Akhwat Yang Ternoda - Part 11

Sore itu, cuaca terlihat seperti sudah sangat puas menangis. Hujan lebat yang turun dari tadi pagi sampai hari menjelang siang membuat hawa dingin menyelimuti suasana disekitar. Langitpun hanya redup tanpa adanya terik sinar matahari karena sebentar lagi akan datang waktu maghrib. Dan di ruang tamu rumahnya, Nurul sedang duduk menonton televisi sambil memakai selimut tebal di badannya.



Beberapa hari setelah kedatangan Ibunya ke rumah, Nurul pun akhirnya menyerah dengan keadaan dan jatuh sakit. Badannya sedikit panas dan ada rasa linu pada sendi-sendi di tubuhnya. Sistem imun tubuh Nurul melemah usai beberapa hari ini Nurul kekurangan tidur dan jarang sekali menyentuh makanan. Pikirannya yang terus-terusan berkecamuk dan rasa sakit hati yang tak kunjung reda, membuat tubuh mungilnya tersebut tak bisa bertahan dengan baik.

Bahkan sandaran terakhirnya sendiri yaitu Haris, malah tidak mengerti sama sekali dengan perasaannya.

Nurul sempat menelfon suaminya tersebut usai kejadian dimana Ibunya datang ke rumah dan menawarkan bantuan yang sebenarnya tidak Nurul butuhkan, Namun tanpa di duga, respon Haris justru malah semakin membuat Nurul kesal dan emosi.

"Apa gak sebaiknya Umi maafin aja???Ini sudah bertahun-tahun Mi! dan dia itu masih tetap orang tua Umi juga" Saran Haris pada Nurul waktu itu.

Suami yang selama ini selalu berpihak padanya, kini malah tidak mengerti perasaannya sama sekali. Padahal Haris tau kesalahan macam apa yang diperbuat oleh Ibunya Nurul tersebut di masa lampau.

Rasa marah dan kesal justru semakin menumpuk dalam hati Nurul ketika dia tidak sengaja menangkap suara seorang wanita dalam telfon yang memanggil Haris dengan dengan nada cukup lembut dan mesra. Wanita tersebut terdengar seperti sedang menwarkan Kopi untuk Haris yang tengah dalam keadaan menelfon dengan Nurul. Sontak saja Nurul menjadi langsung curiga dan mencecar berbagai pertanyaan kepada suaminya tersebut perihal wanita yang menawari Haris minuman tersebut.

"Teman kerja gak mungkin masih disitu semalam ini Abi!! ini udah hampir jam 9" kesal Nurul menyidik Haris.

"Abi kan udah kasih tau kalau sekarang Abi lagi lembur Mi!" balas Haris tak mau disalahkan.

Akhirnya, percekcokan pun tak dapat dihindari karena keduanya sama-sama keras kepala. Nurul masih curiga kepada Haris, sedangkan Haris tidak mengerti kenapa Nurul tidak mau diberi penjelasan sama sekali dan tetap menuduhnya dengan tuduhan yang tidak terbukti tersebut. Haris merasa kalau istrinya malah mencoba-coba mencari alasan untuk melampiaskan amarahnya sendiri atas permasalahan lain yang sedang menimpanya.

Pikiran Nurul terus gelisah dan tidak nyaman, bahkan acara televisi yang sedang di tontonnya saat ini tak dapat membuat pikirannya menjadi jernih ataupun sekedar membuatnya tersenyum. Rasanya dunia saat ini sedang berkonspirasi bersama membuatnya jengkel dan kesal. Sehingga tak satupun yang dapat membantunya lari dari semua permasalahan ini.

Nurul merasa lapar dan mual disaat yang bersamaan, daritadi pagi dia hanya makan beberapa suap nasi saja lalu kemudian dimuntahkannya lagi karena tenggorokannya terasa pahit dan tidak enak untuk menelan sesuatu. Nurul melirik jam dinding dan melihat keluar kondisi langit sudah mulai gelap, dia berencana untuk menunaikan ibadah sholat maghrib tapi masih dihinggapi rasa malas.

Tak berselang lama, Terdengar suara sebuah mobil memasuki halaman Rumah Nurul dan berhenti di depan rumah.

"Ada tamu?" Pikir Nurul dalam hatinya sambil kemudian dia berjalan mengintip dari balik jendela depan.

