Sore itu, cuaca terlihat
seperti sudah sangat puas menangis. Hujan lebat yang turun dari tadi pagi
sampai hari menjelang siang membuat hawa dingin menyelimuti suasana disekitar.
Langitpun hanya redup tanpa adanya terik sinar matahari karena sebentar lagi
akan datang waktu maghrib. Dan di ruang tamu rumahnya, Nurul sedang duduk menonton
televisi sambil memakai selimut tebal di badannya.
Beberapa hari setelah
kedatangan Ibunya ke rumah, Nurul pun akhirnya menyerah dengan keadaan dan
jatuh sakit. Badannya sedikit panas dan ada rasa linu pada sendi-sendi di
tubuhnya. Sistem imun tubuh Nurul melemah usai beberapa hari ini Nurul
kekurangan tidur dan jarang sekali menyentuh makanan. Pikirannya yang
terus-terusan berkecamuk dan rasa sakit hati yang tak kunjung reda, membuat
tubuh mungilnya tersebut tak bisa bertahan dengan baik.
Bahkan sandaran
terakhirnya sendiri yaitu Haris, malah tidak mengerti sama sekali dengan
perasaannya.
Nurul sempat menelfon
suaminya tersebut usai kejadian dimana Ibunya datang ke rumah dan menawarkan
bantuan yang sebenarnya tidak Nurul butuhkan, Namun tanpa di duga, respon Haris
justru malah semakin membuat Nurul kesal dan emosi.
"Apa gak sebaiknya
Umi maafin aja???Ini sudah bertahun-tahun Mi! dan dia itu masih tetap orang tua
Umi juga" Saran Haris pada Nurul waktu itu.
Suami yang selama ini
selalu berpihak padanya, kini malah tidak mengerti perasaannya sama sekali.
Padahal Haris tau kesalahan macam apa yang diperbuat oleh Ibunya Nurul tersebut
di masa lampau.
Rasa marah dan kesal
justru semakin menumpuk dalam hati Nurul ketika dia tidak sengaja menangkap
suara seorang wanita dalam telfon yang memanggil Haris dengan dengan nada cukup
lembut dan mesra. Wanita tersebut terdengar seperti sedang menwarkan Kopi untuk
Haris yang tengah dalam keadaan menelfon dengan Nurul. Sontak saja Nurul
menjadi langsung curiga dan mencecar berbagai pertanyaan kepada suaminya
tersebut perihal wanita yang menawari Haris minuman tersebut.
"Teman kerja gak
mungkin masih disitu semalam ini Abi!! ini udah hampir jam 9" kesal Nurul
menyidik Haris.
"Abi kan udah kasih
tau kalau sekarang Abi lagi lembur Mi!" balas Haris tak mau disalahkan.
Akhirnya, percekcokan pun
tak dapat dihindari karena keduanya sama-sama keras kepala. Nurul masih curiga
kepada Haris, sedangkan Haris tidak mengerti kenapa Nurul tidak mau diberi
penjelasan sama sekali dan tetap menuduhnya dengan tuduhan yang tidak terbukti
tersebut. Haris merasa kalau istrinya malah mencoba-coba mencari alasan untuk
melampiaskan amarahnya sendiri atas permasalahan lain yang sedang menimpanya.
Pikiran Nurul terus
gelisah dan tidak nyaman, bahkan acara televisi yang sedang di tontonnya saat
ini tak dapat membuat pikirannya menjadi jernih ataupun sekedar membuatnya
tersenyum. Rasanya dunia saat ini sedang berkonspirasi bersama membuatnya
jengkel dan kesal. Sehingga tak satupun yang dapat membantunya lari dari semua
permasalahan ini.
Nurul merasa lapar dan
mual disaat yang bersamaan, daritadi pagi dia hanya makan beberapa suap nasi
saja lalu kemudian dimuntahkannya lagi karena tenggorokannya terasa pahit dan
tidak enak untuk menelan sesuatu. Nurul melirik jam dinding dan melihat keluar
kondisi langit sudah mulai gelap, dia berencana untuk menunaikan ibadah sholat
maghrib tapi masih dihinggapi rasa malas.
Tak berselang lama,
Terdengar suara sebuah mobil memasuki halaman Rumah Nurul dan berhenti di depan
rumah.
"Ada tamu?"
Pikir Nurul dalam hatinya sambil kemudian dia berjalan mengintip dari balik
jendela depan.
