Dibalik kaca jendela
mobil taksi yang di tumpanginya, Pak Sukani tidak henti-henti tersenyum menatap
jalanan yang dibasahi oleh air hujan yang lumayan lebat itu. Setelah beberapa
jam dia mendarat di bandara tadi, hati Pak Sukani begitu cerah dan bersuka ria
menyambut bahwa sebentar lagi dia akan memulai rencananya untuk dapat menikmati
tubuh indah milik akhwat seperti Nurul dan membuat istri Haris tersebut
bertekuk lutut dihadapannya.
Sesuai kesepakatan dengan
Haris, Pak Sukani hanya punya waktu 2 minggu untuk melancarkan aksinya dalam
menggoda Nurul. Jika dia gagal membuat Nurul takluk dalam jangka waktu
tersebut, maka Pak Sukani dengan senang hati akan membiayai seluruh proses
pembuatan bayi tabung untuk membantu Haris dan Nurul punya anak. Namun jika Pak
Sukani berhasil, justru Haris lah yang harus menerima dengan lapang dada kalau
Nurul harus hamil di tangan Pak Sukani.
Kesepakatan gila tersebut
disetujui oleh Haris sendiri karena dia amat sangat yakin dan percaya kalau
Nurul tidak akan tergoda ataupun mau dengan Pak Sukani. Mengingat istrinya
tersebut adalah seorang perempuan akhwat alim dan seorang istri setia, maka
Haris yakin kalau pertaruhan ini akan dia menangkan. Belum lagi dengan hadiah
pembuatan bayi tabung yang ditawarkan oleh Pak Sukani lumayan memancing hasrat
Haris untuk menyetujuinya. Haris beranggapan kalau dia sudah menembek dua burung
dengan satu peluru sekaligus.
Disisi lain, Pak Sukani
memang terlihat sedikit tidak di untungkan dalam pertaruhan ini, belum lagi
mengingat biaya pembuatan bayi tabung yang mungkin membuat kantong sebagian
orang bisa mengering. Tapi dari awal, Pak Sukani sudah tidak berniat bertarung
secara adil dan sehat dengan Haris, apalagi tidak ada syarat lain yang mengikat
dirinya dalam hal bagaimana cara dia menaklukan Nurul. Dia bisa saja merayu,
memelet, memperkosa ataupun memakai obat perangsang untuk menaklukkan Nurul.
Hal yang paling penting dilupakan oleh Haris dalam kesepakatan gila ini.
Tapi bukan Sukani namanya
jika dia akan menggunakan cara kotor seperti itu untuk menaklukan seorang
wanita, walaupun memang dia sudah menyiapkan beberapa rencana cadangan dalam
"Perburuan" tersebut, tapi dia cukup yakin dengan skill dan kemampuan
merayunya yang memang sudah memakan banyak korban sebelumnya. Namun mengingat
Nurul agak berbeda dari perempuan-perempuan yang dulu pernah ditaklukkannya,
Pak Sukani pun berpikir tidak ada salahnya untuk menyiapkan beberapa rencana
cadangan agar dia tidak merugi sama sekali.
Sampai di rumah, Pak
Sukani pun disambut oleh muka masam istrinya yang memang tidak pernah menyukai
Pak Sukani dari awal. Mereka yang sudah berumah tangga lebih dari 8 tahun dan
mempunyai 1 orang anak tersebut, tidak lebih dari sekedar pernikahan yang
dibuat atas kesepakatan oleh Pak Sukani dengan orang tua istrinya itu untuk
melunasi hutang.
"Kok cepet
pulangnya??" tanya Leni, Nama dari istri Pak Sukani yang sebenarnya adalah
istri keduanya. Sedangkan Istri Pak Sukani yang pertama sudah bercerai
dengannya beberapa tahun silam.
"Kenapa?? gak suka
aku di rumah??" ledek Pak Sukani.
Leni tersenyum
"Kalau sudah tau, kenapa harus nanya??"
"kau tau kalau aku
gak bisa ninggalin istri cantikku ini sendirian di rumah, bisa-bisa ada
berandalan kurang ajar yang menikmati tubuh seksinya ini " Ucap Pak Sukani
mendekati istrinya. Sedangkan Leni terlihat muak dengan perkataan Pak Sukani
yang selalu saja berpura-pura dan bermain-main dengannya sesuka hati.
"Lepasin!!"
teriak Leni pada Pak Sukani yang mencoba memeluk tubuhnya.
Pak Sukani tersenyum
berbisik "Kau yakin mau menolak aku di depan anak kita??" ancam Pak
Sukani memberi gestur ke arah belakang Leni.
Dari sana, Radit si putra
semata wayangnya berlari menuju ke arahnya "Papahh??? papah udah
pulang???" teriak bocah yang masih berumur 7 tahun tersebut.