Nurul lalu mengenal jenis mobil yang baru saja parkir di halamannya tersebut, sebuah sedan BMW keluaran terbaru yang merupakan mobil dari majikannya yaitu Pak Primus. Dan benar saja, selang tak berapa lama Nurul melihat majikan laki-lakinya itu keluar dari pintu mobil. Nurul sedikit terkejut dengan kedatangan majikannya itu karena dia merasa tidak punya urusan dengannya.

Merasa canggung dengan pakaian yang sedang digunakannya, Nurul pun kemudian berlari kedalam kamar mengganti bajunya dengan baju yang biasa dia pakai jika sedang bekerja di rumah Pak Primus, yaitu baju kebesarannya sebagai seorang akhwat muslimah dengan jubah dan jilbab besar, tak lupa dia menggunakan cadarnya karena dia tak ingin memperlihatkan wajahnya tersebut pada Pak Primus.

"Permisi!!" Sapa Pak Primus dari pintu depan.

Nurul yang telah selesai mengganti baju, segera berjalan membukakan pintu yang langsung disambut oleh sosok Pak Primus "Selamat sore Mbak Nurul" Ucapnya dengan tersenyum manis.

"Selamat sore Pak! ada apa ya??" tanya Nurul bingung.

"Ini Mbak! Istri saya bilang kalau Mbak Nurul lagi sakit dan gak ada yang nemenin dirumah, jadi dia minta tolong sama saya buat ngirimin makanan buat Mbak Nurul" jawab Pak Primus mengangkat sebuah kantong berwarna hitam.

Hati Nurul yang tadinya sedikit kalut dan tidak enakan langsung berubah menjadi senang mendapati kalau ternyata masih ada orang yang perhatian kepadanya disaat sendiri seperti ini. Apalagi dengan sangat kebetulan orang yang datang malah membawakannya makanan. Nurul yang belum makan apapun sedari tadi karena semuanya di tolak keluar oleh perutnya merasa begitu gembira dengan perhatian kecil seperti ini.

"Ehh maaf Pak! duhh!! silahkan masuk dulu" gugup Nurul yang malah melamun sendiri dengan fikirannya.

Nurul pun kemudian mempersilahkan pria paruh baya itu masuk bertandang kedalam rumahnya dengan ramah, dia berjalan melenggak-lenggok di depan Pak Primus yang tengah bersorak gembira dalam hati karena rencananya mulai berjalan.

"Duduk dulu Pak! saya ambil minum sebentar" Ucap Nurul pamit ke dapur.

Namun Pak Primus langsung mencegatnya "Gak usah repot Mbak Nurul! kan mbak lagi sakit! saya juga gak lama kok" Ucapnya berbasa-basi sedikit.

Karena merasa dicegah, akhirnya Nurul pun mengurungkan niatnya untuk membuat minuman di dapur dan memilih untuk duduk di sofa yang berhadap-hadapan dengan Pak Primus. Sejujurnya Nurul sedikit agak kurang nyaman membiarkan pria asing untuk masuk ke dalam rumahnya karena saat ini dia sedang sendiri dan dapat menimbulkan fitnah yang tidak-tidak. Akan tetapi dia agak tenang mengetahui kalau Pak Primus sendiri juga tak berniat lama-lama disana.

"Saya terima kasih banget Pak, udah dianterin makanan segala" Ucap Nurul membuka pembicaraan.

"Hahaha, bukan saya kok Mbak yang punya ide. Istri saya yang maksa-maksa" balas Pak Primus berbicara seolah-olah dia terpaksa untuk datang kesini.

Nurul pun jadi kurang enak hati mendengarnya kemudian berkata "Maaf ya Pak udah ngerepotin. tolong sampaikan terima kasih saya sama Bu Susan" ucapnya ramah.

"Gapapa Mbak! saya udah merasa kalau Mbak Nurul udah jadi bagian dari keluarga sendiri. Jadi gak ngerepotin kok" balasnya masih bermain jual mahal.

Pak Primus tersenyum ke arah Nurul dengan hati yang begitu senang. Sedangkan Nurul merasa ada suatu kenyamanan tersendiri yang dia terima dari kata-kata Pak Primus tersebut. Sudah lama sekali dia tidak mendengar kata "Keluarga" yang memang memiliki arti yang cuku dalam bagi Nurul, apalagi semenjak peristiwa Ibunya pergi dan ayahnya juga meninggal.