Nurul lalu mengenal jenis
mobil yang baru saja parkir di halamannya tersebut, sebuah sedan BMW keluaran
terbaru yang merupakan mobil dari majikannya yaitu Pak Primus. Dan benar saja,
selang tak berapa lama Nurul melihat majikan laki-lakinya itu keluar dari pintu
mobil. Nurul sedikit terkejut dengan kedatangan majikannya itu karena dia
merasa tidak punya urusan dengannya.
Merasa canggung dengan
pakaian yang sedang digunakannya, Nurul pun kemudian berlari kedalam kamar
mengganti bajunya dengan baju yang biasa dia pakai jika sedang bekerja di rumah
Pak Primus, yaitu baju kebesarannya sebagai seorang akhwat muslimah dengan
jubah dan jilbab besar, tak lupa dia menggunakan cadarnya karena dia tak ingin
memperlihatkan wajahnya tersebut pada Pak Primus.
"Permisi!!"
Sapa Pak Primus dari pintu depan.
Nurul yang telah selesai
mengganti baju, segera berjalan membukakan pintu yang langsung disambut oleh
sosok Pak Primus "Selamat sore Mbak Nurul" Ucapnya dengan tersenyum
manis.
"Selamat sore Pak!
ada apa ya??" tanya Nurul bingung.
"Ini Mbak! Istri
saya bilang kalau Mbak Nurul lagi sakit dan gak ada yang nemenin dirumah, jadi
dia minta tolong sama saya buat ngirimin makanan buat Mbak Nurul" jawab
Pak Primus mengangkat sebuah kantong berwarna hitam.
Hati Nurul yang tadinya
sedikit kalut dan tidak enakan langsung berubah menjadi senang mendapati kalau
ternyata masih ada orang yang perhatian kepadanya disaat sendiri seperti ini.
Apalagi dengan sangat kebetulan orang yang datang malah membawakannya makanan.
Nurul yang belum makan apapun sedari tadi karena semuanya di tolak keluar oleh
perutnya merasa begitu gembira dengan perhatian kecil seperti ini.
"Ehh maaf Pak!
duhh!! silahkan masuk dulu" gugup Nurul yang malah melamun sendiri dengan
fikirannya.
Nurul pun kemudian
mempersilahkan pria paruh baya itu masuk bertandang kedalam rumahnya dengan
ramah, dia berjalan melenggak-lenggok di depan Pak Primus yang tengah bersorak
gembira dalam hati karena rencananya mulai berjalan.
"Duduk dulu Pak!
saya ambil minum sebentar" Ucap Nurul pamit ke dapur.
Namun Pak Primus langsung
mencegatnya "Gak usah repot Mbak Nurul! kan mbak lagi sakit! saya juga gak
lama kok" Ucapnya berbasa-basi sedikit.
Karena merasa dicegah,
akhirnya Nurul pun mengurungkan niatnya untuk membuat minuman di dapur dan
memilih untuk duduk di sofa yang berhadap-hadapan dengan Pak Primus. Sejujurnya
Nurul sedikit agak kurang nyaman membiarkan pria asing untuk masuk ke dalam
rumahnya karena saat ini dia sedang sendiri dan dapat menimbulkan fitnah yang
tidak-tidak. Akan tetapi dia agak tenang mengetahui kalau Pak Primus sendiri
juga tak berniat lama-lama disana.
"Saya terima kasih
banget Pak, udah dianterin makanan segala" Ucap Nurul membuka pembicaraan.
"Hahaha, bukan saya
kok Mbak yang punya ide. Istri saya yang maksa-maksa" balas Pak Primus
berbicara seolah-olah dia terpaksa untuk datang kesini.
Nurul pun jadi kurang
enak hati mendengarnya kemudian berkata "Maaf ya Pak udah ngerepotin.
tolong sampaikan terima kasih saya sama Bu Susan" ucapnya ramah.
"Gapapa Mbak! saya
udah merasa kalau Mbak Nurul udah jadi bagian dari keluarga sendiri. Jadi gak
ngerepotin kok" balasnya masih bermain jual mahal.
Pak Primus tersenyum ke
arah Nurul dengan hati yang begitu senang. Sedangkan Nurul merasa ada suatu
kenyamanan tersendiri yang dia terima dari kata-kata Pak Primus tersebut. Sudah
lama sekali dia tidak mendengar kata "Keluarga" yang memang memiliki
arti yang cuku dalam bagi Nurul, apalagi semenjak peristiwa Ibunya pergi dan
ayahnya juga meninggal.
