdegub
begitu kencang saat Sean langsung merebahkan kepala miliknya diatas paha Nurul.
Ada semacam sensasi seperti sebuah sengatan listrik dalam diri Nurul ketika
daerah yang lumayan sensitif baginya tersebut, bersentuhan dengan kepala Sean.
Meski memang Nurul masih memakai baju tidurnya, akan tetapi rasa dan sentuhan
itu terasa nyata dan membuat tubuh istri Haris tersebut terdiam dan membatu tak
dapat bergerak, tangannya terangkat sampai dadanya seakan dia berusaha
menghindar untuk tidak menyentuh kepala Sean.
"Aden jangan
beginii!!" pinta Nurul memohon. Dalam hatinya, Nurul tak dapat sama sekali
menyeleraskan fikiran sehat dan fikiran buruknya, keduanya berkontradiksi satu
sama lain berusaha untuk jadi pemenang dalam ujian syahwat ini.
"Sssstttttt.. saya
mau tidur Mbak! Besok sekolah" balas Sean tak mengindahkan perkataan
Nurul.
"Iya tapi gak tidur
diatas paha Mbak juga!!" protes Nurul sedikit kesal. Nurul sadar kalau dia
harus sedikit tegas kepada Sean karena bagaimanapun ini adalah sebuah perbuatan
salah dan dilarang oleh Agama. Bahkan di dalam kepalanya sendiri, Nurul sudah
memohon ampun kepada yang maha kuasa atas dosa yang telah dia lakukan saat ini.
Namun lagi-lagi Sean
dengan pintarnya menarik Nurul jatuh ke dalam pembicaraan, Sean pun membuka
matanya dan menatap wajah Nurul dari bawah "Kalau besok aku telat! Mbak
tanggung jawab loh ya???" ancam Sean dengan membulatkan bola matanya.
"Astagfirullah! kok
kamu nyalahin Mbak???" ucap Nurul terpancing. Tidak sadar kalau dia
berhenti melarang Sean untuk tidur di pangkuannya.
"Mbak sih gangguan
saya mau tidur" Balas Sean menggoyang-goyangkan kepalanya di paha Nurul.
Membuat Nurul sedikit
mendesah karena merasa geli "Awwww.. gelii Deen! jangan gerakk" Ucap
Nurul memukul lengan pemuda tersebut.
Sean tersenyum sambil
memejamkan matanya "Yaudah saya diam" jawabnya begitu senang.
Entah pikiran macam apa
yang ada di benak Nurul saat ini hingga dia sampai mengizinkan laki-laki yang
bukan mahromnya tersebut tertidur enak diatas pahanya, Tapi yang pasti
perbuatannya ini benar-benar menguras tenaga Nurul sendiri dan membuat nafasnya
memburu. Hawa dari dinginnya malam pun rasanya tak bisa membuat tubuh Nurul
untuk tidak merasakan hawa panas dari dalam tubuhnya sendiri itu.
Bahkan Nurul berkali-kali
ingin mencoba menolak perbuatan Sean, namun niatnya tersebut diurungkan begitu
saja karena ada sesuatu yang membuatnya merasakan sensasi nyaman. Padahal ini
adalah pertama kalinya seseorang tidur diatas pangkuannya seperti ini, bahkan
untuk Haris suaminya pun tidak pernah melakukannya.
Dan andai saja ada orang
yang melihat kejadian ini, mungkin akan menjadi aib terbesar yang pernah ada
dalam hidup Nurul, seorang istri setia yang juga seorang akhwat muslimah sepert
dirinya tengah membiarkan pria lain tertidur pulas diatas tubuh sucinya.
Dan diam-diam, sebenarnya
Nurul juga merasakan sebuah kenyamanan yang tak bisa dia gambarkan sama sekali.
Nurul tersenyum hangat
menatap wajah Sean, entah kenapa dia merasa sangat tentram melihat wajah pemuda
tersebut terlelep dalam pelukannya. Seakan-akan dia adalah seorang ibu yang
terlihat puas setelah menidurkan anaknya sendiri.
"Aden udah
tidur??" bisiknya begitu lembut sambil sedikit mengelus lengan pemuda itu.
Namun tak dijawab oleh Sean yang sudah memejamkan matanya tersebut dan ternyata
sudah terlelap.
Nurul kembali tersenyum
"Lucu sekali" ucapnya dalam hati ketika mengetahui kalau Sean sudah
terlelap dalam sepersekian menit saja.