"Oh iya! saya lupa! saya cuma bawa bubur ayam buat Mbak Nurul, lebih baik dimakan sekarang karena takutnya nanti gak enak lagi kalau udah dingin" Saran Pak Primus membuka kantong plastik hitam yang dibawanya, disana ternyata sudah ada satu kotak bubur ayam yang dibungkus dengan kotak styrofoam berwarna putih. Sesuai rencana, bubur itupun sudah ditaburi dengan serbuk obat perangsang yang kata istrinya berasal dari resapan sperma babi tersebut.

Nurul pun menerima pemberian Pak Primus dengan sedikit canggung "Duhh! makasih banget Pak udah repot-repot!" ucapnya tak henti-henti berterima kasih menunjukkan sikapnya.

"Yasudah kalau begitu saya mau pamit dulu Mbak Nurul! Buburnya langsung dimakan saja" ucap Pak Primus berdiri.

"Iya Pak! mari Pak saya antar!" balas Nurul ramah.

Namun lagi-lagi dicegah oleh Pak Primus "Udah! gak perlu diantar segala! orang cuma di depan ini kok! Mbak lagi sakit gak usah banyak gerak dulu" ucap Pak Primus yang lagi-lagi bersikap seperti seseorang yang begitu baik dan perhatian.

Pak Primus pun kemudian berjalan kearah pintu depan dengan santai sambil tersenyum, dia sudah menjalankan rencana pertamanya yaitu sengaja meninggalkan smartphone miliknya di selipan sofa ruang tamu Nurul agar nanti dia bisa punya alasan untuk kembali. Sekarang dia tinggal berharap kalau Nurul akan memakan bubur yang dicampur obat perangsang pemberiannya itu dengan segera agar efeknya beraksi dengan cepat.

Dan sepeninggal Pak Primus, tanpa berpikir panjang Nurul pun kemudian langsung menyantap bubur pemberian majikannya tersebut dengan lahap. Sesuai perkataan Pak Primus, memang seporsi bubur ayam sepantasnya dinikmati dalam keadaan hangat agar makanan yang biasa dinikmati orang sakit tersebut, dapat menghangatkan tubuh si pemakannya juga.

Namun sesudah menyendok beberapa kali bubur tersebut kedalam mulutnya, Nurul pun langsung berkeringat kepanasan seperti orang yang sedang menyantap makanan yang pedas. Tubuhnya jadi terasa aneh dan nafasnya jadi mulai terengah-engah tidak karuan. Menandakan kalau obat perangsang yang sudah tercampur dalam bubur tersebut sudah mulai bereaksi menunjukan efeknya.

"Kok enak banget ya??!" Pikir Nurul dalam hatinya. Dia terus menyendok bubur tersebut sedikit demi sedikit tanpa sadar bahwa makanan itu memberikan efek kehangatan yang lebih daripada bubur biasanya. Dan hanya dalam beberapa menit kemudian, seluruh bubur yang mengisi kotak putih di depan Nurul itupun langsung ludes tak bersisa.

Nurul langsung bersender ke belakang sambil memegangi perutnya yang lumayan terasa kenyang. Nafasnya sudah sangat memburu hingga membuat dadanya terlihat naik turun tidak beraturan. Nurul lalu meraih ikatan cadar dibelakang kepalanya dan langsung mencopot benda yang sedari tadi menutupi wajahnya dan juga saluran pernafasannya tersebut.

"Uwaaahhh!! Adeeeemmmmmm!!" ucap Nurul merasa begitu lega.

Badan Nurul terasa sangat rileks dan enak saat sebuah desiran angin masuk melalui pintu depan rumah Nurul yang tadinya belum ditutup sepeninggal Pak Primus. Angin tersebut membelai tubuh Nurul saat tiba-tiba ia merasa dada bagian putingnya terasa amat sangat gatal. Awalnya Nurul berusaha menahan saja rasa itu, akan tetapi makin lama rasa gatalnya semakin meningkat tidak karuan, dan Bahkan saat ini dia mulai merasakan hal yang sama pada vaginanya. membuat Nurul mulai tidak nyaman dengan duduknya.

"Loh?? Mbak Nurul kenapa??" tiba-tiba Nurul dikejutkan dengan suara Pak Primus yang tampak sudah berdiri di depannya.

Nurul pun kemudian terduduk kembali mentap heran pada Pak Primus "Pak Primus?? bapak kenapa balik lagi??" tanya Nurul setengah sadar. Kepalanya sudah mulai terasa berputar-putar dan pandangannya lumayan mengabur.