"Oh iya! saya lupa!
saya cuma bawa bubur ayam buat Mbak Nurul, lebih baik dimakan sekarang karena
takutnya nanti gak enak lagi kalau udah dingin" Saran Pak Primus membuka
kantong plastik hitam yang dibawanya, disana ternyata sudah ada satu kotak
bubur ayam yang dibungkus dengan kotak styrofoam berwarna putih. Sesuai
rencana, bubur itupun sudah ditaburi dengan serbuk obat perangsang yang kata
istrinya berasal dari resapan sperma babi tersebut.
Nurul pun menerima
pemberian Pak Primus dengan sedikit canggung "Duhh! makasih banget Pak
udah repot-repot!" ucapnya tak henti-henti berterima kasih menunjukkan
sikapnya.
"Yasudah kalau
begitu saya mau pamit dulu Mbak Nurul! Buburnya langsung dimakan saja"
ucap Pak Primus berdiri.
"Iya Pak! mari Pak
saya antar!" balas Nurul ramah.
Namun lagi-lagi dicegah
oleh Pak Primus "Udah! gak perlu diantar segala! orang cuma di depan ini
kok! Mbak lagi sakit gak usah banyak gerak dulu" ucap Pak Primus yang
lagi-lagi bersikap seperti seseorang yang begitu baik dan perhatian.
Pak Primus pun kemudian
berjalan kearah pintu depan dengan santai sambil tersenyum, dia sudah
menjalankan rencana pertamanya yaitu sengaja meninggalkan smartphone miliknya
di selipan sofa ruang tamu Nurul agar nanti dia bisa punya alasan untuk
kembali. Sekarang dia tinggal berharap kalau Nurul akan memakan bubur yang
dicampur obat perangsang pemberiannya itu dengan segera agar efeknya beraksi
dengan cepat.
Dan sepeninggal Pak
Primus, tanpa berpikir panjang Nurul pun kemudian langsung menyantap bubur
pemberian majikannya tersebut dengan lahap. Sesuai perkataan Pak Primus, memang
seporsi bubur ayam sepantasnya dinikmati dalam keadaan hangat agar makanan yang
biasa dinikmati orang sakit tersebut, dapat menghangatkan tubuh si pemakannya
juga.
Namun sesudah menyendok
beberapa kali bubur tersebut kedalam mulutnya, Nurul pun langsung berkeringat
kepanasan seperti orang yang sedang menyantap makanan yang pedas. Tubuhnya jadi
terasa aneh dan nafasnya jadi mulai terengah-engah tidak karuan. Menandakan
kalau obat perangsang yang sudah tercampur dalam bubur tersebut sudah mulai
bereaksi menunjukan efeknya.
"Kok enak banget
ya??!" Pikir Nurul dalam hatinya. Dia terus menyendok bubur tersebut
sedikit demi sedikit tanpa sadar bahwa makanan itu memberikan efek kehangatan
yang lebih daripada bubur biasanya. Dan hanya dalam beberapa menit kemudian,
seluruh bubur yang mengisi kotak putih di depan Nurul itupun langsung ludes tak
bersisa.
Nurul langsung bersender
ke belakang sambil memegangi perutnya yang lumayan terasa kenyang. Nafasnya
sudah sangat memburu hingga membuat dadanya terlihat naik turun tidak
beraturan. Nurul lalu meraih ikatan cadar dibelakang kepalanya dan langsung
mencopot benda yang sedari tadi menutupi wajahnya dan juga saluran
pernafasannya tersebut.
"Uwaaahhh!!
Adeeeemmmmmm!!" ucap Nurul merasa begitu lega.
Badan Nurul terasa sangat
rileks dan enak saat sebuah desiran angin masuk melalui pintu depan rumah Nurul
yang tadinya belum ditutup sepeninggal Pak Primus. Angin tersebut membelai
tubuh Nurul saat tiba-tiba ia merasa dada bagian putingnya terasa amat sangat
gatal. Awalnya Nurul berusaha menahan saja rasa itu, akan tetapi makin lama
rasa gatalnya semakin meningkat tidak karuan, dan Bahkan saat ini dia mulai
merasakan hal yang sama pada vaginanya. membuat Nurul mulai tidak nyaman dengan
duduknya.
"Loh?? Mbak Nurul
kenapa??" tiba-tiba Nurul dikejutkan dengan suara Pak Primus yang tampak
sudah berdiri di depannya.
Nurul pun kemudian
terduduk kembali mentap heran pada Pak Primus "Pak Primus?? bapak kenapa
balik lagi??" tanya Nurul setengah sadar. Kepalanya sudah mulai terasa
berputar-putar dan pandangannya lumayan mengabur.