Hati Nurul merasa
berbunga, tak tau apa yang bisa diartikannya melihat wajah Sean yang
samar-samar begitu terlihat tampan dengan sinar cahaya lilin, tak sadar bahwa
godaan iblis sudah memenuhi hatinya dan bersiap menunggu Nurul untuk melepas
kendali atas tubuhnya sendiri.
Karena terlarut dalam
perasaan sesaatnya, Nurul tekejut oleh nada dering smarphonenya yang berdering
"Maulana ya maulanaa". Dengan gerakan yang sangat cepat dia pun
mengangkat telfon tersebut karena takut suaranya akan membangungkan Sean dari
tidur.
"Halo??" Angkat
Nurul.
"Assalamualaikum
Umi" Ucap pria disana yang tak lain adalah Haris.
Seketika Nurul langsung
tergugup mendengar suara suaminya tersebut "Waa--wailaikumsalam Bi"
Jawab Nurul panik lalu menatap wajah Sean.
Nurul merasakan
jantungnya berdegub begitu kencang seperti seorang maling yang ditangkap basah
sedang melakukan aksi pencurian, hatinya bergemuruh meminta maaf pada Haris
karena sudah membiarkan laki-laki lain menyentuh tubuhnya.
"Umi belum
tidur??" tanya Haris.
"Belum Bi!"
jawab Nurul tercekat.
"Loh kenapa?? Umi
lagi banyak pikiran??" tanya Haris begitu lembut.
Secara reflek, Nurul pun
langsung kembali berbohong "Enggak Bi! belum mau tidur aja" balasnya
kembali menatap Sean. "Ya tuhan maafkan aku" sambung Nurul dalam
hatinya. Dia tidak sanggup menendalikan pergolakan batinnya tersebut. Antara
cemas dan nyaman.
"Ohh gitu. Yaudah
gapapa! Umi besok gak kerja pagi kan??" tanya Haris. Yang membuat Nurul
bingung.
"Kerja Bi!"
balas Nurul.
"Loh, bukannya Umi
bilang kalau hari minggu Umi kerjanya sore doang???" tanya Haris terheran.
Nurul pun terkejut dan
kaget ketika dia lupa bahwa besok adalah hari minggu, yang berarti sebenarnya
Sean tidak akan pergi bersekolah karena libur. hatinya langsung mengutuk
perbuatan anak muda tersebut yang ternyata telah berhasil mengelabuinya dengan
berbohong.
Nurul lalu menatap tajam
ke arah Sean yang ternayata sedang membuka matanya dan belum tertidur sama
sekali. Yang mendengar pembicaraan Nurul dan Haris dengan senyum penuh
kemenangan karena dengan mudahnya membuat Nurul lupa akan keadaan.
"pppPaaakkk"
sebuah tepukan yang lumayan keras diberikan oleh Nurul pada lengan Sean. Antara
kesal dan gemas dengan cara pemuda itu mengelabuinya.
Namun aksinya tersebut
justru malah membuat pemuda itu semakin berani dan bangun dengan manja sambil
melakukan aksi yang membuat Nurul terlonjak kaget dari duduknya,
"Enngghhh"
erang Nurul kegelian.
Nurul terkaget ketika
Sean memiringkan badannya dan melingkarkan tangan kirinya memeluk badan Nurul,
Sean bahkan memposisikan wajahnya tepat berada diperutnya Nurul sehingga Nurul
pun bisa merasakan nafas Sean yang hangat menyentuh pori-pori kulit perutnya
meski masih terhalang oleh baju tidurnya.
Belum sempat Nurul
protes, Haris sudah bertanya duluan dari telfon "Umi kenapa??"
tanyanya yang sadar mendengar istrinya melenguh.
"Oohh! enggak Bi!
tadi ada nyamuk" Ucap Nurul berbohong sambil mencubit tangan Sean sebagai
isyarat untuk menyuruh pemuda tersebut melepas pelukannya.
Tapi penolakan yang
setengah-setengah seperti itu tidak akan berlaku pada Sean yang semakin nekat
melakukan aksinya, Kali ini tangan Sean menyusup dibalik punggung Nurul dan
mencari-cari sesuatu disana.
"Lotion nyamuk nya
dipakai dong Mi!!" saran Haris di telfon. Sedangkan Nurul berusaha
mengusir tangan Sean yang mengelus-elus punggungnya dengan gesture sedikit
marah.