"Ini Mbak Hp saya ketinggalan, saya liat pintunya tadi masih kebuka jadi saya masuk aja!" balas Pak Primus seperti tidak terjadi apa-apa.

Padahal di depannya saat ini Nurul sudah mulai menunjukkan gejala kegatalan yang amat sangat sehingga dia menjadi tidak tenang dalam duduknya. Nurul masih berusaha menahan tapi sudah hampir tidak kuat lagi, dia berusaha menggoyangkan badannya agar rasa gatal itu hilang bergesekan dengan bahan bra yang sedang membungkus gundukan payudaranya. dan Nurul pun mempererat silangan kakinya agak dapat menggesek daerah selangkangannya tersebut. Tapi rasa gatalnya tidak berkurang sama sekali, bahkan kini seluruh daging kenyal payudaranya mulai terasa ikut gatal juga.

“Ssssshhhhhhhhh...” Desis Nurul seperti ular. akhirnya dia menyerah dengan rasa gatal itu dan mulai mengelus-elus sedikit kedua ujung payudaranya dengan tangan sendiri dibalik jubah besar yang tengah di pakainya.

Saat dia mengelus daerah itu dengan pelan, terasa nyaman sekali karena gatalnya berkurang sedikit, tapi sulit untuk berhenti karena rasa gatal itu akan kembali jika dia melepaskan tangannya dari sana.

Nurul lagi-lagi mendesah "Enggghhhhhhhhmmm..." Sambil memejamkan matanya karena keenakan mengelus-elus bagian payudaranya sendiri.

Menyaksikan kalau targetnya sudah mulai lumpuh, Pak Primus pun tersenyum sambil dia berjalan santai dan bersiul-siul ke arah pintu depan. Ditutupnya pintu tersebut dan tak lupa memutar kuncinya agar nanti tak ada orang yang akan mengganggu dia menikmati tubuh akhwat cantik yang sedang dilanda kegatalan hebat ini.

"Mbak Nurul kenapa?? kegatelan ya??" tanya Pak Primus tersenyum.

Dalam keadaan setengah sadar, Nurul pun mengangguk “Uuuhh…sssshh..eeehhmm i..iya pak.. badaann.. sayaahhh. rasanyaaa.. gateell..” Lenguh Nurul di depan pria tua yang masih terlihat tersenyum.

"Wah! digarukin aja Mbak! jangan di tahan" saran Pak Primus mensugesti Nurul.

Dan perkataan dari pria tua itu pun tampak berhasil karena Nurul yang tadinya hanya mengelus-elus saja, sekarang mulai menggaruk meremas payudaranya itu makin cepat dan terang-terangan. Bahkan tangan kecilnya itu mulai menggaruk juga ke bagian pangkal pahanya dimana rasa gatal makin terasa meningkat. aliran darah terasa Nurul berdesir cepat karena sensasi menggaruknya itu selain menghilangkan rasa gatal juga membuat birahinya tergelitik dan muncul ke permukaan.

“Sssshhhh... sayaahh.. pper..permisihh.. sebentaarr... pak.. uuffh..” Desis Nurul sambil terus menggaruk payudaranya. Dia mau bangkit dari sofa tempat duduknya tersebut tapi rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya membuat dia hanya kembali terduduk lagi.

Sedetik Nurul melihat ke arah Pak Primus yang hanya menonton dengan pandangan penuh nafsu dan senyuman licik diwajahnya ketika menyaksikan Nurul mengelus-elus dirinya sendiri.

Nurul pun sedikit sadar apa yang tengah dia lakukan. Sebagai seorang akhwat, dia tidak boleh memberikan tontonan seperti ini kepada laki-laki. Nurul mencoba mengendalikan lagi hasratnya yang bangkit karena secara tidak sadar dia sedang memberikan tontonan gratis kepada pria tua itu tanpa dapat mencegah.

“Misiih Pakkhh.. sayaah.. mauhh.. ke.. kamarrr.. sebentarrrr” Kata Nurul mengusahakan dirinya untuk bangkit.

Pak Primus pun mengijinkan saja Nurul beranjak dari sana "Silahkan Mbak Nurul" ucapnya yang lagi-lagi tersenyum.