"Ini Mbak Hp saya
ketinggalan, saya liat pintunya tadi masih kebuka jadi saya masuk aja!"
balas Pak Primus seperti tidak terjadi apa-apa.
Padahal di depannya saat
ini Nurul sudah mulai menunjukkan gejala kegatalan yang amat sangat sehingga
dia menjadi tidak tenang dalam duduknya. Nurul masih berusaha menahan tapi
sudah hampir tidak kuat lagi, dia berusaha menggoyangkan badannya agar rasa
gatal itu hilang bergesekan dengan bahan bra yang sedang membungkus gundukan
payudaranya. dan Nurul pun mempererat silangan kakinya agak dapat menggesek daerah
selangkangannya tersebut. Tapi rasa gatalnya tidak berkurang sama sekali,
bahkan kini seluruh daging kenyal payudaranya mulai terasa ikut gatal juga.
“Ssssshhhhhhhhh...” Desis
Nurul seperti ular. akhirnya dia menyerah dengan rasa gatal itu dan mulai mengelus-elus
sedikit kedua ujung payudaranya dengan tangan sendiri dibalik jubah besar yang
tengah di pakainya.
Saat dia mengelus daerah
itu dengan pelan, terasa nyaman sekali karena gatalnya berkurang sedikit, tapi
sulit untuk berhenti karena rasa gatal itu akan kembali jika dia melepaskan
tangannya dari sana.
Nurul lagi-lagi mendesah
"Enggghhhhhhhhmmm..." Sambil memejamkan matanya karena keenakan
mengelus-elus bagian payudaranya sendiri.
Menyaksikan kalau
targetnya sudah mulai lumpuh, Pak Primus pun tersenyum sambil dia berjalan
santai dan bersiul-siul ke arah pintu depan. Ditutupnya pintu tersebut dan tak
lupa memutar kuncinya agar nanti tak ada orang yang akan mengganggu dia
menikmati tubuh akhwat cantik yang sedang dilanda kegatalan hebat ini.
"Mbak Nurul kenapa??
kegatelan ya??" tanya Pak Primus tersenyum.
Dalam keadaan setengah
sadar, Nurul pun mengangguk “Uuuhh…sssshh..eeehhmm i..iya pak.. badaann..
sayaahhh. rasanyaaa.. gateell..” Lenguh Nurul di depan pria tua yang masih
terlihat tersenyum.
"Wah! digarukin aja
Mbak! jangan di tahan" saran Pak Primus mensugesti Nurul.
Dan perkataan dari pria
tua itu pun tampak berhasil karena Nurul yang tadinya hanya mengelus-elus saja,
sekarang mulai menggaruk meremas payudaranya itu makin cepat dan
terang-terangan. Bahkan tangan kecilnya itu mulai menggaruk juga ke bagian
pangkal pahanya dimana rasa gatal makin terasa meningkat. aliran darah terasa
Nurul berdesir cepat karena sensasi menggaruknya itu selain menghilangkan rasa
gatal juga membuat birahinya tergelitik dan muncul ke permukaan.
“Sssshhhh... sayaahh..
pper..permisihh.. sebentaarr... pak.. uuffh..” Desis Nurul sambil terus
menggaruk payudaranya. Dia mau bangkit dari sofa tempat duduknya tersebut tapi
rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya membuat dia hanya kembali terduduk
lagi.
Sedetik Nurul melihat ke
arah Pak Primus yang hanya menonton dengan pandangan penuh nafsu dan senyuman
licik diwajahnya ketika menyaksikan Nurul mengelus-elus dirinya sendiri.
Nurul pun sedikit sadar
apa yang tengah dia lakukan. Sebagai seorang akhwat, dia tidak boleh memberikan
tontonan seperti ini kepada laki-laki. Nurul mencoba mengendalikan lagi
hasratnya yang bangkit karena secara tidak sadar dia sedang memberikan tontonan
gratis kepada pria tua itu tanpa dapat mencegah.
“Misiih Pakkhh.. sayaah..
mauhh.. ke.. kamarrr.. sebentarrrr” Kata Nurul mengusahakan dirinya untuk
bangkit.
Pak Primus pun
mengijinkan saja Nurul beranjak dari sana "Silahkan Mbak Nurul"
ucapnya yang lagi-lagi tersenyum.