"Udah kok Bi!! tapi
masih aja ada nyamuk gede yang gigitin Umi" Jawab Nurul senormal mungkin
menanggapi suaminya, Nurul takut kalau apa yang sedang dilakukannya ini bisa
diketahui oleh suaminya. Dia kembali memonyongkan mulutnya ke arah Sean dan
menatapnya begitu tajam. Menyuruh pemuda tersebut untuk berhenti melakukan
aksinya tersebut.
"Hahaha, mungkin
darah Umi manis semanis orangnya" Goda Haris menggombal. Tidak sadar kalau
istrinya sekarang tengah digombali oleh tangan kasar pria lain.
"Ihh. apaan sih Bi!
Udah malem tauu!!" protes Nurul yang bersemu merah. Apalagi perbuatan Sean
yang mengelus-elus punggung miliknya sambil meniup-niup bagian pusar di balik
baju tidur tipis yang Nurul kenakan tersebut, membuat mau tak mau syahwat Nurul
bangkit perlahan-lahan.
"Hehehe, Iya Umi
sayangg! makanya Umi cepetan tidur gih, sebelum nyamuk gede nya menggigit
lagi" gombal Haris yang tidak tau kalau nyamuk gede yang dimaksud Nurul
tadi adalah Sean si anak majikan.
"Ehhh iyaa Bihh! ini
Umi udah mau tidur emmmpppphhhh" Jawab Nurul yang sedikit terdengar agak
mendesah. Rupaya Sean dibawah sana sudah mulai melancarkan aksi selanjutnya dimana
dia mengangkat baju Nurul dibagian perutnya sedikit dan mencium daerah pusarnya
dengan lembut. Dan perbuatan Sean tersebut sukses membuat Nurul kegelian luar
biasa.
"Yaudah kalau gitu!
Abi juga pengen tidur kayaknya" balas Haris yang terdengar juga sedikit
lelah.
"Assalamualaikum
Bih!!" Ucap Nurul berpamitan dengan segera. Dia harus dengan cepat
menyudahi panggilan dengan suaminya tersebut agar dia bisa menghentikan Sean
yang terlihat semakin menggebu-gebu.
Setelah telfon itu di
tutup, Nurul pun langsung melotot ke arah Sean yang tengah asik menciumi
perutnya yang rata dan ramping tersebut "Berhentii Deenn!!" protesnya
menjauhkan kepala pria tersebut.
"Kenapa??"
tanya Sean begitu polos
"Ini tidak
pantas!!Aden udah keterlaluan sama Mbak!!" jawab Nurul yang agak sedikit
merasakan emosi. wajahnya sudah terasa sangat panas akibat rangsangan yang
diberikan oleh Sean, namun panas tersebut juga bercampur dengan panas
kemarahannya yang tidak tahan dengan kelakuan anak majikannya tersebut.
Tak disangka air mata
Nurul pun meleleh keluar dari mata tak dapat dia bendung lagi. Nurul merasakan
hina yang begitu besar terhadap dirinya sendiri karena telah membiarkan Sean
membangkitkan nafsunya dengan perlahan. Nurul menangis merasa dirinya gagal
sebagai seorang akhwat dan seorang istri yang harusnya menjadi perempuan yang
dapat menahan segala godaan, kini malah terbuai dengan angan-angan kenikmatan
duniawi tersebut.
"Maafkan saya
Mbak" Ucap Sean yang tidak tega melihat Nurul menangis. Sean mengangkat
tubuhnya hingga dia terduduk di samping Nurul yang sedang memeluk kakinya
sendiri dan menangis karena perbuatan Sean.
Sekelebat ingatan tentang
perempuan yang dulu pernah Sean cintai pun langsung kembali datang terputar
dalam otaknya. Perempuan itu juga menangis seperti Nurul saat pertama kali Sean
mencoba menggodanya. Tak dapat ia sanggah kalau Nurul hampir sama seperti
mantan kekasihnya itu, mulai dari sikap dan caranya berbicara. Hanya saja
pujaan hatinya tersebut tidak berpakaian seperti Nurul dan punya sikap sedikit
lebih periang dari pembantu barunya itu.
Namun cinta yang Sean
jaga tersebut harus rela kandas di tengah jalan setelah dia mengetahui kalau
gadis pujaannya tersebut masuk dalam rencana jahat kedua orang tuanya. Saat itu
memang Sean yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP, Hanya bisa pasrah ketika
cinta pertamanya itu berakhir dalam pelukan pria-pria hidung belang yang
menyewa jasa kenikmatan darinya.
Dan dia adalah Dini.
Gadis 18 tahun yang datang dari desa ke kota besar demi memperbaiki taraf
hidupnya. Namun berakhir tragis di tangan kedua orang tua Sean yang menjual
tubuh gadis itu untuk dijadikan sumber keuangan dalam bisnis prostitusi.