Karena akhirnya Nurul begitu tidak tahan dan tidak bisa mencegah lagi, Diapun langsung masuk ke dalam kamarnya dengan tergopoh-gopoh dan kemudian menutup pintu. Dengan sedikit serabutan dan cepat Nurul membuka kancing baju kurungnya dan meloloskan pakaian utamanya tersebut ke bawah hingga yang tersisa hanyalah Bra, Cd dan hijab lebarnya.

Namun Nurul masih merasa belum cukup karena kulitnya masih terhalang oleh kain lain. sehingga diapun memutuskan untuk mencopot BH dan CD nya sampai dia benar-benar dalam keadaan telanjang bulat. Hanya sebuah hijab lebar yang terpasang dikepalanya saja yang saat ini masih utuh di tempatnya.

Kini setelah buah dadanya telanjang, Nurul pun segera mengelus-elus dan meremas dengan cepat dua gunung indah itu terutama putingnya yang kini sudah mancung dan mengeras, kakinya bergerak blingsatan karena rasa gatal pada vaginanya juga makin menghebat.

"Permisiii" Ucap Pak Primus tiba-tiba membuka pintu kamar tersebut.

Nurul yang sedang berdiri itupun langsung menghamburkan dirinya keatas kasur dan menutup tubuhnya dengan sebuah selimut "Paaakkhh.. Paakkh.. Priimussshh.. ngapaaiin????" Ucapnya terengah-engah tidak karuan.

"Udah! Mbak Nurul terusin aja!" balas Pak Primus yang masuk seperti orang yang tidak melihat apa-apa. Dia kemudian menyiapkan alat-alat untuk merekam aksinya bersama Nurul nanti berupa sebuah kamera handycam dan sebuah tripod sebagai tempat meletakkan kamera tersebut.

Nurul merasa kaget tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, pikirannya kacau tidak tau apa yang harus dia lakukan sementara rasa gatal yang tengah melanda tubuhnya masih membuat badannya secara tak sadar bergerak-gerak sendiri mengelus-elus daerah sensitifnya.

"Duh! jangan ditutupin dong Mbak! gimana orang mau beli badan Mbak nanti kalau ditutup begini" protes Pak Primus yang kemudian menarik ujung selimut yang menutupi badan Nurul.

"Awwwhh.. jangan Pakhhh!!" kaget Nurul yang tubuhnya terkespos.

Pak Primus tersenyum puas ketika dia menyadari kalau di balik selimut tersebut, Nurul malah melakukan masturbasi dengan menggesek-gesek vaginanya dengan tangan sendiri. Efek obat perangsang yang diberikan oleh istrinya tersebut ternyata begitu ampuh di tubuh Nurul sehingga meskipun dalam keadaan yang shock dan kaget, dia tetap saja bermasturbasi seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Gatel banget ya Mbak??" goda Pak Primus berjalan menghidupkan kameranya.

Sementara Nurul memprotes pria tersebut sambil berkata "Paakkhhh!! jangaaaannnn... paaakkhhhh!!!!! jangaannh.. direkaaammm... umpppphhhh" Ucapnya memelas. Namun yang lucunya, Nurul masih saja tetap mencolok-colok vaginanya dengan begitu keras tanpa bisa menghentikan dirinya sendiri.

Pak Primus kembali tersenyum puas sambil merekam apa yang sedang terjadi di hadapannya sekarang. Nurul si Akhwat alim yang sudah menjadi target rencananya tersebut tengah mengutak-ati dan mencolok-colok Vaginanya sendiri dalam keadaan telanjang penuh nafsu. Tubuh perempuan itu terlihat mengkilat basah oleh keringatnya sendiri karena dia sedang dalam keadaan birahi yang begitu besar.

Diatas ranjang, Nurul terduduk menyandar sambil mengangkangkan kakinya dengan sangat lebar, mengekspos vagina ranum miliknya kehadapan Pak Primus dan juga kamera yang sedang merekam aksinya tersebut. Wajahnya begitu memerah penuh nafsu seperti udang yang sedang di rebus dan tubuhnya tidak tertutup apa-apa lagi selain sebuah jilbab besar yang tengah melekat dikepalanya dan menutupi sebagian payudaranya. Sedangkan tangan Nurul, tidak henti-hentinya bermain di daerah selangkangannya sendiri.

"Hmmmm.. baguss sayang!! teruss!! puaskan dirimuuuu" Ucap Pak Primus menyemangati Nurul yang tampak begitu bernafsu.