Karena akhirnya Nurul
begitu tidak tahan dan tidak bisa mencegah lagi, Diapun langsung masuk ke dalam
kamarnya dengan tergopoh-gopoh dan kemudian menutup pintu. Dengan sedikit
serabutan dan cepat Nurul membuka kancing baju kurungnya dan meloloskan pakaian
utamanya tersebut ke bawah hingga yang tersisa hanyalah Bra, Cd dan hijab
lebarnya.
Namun Nurul masih merasa
belum cukup karena kulitnya masih terhalang oleh kain lain. sehingga diapun
memutuskan untuk mencopot BH dan CD nya sampai dia benar-benar dalam keadaan
telanjang bulat. Hanya sebuah hijab lebar yang terpasang dikepalanya saja yang
saat ini masih utuh di tempatnya.
Kini setelah buah dadanya
telanjang, Nurul pun segera mengelus-elus dan meremas dengan cepat dua gunung
indah itu terutama putingnya yang kini sudah mancung dan mengeras, kakinya
bergerak blingsatan karena rasa gatal pada vaginanya juga makin menghebat.
"Permisiii"
Ucap Pak Primus tiba-tiba membuka pintu kamar tersebut.
Nurul yang sedang berdiri
itupun langsung menghamburkan dirinya keatas kasur dan menutup tubuhnya dengan
sebuah selimut "Paaakkhh.. Paakkh.. Priimussshh.. ngapaaiin????"
Ucapnya terengah-engah tidak karuan.
"Udah! Mbak Nurul
terusin aja!" balas Pak Primus yang masuk seperti orang yang tidak melihat
apa-apa. Dia kemudian menyiapkan alat-alat untuk merekam aksinya bersama Nurul
nanti berupa sebuah kamera handycam dan sebuah tripod sebagai tempat meletakkan
kamera tersebut.
Nurul merasa kaget tidak
mengerti apa yang sebenarnya terjadi, pikirannya kacau tidak tau apa yang harus
dia lakukan sementara rasa gatal yang tengah melanda tubuhnya masih membuat
badannya secara tak sadar bergerak-gerak sendiri mengelus-elus daerah sensitifnya.
"Duh! jangan
ditutupin dong Mbak! gimana orang mau beli badan Mbak nanti kalau ditutup
begini" protes Pak Primus yang kemudian menarik ujung selimut yang
menutupi badan Nurul.
"Awwwhh.. jangan
Pakhhh!!" kaget Nurul yang tubuhnya terkespos.
Pak Primus tersenyum puas
ketika dia menyadari kalau di balik selimut tersebut, Nurul malah melakukan
masturbasi dengan menggesek-gesek vaginanya dengan tangan sendiri. Efek obat
perangsang yang diberikan oleh istrinya tersebut ternyata begitu ampuh di tubuh
Nurul sehingga meskipun dalam keadaan yang shock dan kaget, dia tetap saja
bermasturbasi seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Gatel banget ya
Mbak??" goda Pak Primus berjalan menghidupkan kameranya.
Sementara Nurul memprotes
pria tersebut sambil berkata "Paakkhhh!! jangaaaannnn... paaakkhhhh!!!!!
jangaannh.. direkaaammm... umpppphhhh" Ucapnya memelas. Namun yang
lucunya, Nurul masih saja tetap mencolok-colok vaginanya dengan begitu keras
tanpa bisa menghentikan dirinya sendiri.
Pak Primus kembali
tersenyum puas sambil merekam apa yang sedang terjadi di hadapannya sekarang.
Nurul si Akhwat alim yang sudah menjadi target rencananya tersebut tengah
mengutak-ati dan mencolok-colok Vaginanya sendiri dalam keadaan telanjang penuh
nafsu. Tubuh perempuan itu terlihat mengkilat basah oleh keringatnya sendiri
karena dia sedang dalam keadaan birahi yang begitu besar.
Diatas ranjang, Nurul
terduduk menyandar sambil mengangkangkan kakinya dengan sangat lebar,
mengekspos vagina ranum miliknya kehadapan Pak Primus dan juga kamera yang
sedang merekam aksinya tersebut. Wajahnya begitu memerah penuh nafsu seperti
udang yang sedang di rebus dan tubuhnya tidak tertutup apa-apa lagi selain
sebuah jilbab besar yang tengah melekat dikepalanya dan menutupi sebagian
payudaranya. Sedangkan tangan Nurul, tidak henti-hentinya bermain di daerah
selangkangannya sendiri.
"Hmmmm.. baguss
sayang!! teruss!! puaskan dirimuuuu" Ucap Pak Primus menyemangati Nurul
yang tampak begitu bernafsu.