Tidak disadari oleh
Nurul, Sean pun terbawa suasana dan akhirnya ikut menangis tersedu. Entah ini
sebuah drama atau bukan, tapi pemuda tersebut pun diingatkan kembali oleh sosok
Dini yang menjadi cinta pertamanya lewat tangisan Nurul.
"Sa--sayaa
benar-benar minta maaf Mbak.." Isak Sean meminta maaf.
Nurul terkaget mendengar
suara Sean yang bergetar dan sendu. Pandangannya yang tadi buram karena air
matanya sendiri, kini ia alihkan pada pemuda disebelahnya tersebut yang tampak
seperti seseorang yang tengah menyesali perbuatannya sendiri.
"Aa-adeenn"
panggil Nurul begitu gugup hingga dia melihat Sean mengangkat kepalanya,
memperlihatkan mata pemuda itu yang berkaca-kaca seperti seakan ikut menangis
bersama Nurul.
"Adeen
kenapa??" tanya Nurul mendekat dan memegang tangan Sean.
Suasana begitu hening
ketika Sean tiba-tiba ikut mencoba mendekat ke arah Nurul dan memperpendek
jarak diantara mereka. Tanpa mampu di tolak oleh Nurul sebelumnya, Sean
bergerak begitu cepat hingga bibir mereka berdua pun kini telah saling
berhadap-hadapan. Dan Nurul pun entah kenapa reflek memejamkan matanya.
Tak menunggu lama lagi,
kedua insan yang berlainan jenis dan status sosial itu pun langsung terlibat
sebuah percumbuan terlarang. Garis norma dan agama yang tadinya dijaga oleh
Nurul sedemikian rupa, akhirnya terlanggar juga.
Sean mengecup lembut
bibir Nurul yang tampak pasrah menerimanya. Sebelum akhirnya ciuman mereka
tersebut terhenti karena lampu ruangan tersebut menyala dengan sangat terang
dan menyinari seluruh ruangan tersebut.
**********************
Siang harinya Nurul
terbangun oleh sebuah suara ketukan dari pintu depan rumahnya. Mata Nurul masih
sangat mengantuk mengingat dia baru bisa tertidur setelah melakukan ibadah
sholat subuh tadi pagi karena kehadiran Sean disana. Untungnya pemuda tersebut
mau meninggalkan rumah Nurul sebelum jam subuh masuk. Namun tentang apa yang
terjadi semalam antara dirinya dan Sean, Nurul memilih untuk tidak
memikirkannya dulu.
Dengan sedikit
bermalas-malasan, Nurul pun beranjak dari tempat tidurnya dan melirik jam
dinding yang menunjukkan waktu sudah pukul 11 pagi. Nurul kemudian mengambil
jilbab sorong berwarna hitamnya dan berjalan gontai ke arah depan.
"Permisi!!
Assalamualaikum!!" ucap suara seorang wanita mengetok pintu rumah Nurul.
Nurul pun lalu membuka
pintu dan menjawab "Waalaikumsa---" Ucapnya terhenti ketika dia
melihat sosok yang dikenalnya tengah berdiri di depan pintu. Sosok yang bahkan
tidak pernah terpikirkan oleh Nurul akan muncul mendadak seperti ini dan
menyulut emosinya di siang bolong.
Wanita paruh baya yang
berpenampilan modis dengan menggunakan dress selutut dan tidak berlengan
tersebut tersenyum ke arah Nurul. Kulitnya begitu putih dan rambutnya tergerai
panjang di cat agak kekuningan. tak lupa pula beberapa perhiasan emas yang
menghiasi lengan dan jari-jarinya yang lentik nampak sekali menunjukkan kesan
begitu mewah.
Namun yang jadi perhatian
Nurul justru adalah sebuah kalung liontin berbentuk salib yang bertengger indah
di dada wanita tersebut. Wanita yang dulunya membimbing dan mengajari Nurul
tentang nilai-nilai agama dan cara beribadah itu, kini semakin tampak berbeda
setelah sekian lama menghilang dari perederan semenjak dirinya menyelingkuhi
Kyai Hasan, Ayah Nurul sendiri.
Wanita itu kembali
tersenyum "Apa kabar kamu Nak???" ucapnya pada Nurul.
"UUM---UUMIIIIIIIIII??????????"
teriak Nurul begitu kaget.
#Bersambung.............
0 Response to "Akhwat Yang Ternoda - Part 6"
Post a Comment