Dalam hatinya, Pak Primus bersorak sorai begitu senang karena sebentar lagi dia akan mencicipi tubuh Nurul yang begitu membangkitkan nafsunya. Namun dia berusaha menahan diri terlebih dahulu karena dia ingin merekam sebuah video introduksi Nurul untuk para Clientnya nanti. Agar ketika Pak Primus menjajakan dan menjual tubuh Nurul nanti, dia tidak perlu repot-repot memperkenalkan orangnya secara langsung.

Dan video ini juga akan menjadi senjata ampuh untuk mengancam Nurul jika dia tidak mau menuruti keinginan Pak Primus.

"Mau saya bantuin gak Mbak Nurul??" goda Pak Primus pada Nurul yang masih begitu asik dengan masturbasinya.

Karena tak mendapat jawaban, Pak Primus pun beranjak kedepan kamera "Kayaknya Akhwat lonte kita lagi nafsu berat" ucapnya di depan kamera tersebut seolah-olah sedang membuat Vlog.

"Oke! Baiklah! mari kita berkenalan dulu nih sama calon lonte kalian!" Kata Pak Primus kemudian mengambil handycam tersebut dan berjalan ke arah Nurul yang sedang Masturbasi.

"Namanya siapa cantiikk???" goda Pak Primus menzoom muka Nurul yang memerah menahan nafsunya yang tak kunjung mencapai puncak sedari tadi meski sudah melakukan masturbasi cukup lama. Di kamera, Nurul hanya diam dan terengah-engah tidak bisa menjawab.

"Kayaknya Lonte masa depan kita lagi gak bisa di wawancara" Ucap Pak Primus kembali meletakkan kamera di tripodnya.

"Tapi karena saya adalah penjual yang baik! saya akan mengenalkan langsung lonte terbaru kita ini" Ucapnya lagi.

"Nama, Nurul. Umur, sekitar 25an. Status, Istri orang. Kode, Akhwat Binal. keterangan lain, belum pernah punya anak!" terang Pak Primus di kamera menjelaskan ciri-ciri dan identitas Nurul.

"Rasa memeknya???" tanya Pak Primus bingung. "Mari kita coba!" semangatnya berbicara sendiri.

Pak Primus pun kemudian menarik Penis berkulup miliknya tersebut keluar dari resleting celana dan langsung naik ke atas ranjang. Nampak Penis besarnya tersebut sudah sangat menegang karena Pak Primus juga menahan nafsunya mati-matian daritadi.

"Baiklah! karena ini cuma testimoni. Saya akan celupkan sekali saja!!" ucap Pak Primus yakin.

Nurul yang menyadari bahaya sedang menghampirinya, langsung mencoba beranjak mundur sambil tangannya tetap melakukan masturbasi. Tak tau lagi apa yang harus dia perbuat saat ini karena dirinya juga sudah dilanda nafsu yang begitu besar. Bahkan matanya pun tampak berbinar memandangi Penis Pak Primus tersebut sehingga pikirannya menjadi semakin tidak waras.

"Mana Mbak memekmu kasih kesini!! biar kontolku yang garukin" Ucap Pak Primus menarik tubuh Nurul menjadi telentang.

Nurul yang sedari tadi sudah mengangkang itupun hanya bisa pasrah ketika Pak Primus mulai memposisikan penis miliknya di depan gerbang vagina Nurul yang sudah basah dan banjir oleh lendir vaginanya yang meluber-luber sampai keluar.

"Paakkhh.. jangaaannn.. hentiikkaaannn...." pinta Nurul memelas, tapi dia sama sekali tidak bisa mengatupkan selangkangannya yang siap di tembus oleh Penis berkulup majikannya tersebut.

Pak Primus merenggangkan kaki indah Nurul sambil sesekali mencium bagian betisnya. Nampak kalau dia sudah tidak sabar lagi mencicipi vagina Nurul yang sudah terpampang menantang dihadapannya seolah-olah sedang memanggil. Tubuh Nurul kian bergetar ketika sebuah jilatan lidah Pak Primus hinggap dibetisnya, bagaikan arus aliran listrik yang menggelitik kepekaan simpul syarafnya, memek Nurul semakin nampak merah merekah dengan cairan bening yang kembali meleleh keluar dari vagina itu karena sudah daritadi merasa terangsang.

"Hehehe. baca bismill*h ya Mbak!" ledek Pak Primus ketika ujung kepala Penisnya mulai menyeruak masuk vagina Nurul.