Dalam hatinya, Pak Primus
bersorak sorai begitu senang karena sebentar lagi dia akan mencicipi tubuh
Nurul yang begitu membangkitkan nafsunya. Namun dia berusaha menahan diri
terlebih dahulu karena dia ingin merekam sebuah video introduksi Nurul untuk
para Clientnya nanti. Agar ketika Pak Primus menjajakan dan menjual tubuh Nurul
nanti, dia tidak perlu repot-repot memperkenalkan orangnya secara langsung.
Dan video ini juga akan
menjadi senjata ampuh untuk mengancam Nurul jika dia tidak mau menuruti
keinginan Pak Primus.
"Mau saya bantuin
gak Mbak Nurul??" goda Pak Primus pada Nurul yang masih begitu asik dengan
masturbasinya.
Karena tak mendapat
jawaban, Pak Primus pun beranjak kedepan kamera "Kayaknya Akhwat lonte
kita lagi nafsu berat" ucapnya di depan kamera tersebut seolah-olah sedang
membuat Vlog.
"Oke! Baiklah! mari
kita berkenalan dulu nih sama calon lonte kalian!" Kata Pak Primus
kemudian mengambil handycam tersebut dan berjalan ke arah Nurul yang sedang
Masturbasi.
"Namanya siapa
cantiikk???" goda Pak Primus menzoom muka Nurul yang memerah menahan
nafsunya yang tak kunjung mencapai puncak sedari tadi meski sudah melakukan
masturbasi cukup lama. Di kamera, Nurul hanya diam dan terengah-engah tidak
bisa menjawab.
"Kayaknya Lonte masa
depan kita lagi gak bisa di wawancara" Ucap Pak Primus kembali meletakkan
kamera di tripodnya.
"Tapi karena saya
adalah penjual yang baik! saya akan mengenalkan langsung lonte terbaru kita
ini" Ucapnya lagi.
"Nama, Nurul. Umur,
sekitar 25an. Status, Istri orang. Kode, Akhwat Binal. keterangan lain, belum
pernah punya anak!" terang Pak Primus di kamera menjelaskan ciri-ciri dan
identitas Nurul.
"Rasa
memeknya???" tanya Pak Primus bingung. "Mari kita coba!"
semangatnya berbicara sendiri.
Pak Primus pun kemudian
menarik Penis berkulup miliknya tersebut keluar dari resleting celana dan
langsung naik ke atas ranjang. Nampak Penis besarnya tersebut sudah sangat
menegang karena Pak Primus juga menahan nafsunya mati-matian daritadi.
"Baiklah! karena ini
cuma testimoni. Saya akan celupkan sekali saja!!" ucap Pak Primus yakin.
Nurul yang menyadari
bahaya sedang menghampirinya, langsung mencoba beranjak mundur sambil tangannya
tetap melakukan masturbasi. Tak tau lagi apa yang harus dia perbuat saat ini
karena dirinya juga sudah dilanda nafsu yang begitu besar. Bahkan matanya pun
tampak berbinar memandangi Penis Pak Primus tersebut sehingga pikirannya
menjadi semakin tidak waras.
"Mana Mbak memekmu
kasih kesini!! biar kontolku yang garukin" Ucap Pak Primus menarik tubuh
Nurul menjadi telentang.
Nurul yang sedari tadi
sudah mengangkang itupun hanya bisa pasrah ketika Pak Primus mulai memposisikan
penis miliknya di depan gerbang vagina Nurul yang sudah basah dan banjir oleh
lendir vaginanya yang meluber-luber sampai keluar.
"Paakkhh..
jangaaannn.. hentiikkaaannn...." pinta Nurul memelas, tapi dia sama sekali
tidak bisa mengatupkan selangkangannya yang siap di tembus oleh Penis berkulup
majikannya tersebut.
Pak Primus merenggangkan
kaki indah Nurul sambil sesekali mencium bagian betisnya. Nampak kalau dia
sudah tidak sabar lagi mencicipi vagina Nurul yang sudah terpampang menantang
dihadapannya seolah-olah sedang memanggil. Tubuh Nurul kian bergetar ketika
sebuah jilatan lidah Pak Primus hinggap dibetisnya, bagaikan arus aliran
listrik yang menggelitik kepekaan simpul syarafnya, memek Nurul semakin nampak
merah merekah dengan cairan bening yang kembali meleleh keluar dari vagina itu
karena sudah daritadi merasa terangsang.
"Hehehe. baca
bismill*h ya Mbak!" ledek Pak Primus ketika ujung kepala Penisnya mulai
menyeruak masuk vagina Nurul.
Sontak Nurul pun dalam
hatinya mengucap kata bismill*h tanpa sadar untuk mempersiapkan dirinya
"Uggghhhhhhh.. Pakkk... besarrnyaaa... pelaaannn... aaakkuuu... sakittt"
lenguh Nurul tiba-tiba ketika benda asing milik laki-laki lain itu mulai
menyeruak masuk dalam vaginanya yang mungil dan tak pernah dimasuki benda
sebesar Penis pak primus yang berukuran panjang 19 cm dan lebar 4,5 cm itu.
"Tahan Mbak Nurul!!
sakitnya cuma sebentar kok!! Mbak rileks aja!! pasrahin memek Mbak buat
saya" Ucap Pak Primus kembali memberi sugesti pada Nurul.
kata kata itu seakan
menghipnotis jiwa Nurul yang akhirnya mulai tenang dan rileks saat batang besar
panjang Pak Primus semakin masuk kedalam liang vagina Nurul yang sempit itu,
Rasa gatal yang daritadi bersarang dalam vagina Nurul, tiba-tiba saja langsung
berkurang dan berganti dengan rasa nikmat yang begitu memabukkannya.
"Demi tuhan ini
memek sempit bangett!!!" Racau Pak Primus saat merasakan jepitan vagina
Nurul yang begitu kuat membetot batang kelaminnya. Entah itu adalah efek dari
obat perangsang atau pun memang kelebihan alami vagina Nurul, yang jelas vaginanya
tersebut sangat sulit di tembus oleh Penis besar Pak Primus.
Tubuh Nurul pun
menggeletar ketika menerima hangatnya kejantanan Pak Primus dalam liang
vaginanya yang selama ini tak pernah merasakan benda sebesar itu masuk ke
dalamnya. Meski Nurul sudah sering melakukan hubungan seks dengan Haris
suaminya, akan tetapi vagina nya masih sangat sempit karena faktor kecilnya
Penis Haris.
Namun sekarang vagina itu
serasa sesak seakan hendak pecah, dan rasa kenikmatan pun mulai menderanya
ketika Pak Primus dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa adalah
kepala penis berkulupnya yang masih menempel dibibir vagina Nurul, lalu dengan
pelan disorongkan masuk kembali kedalam vagina Nurul hingga membuat biji mata
Nurul terbeliak keatas menerima kenikmatan yang begitu luar biasa.
"Gila aja kayak main
sama perawan" Ucap Pak Primus yang berusaha mendorong Penisnya, namun
terhalang oleh dinding vagina Nurul sendiri. Rencana yang tadi dari awalnya
cuma mau testimoni dan sekali celup saja, sekarang sudah dilupakan oleh Pak
Primus karena dia lebih terfokus untuk membuat Penisnya bisa masuk secara utuh.
Sedangkan Nurul yang
merasa rasa gatal di vaginanya menghilang, tampak menikmati benda tumpul
tersebut perlahan mengisi rongga kewanitaannya. membuat sukma Nurul serasa terbang
keawang awang saking menikmatinya. Bahkan secara reflek, Nurul pun menggerakkan
pinggulnya maju untuk mencoba menyambut Penis majikannya itu.
Namun saat batang penis
itu baru berhasil masuk setengah saja, Pak Primus langsung berhenti ketika dia
mendengar pintu depan rumah Nurul diketuk oleh seseorang dengan lumayan keras.
TOK!!! TOOKK!! TOOOKK!!!
"Mbak
Nuruuuuullll!!! Permisiii!!!!!" teriak seseorang dari luar sana.
“Siapa sih?” keluh Pak
Primus gusar, “ngganggu momen penting saja!!!” lanjutnya begitu kesal.
Pak Primus berpikir
sejenak antara membiarkan saja orang yang ada diluar dan melanjutkan
penetrasinya. Atau mengatasi dulu masalah orang tersebut. Karena kalau terlalu
lama dia diam dan tak menjawab, orang di luar pasti merasa curiga. Apalagi ada
sebuah mobil terparkir dihalaman rumah Nurul, yang menandakan kalau sebenarnya
ada orang di rumah.
"Mbaaakk!! Mbaakk
Nurull!!!" teriak orang tersebut kembali.
Karena begitu kesalnya,
Pak Primus pun menarik penisnya tersebut dari Vagina Nurul. Namun belum sempat
penis itu tercabut semua, tanpa sadar Nurul melingkarkan kakinya ke pinggul Pak
Primus dan menahan pria tua itu mencabut penisnya.