Sontak Nurul pun dalam hatinya mengucap kata bismill*h tanpa sadar untuk mempersiapkan dirinya "Uggghhhhhhh.. Pakkk... besarrnyaaa... pelaaannn... aaakkuuu... sakittt" lenguh Nurul tiba-tiba ketika benda asing milik laki-laki lain itu mulai menyeruak masuk dalam vaginanya yang mungil dan tak pernah dimasuki benda sebesar Penis pak primus yang berukuran panjang 19 cm dan lebar 4,5 cm itu.

"Tahan Mbak Nurul!! sakitnya cuma sebentar kok!! Mbak rileks aja!! pasrahin memek Mbak buat saya" Ucap Pak Primus kembali memberi sugesti pada Nurul.
kata kata itu seakan menghipnotis jiwa Nurul yang akhirnya mulai tenang dan rileks saat batang besar panjang Pak Primus semakin masuk kedalam liang vagina Nurul yang sempit itu, Rasa gatal yang daritadi bersarang dalam vagina Nurul, tiba-tiba saja langsung berkurang dan berganti dengan rasa nikmat yang begitu memabukkannya.

"Demi tuhan ini memek sempit bangett!!!" Racau Pak Primus saat merasakan jepitan vagina Nurul yang begitu kuat membetot batang kelaminnya. Entah itu adalah efek dari obat perangsang atau pun memang kelebihan alami vagina Nurul, yang jelas vaginanya tersebut sangat sulit di tembus oleh Penis besar Pak Primus.

Tubuh Nurul pun menggeletar ketika menerima hangatnya kejantanan Pak Primus dalam liang vaginanya yang selama ini tak pernah merasakan benda sebesar itu masuk ke dalamnya. Meski Nurul sudah sering melakukan hubungan seks dengan Haris suaminya, akan tetapi vagina nya masih sangat sempit karena faktor kecilnya Penis Haris.

Namun sekarang vagina itu serasa sesak seakan hendak pecah, dan rasa kenikmatan pun mulai menderanya ketika Pak Primus dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa adalah kepala penis berkulupnya yang masih menempel dibibir vagina Nurul, lalu dengan pelan disorongkan masuk kembali kedalam vagina Nurul hingga membuat biji mata Nurul terbeliak keatas menerima kenikmatan yang begitu luar biasa.

"Gila aja kayak main sama perawan" Ucap Pak Primus yang berusaha mendorong Penisnya, namun terhalang oleh dinding vagina Nurul sendiri. Rencana yang tadi dari awalnya cuma mau testimoni dan sekali celup saja, sekarang sudah dilupakan oleh Pak Primus karena dia lebih terfokus untuk membuat Penisnya bisa masuk secara utuh.

Sedangkan Nurul yang merasa rasa gatal di vaginanya menghilang, tampak menikmati benda tumpul tersebut perlahan mengisi rongga kewanitaannya. membuat sukma Nurul serasa terbang keawang awang saking menikmatinya. Bahkan secara reflek, Nurul pun menggerakkan pinggulnya maju untuk mencoba menyambut Penis majikannya itu.

Namun saat batang penis itu baru berhasil masuk setengah saja, Pak Primus langsung berhenti ketika dia mendengar pintu depan rumah Nurul diketuk oleh seseorang dengan lumayan keras.

TOK!!! TOOKK!! TOOOKK!!!

"Mbak Nuruuuuullll!!! Permisiii!!!!!" teriak seseorang dari luar sana.

“Siapa sih?” keluh Pak Primus gusar, “ngganggu momen penting saja!!!” lanjutnya begitu kesal.

Pak Primus berpikir sejenak antara membiarkan saja orang yang ada diluar dan melanjutkan penetrasinya. Atau mengatasi dulu masalah orang tersebut. Karena kalau terlalu lama dia diam dan tak menjawab, orang di luar pasti merasa curiga. Apalagi ada sebuah mobil terparkir dihalaman rumah Nurul, yang menandakan kalau sebenarnya ada orang di rumah.

"Mbaaakk!! Mbaakk Nurull!!!" teriak orang tersebut kembali.

Karena begitu kesalnya, Pak Primus pun menarik penisnya tersebut dari Vagina Nurul. Namun belum sempat penis itu tercabut semua, tanpa sadar Nurul melingkarkan kakinya ke pinggul Pak Primus dan menahan pria tua itu mencabut penisnya.