"Hahahaha.. Mbak
Nurul udah pengen banget ya???" tanya Pak Primus tersenyum penuh
kemenangan.
Tapi dia tidak punya
waktu untuk bermain-main dengan Nurul saat ini sebab ada orang yang menunggu di
depan. Karena dikejar waktu dan rasa isengnya, Pak Primus pun kemudian
tersenyum licik dan memposisikan penis miliknya dengan benar di vagina Nurul.
lalu tanpa aba-aba sama sekali, dia langsung menghantamkan penisnya tersebut
dengan keras ke dalam vagina Nurul hingga masuk secara utuh.
"Ouuuaaaagggghhhhhhhhhhhhh.."
lenguh Nurul seperti seekor banteng yang terluka.
Tubuhnya langsung
bergetar hebat dan mengejang-ngejang menandakan kalau dia telah meraih puncak
kenikmatan, sesuatu yang baru pertama kali ditemuinya dalam seumur hidup walaupun
sudah 6 tahun dia telah menjalani pernikahan dengan Haris, namun belum pernah
sekalipun Nurul mendapatkan apa yang di sebut dengan orgasme ini.
Saking dahsyatnya orgasme
tersebut, mata Nurul sampai terbelalak kebelakang dan memperlihatkan bagian
putihnya sebentar, mulut Nurul bahkan menganga dengan lebarnya saat dia juga
menengadahkan kepala yang terbungkus hijab lebar itu.
Di dalam pikirannya,
Nurul merasa melayang-layang dan merasakan suatu hal yang sangat indah. Hatinya
juga merasakan suatu rasa puas yang tak bisa dia gambarkan dan membuat dia
seolah-olah berada disebuah tempat yang dipenuhi oleh bunga-bunga. Nurul merasa
kalau dirinya telah tertipu oleh Haris selama ini karena dia tidak pernah sama
sekali memberikan kenikmatan sehebat ini.
Tanpa Nurul sadari dia
tersenyum kepada Pak Primus dengan begitu tulus. Dan Pak Primus pun membalas
senyuman Nurul dengan meledeknya "Enak kan Mbak?? itu tadi namanya
orgasme. Kalau Mbak bersedia jadi lonte, nanti Mbak bisa rasain yang seperti
ini tiap hari " Ucapnya begitu senang karena mampu membuat wanita akhwat
tersebut bisa orgasme hanya dalam satu kali tusukan saja.
Tapi kesenangannya
langsung pudar saat dia kembali mendengar suara orang di depan sana. Bahkan
suaranya semakin keras terlihat semakin tidak sabar.
"TOOK!!!! TOOOK!!
MBAK NURULL!!! MBAK NURUL DIRUMAH KAN!!!!" teriak orang tersebut.
Mau tak mau Pak Primus
pun akhirnya mencabut penisnya dari dalam vagina Nurul dan merapikan pakaiannya
kembali. Daripada orang diluar sana berpikiran yang tidak-tidak lalu mendobrak
masuk, lebih baik dia menemuinya dulu dengan rencana memberitahu kalau Nurul
sedang keluar sebentar. Pak Primus berjalan menggerutu keluar kamar dengan
langkah yang kesal karena sudah diganggu diwaktu yang begitu salah.
Namun ketika dia membuka
pintu depan tersebut, dirinya kaget bukan kepalang melihat siapa sosok yang
sedang berdiri di depannya itu, dan orang yang ada di pintu itupun juga tak
kalah kaget bukan main mendapati kalau Pak Primuslah yang membuka pintu.
"SUKANIIII???????!!!"
Teriak Pak Primus sangat kaget.
Sedangkan Pak Sukani pun
terbelalak "PRIIMUUSSS??? KAUUUUUU???????" ucapnya langsung menerjang
masuk ke dalam rumah Nurul seakan dia sudah paham apa yang sedang dikerjakan
oleh Pak Primus.
Disana, Pak Sukani pun
melihat tubuh Nurul yang terbaring telanjang dan pasrah diatas kasur
"Pakkkhh... tolooonggg.. sayaahhhh!!!" Ucap Nurul yang menyadari
kedatangan Pak Sukani dan berusaha meminta tolong. Tampaknya orgasme tadi sudah
mulai membuatnya sedikit sadar kalau dia tengah di perkosa oleh Pak Primus.
"Kau benar-benar
akan mati hari ini Primus!!" tatap Pak Sukani mulai tersenyum saking
marahnya
0 Response to "Akhwat Yang Ternoda - Part 11"
Post a Comment