"Hahahaha.. Mbak Nurul udah pengen banget ya???" tanya Pak Primus tersenyum penuh kemenangan.

Tapi dia tidak punya waktu untuk bermain-main dengan Nurul saat ini sebab ada orang yang menunggu di depan. Karena dikejar waktu dan rasa isengnya, Pak Primus pun kemudian tersenyum licik dan memposisikan penis miliknya dengan benar di vagina Nurul. lalu tanpa aba-aba sama sekali, dia langsung menghantamkan penisnya tersebut dengan keras ke dalam vagina Nurul hingga masuk secara utuh.

"Ouuuaaaagggghhhhhhhhhhhhh.." lenguh Nurul seperti seekor banteng yang terluka.

Tubuhnya langsung bergetar hebat dan mengejang-ngejang menandakan kalau dia telah meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang baru pertama kali ditemuinya dalam seumur hidup walaupun sudah 6 tahun dia telah menjalani pernikahan dengan Haris, namun belum pernah sekalipun Nurul mendapatkan apa yang di sebut dengan orgasme ini.

Saking dahsyatnya orgasme tersebut, mata Nurul sampai terbelalak kebelakang dan memperlihatkan bagian putihnya sebentar, mulut Nurul bahkan menganga dengan lebarnya saat dia juga menengadahkan kepala yang terbungkus hijab lebar itu.

Di dalam pikirannya, Nurul merasa melayang-layang dan merasakan suatu hal yang sangat indah. Hatinya juga merasakan suatu rasa puas yang tak bisa dia gambarkan dan membuat dia seolah-olah berada disebuah tempat yang dipenuhi oleh bunga-bunga. Nurul merasa kalau dirinya telah tertipu oleh Haris selama ini karena dia tidak pernah sama sekali memberikan kenikmatan sehebat ini.

Tanpa Nurul sadari dia tersenyum kepada Pak Primus dengan begitu tulus. Dan Pak Primus pun membalas senyuman Nurul dengan meledeknya "Enak kan Mbak?? itu tadi namanya orgasme. Kalau Mbak bersedia jadi lonte, nanti Mbak bisa rasain yang seperti ini tiap hari " Ucapnya begitu senang karena mampu membuat wanita akhwat tersebut bisa orgasme hanya dalam satu kali tusukan saja.

Tapi kesenangannya langsung pudar saat dia kembali mendengar suara orang di depan sana. Bahkan suaranya semakin keras terlihat semakin tidak sabar.

"TOOK!!!! TOOOK!! MBAK NURULL!!! MBAK NURUL DIRUMAH KAN!!!!" teriak orang tersebut.

Mau tak mau Pak Primus pun akhirnya mencabut penisnya dari dalam vagina Nurul dan merapikan pakaiannya kembali. Daripada orang diluar sana berpikiran yang tidak-tidak lalu mendobrak masuk, lebih baik dia menemuinya dulu dengan rencana memberitahu kalau Nurul sedang keluar sebentar. Pak Primus berjalan menggerutu keluar kamar dengan langkah yang kesal karena sudah diganggu diwaktu yang begitu salah.

Namun ketika dia membuka pintu depan tersebut, dirinya kaget bukan kepalang melihat siapa sosok yang sedang berdiri di depannya itu, dan orang yang ada di pintu itupun juga tak kalah kaget bukan main mendapati kalau Pak Primuslah yang membuka pintu.

"SUKANIIII???????!!!" Teriak Pak Primus sangat kaget.

Sedangkan Pak Sukani pun terbelalak "PRIIMUUSSS??? KAUUUUUU???????" ucapnya langsung menerjang masuk ke dalam rumah Nurul seakan dia sudah paham apa yang sedang dikerjakan oleh Pak Primus.

Disana, Pak Sukani pun melihat tubuh Nurul yang terbaring telanjang dan pasrah diatas kasur "Pakkkhh... tolooonggg.. sayaahhhh!!!" Ucap Nurul yang menyadari kedatangan Pak Sukani dan berusaha meminta tolong. Tampaknya orgasme tadi sudah mulai membuatnya sedikit sadar kalau dia tengah di perkosa oleh Pak Primus.

"Kau benar-benar akan mati hari ini Primus!!" tatap Pak Sukani mulai tersenyum saking marahnya

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Akhwat Yang Ternoda - Part 11"

Post a Comment