"Iya papah udah
pulang. kamu baik-baik saja kan??" tanya Pak Sukani pada anaknya.
"Aku baik Pah! Papah
bawa oleh-oleh gak??" tanya Radit bersemangat menatap barang bawaan
ayahnya.
Pak Sukani mengangguk
"Ohh bawa dong! papa bawa mobil-mobilan baru buat kamu" Tunjuk Pak
Sukani membuka hadiahnya.
"Oh iya Pah! kemarin
Om Daniel main kesini loh!" Ucap Radit begitu tiba-tiba.
Membuat guratan wajah Pak
Sukani menjadi berubah geram menatap ke arah Leni "Oh ya?? memangnya dia
ngapain disini??" tanya Pak Sukani tak melepas pandangan dari istrinya
yang sudah mulai agak panik.
"Katanya dia main
dokter-dokteran sama mamah didalam kamar" balas Radit begitu polosnya.
Leni yang daritadi diam,
kemudian membuka suaranya "Ini cuma salah paham Pa!" ucapnya memelas
ke arah Pak Sukani yang sudah menggertakan giginya menahan emosi. Ternyata Leni
masih saja berhubungan dengan pria yang juga sekaligus mantan pacarnya itu.
"Yasudah! anak papa
main di kamar gih. Papa mau ngomong sesuatu sama Mama" senyum Pak Sukani
begitu lebar. Tapi tentu saja itu adalah sebuah senyuman palsu.
"Pah!! Pliss"
Ucap Leni yang sudah mulai tau apa yang akan diperbuat oleh suaminya tersebut.
Pak Sukani kemudian
menarik lengan istrinya tersebut "Ikut aku!!" perintahnya begitu
marah.
Kemudian Leni pun di
tarik paksa oleh Pak Sukani ke dalam kamar yang berada dilantai atas dan
langsung menghempaskan tubuh mungil istrinya tersebut diatas ranjang. Tak lupa
dia juga mengunci pintu kamar agar tidak ada yang mengganggunya selama dia
menginterogasi istrinya itu.
"Jadi, kamu masih
belum bisa berhenti" Ucap Pak Sukani membuka ikat pinggang yang mengikat
celananya.
Sementara Leni sudah
menggigil ketakutan karena tau apa yang akan diperbuat oleh suaminya tersebut
"Pah! Aku mohon" ucapnya begitu memelas.
"Diam kau!!"
Ancam Pak Sukani mulai mengikat tangan istrinya dengan ikat pinggang.
Tubuh telentang Leni pun
kemudian ditindih oleh Pak Sukani yang terlihat penuh nafsu dan amarah
tersebut. Dengan beringas Pak Sukani kemudian mencium wajah cantik dan manis
milik Leni, Nampak Pak Sukani seperti anjing kelaparan menyosor-nyosor wajah
cantik istrinya itu.
”Ahh…” Leni hanya bisa
menjerit dalam hati karena mulutnya telah dikunci dengan ciuman liar. Pak
Sukani sudah berubah menjadi binatang buas yang siap menerkam korbannya.
Pak Sukani kembali
menarik wajahnya. Tangannya menyibakkan rambut halus yang ada pada tengkuk
istrinya tersebut yang terlihat begitu putih dan bersih. Bibir berkumis tipis
miliknya itu kemudian mendarat pada tengkuk Leni. dan membuat Bulu romanya
segera berdiri karena kegelian.
Tangan Pak Sukani tak
tinggal diam dan berusaha menjangkau dada istrinya. Leni sempat menolak dan
mencoba berbalik untuk segera menghindar. Namun Pak Sukani tak melepaskannya.
Sebelah tangannya segera menahan punggung Istrinya tersebut. Sementara yang
sebelah lagi mulai menjalar pada dada yang terbungkus daster warna biru yg
dipakai oleh Leni.
“Tetekmu semakin hari
semakin besar sayang! apa karena keseringan dijamah sama si Daniel itu??”
kata-kata kotor sekaligus memuji keindahan tubuh Leni keluar dari mulut Pak
Sukani ketika dia berhasil menurunkan tali daster istrinya. Kini payudara milik
Leni hanya tinggal terbungkus oleh BH nya. Namun karena sakit hati, Leni pun
tak menjawab sama sekali perkataan suaminya tersebut.
Tubuh Leni bergerak-gerak
tidak karuan, kadang ia melenting, atau bergerak ke kanan dan kekiri mencoba
menghindar dari jamahan suaminya yang begitu kasar. Terasa olehnya kemudian,
tangan Pak Sukani memaksa menarik paksa celana dalamnya kebawah usai dia
menyingkap daster pendek yang digunakan oleh Leni.
“Hmmphhh..
paahh..sttoopp... hemmpphh..” Protes Leni yang tak dihiraukan oleh Pak Sukani.
Leni tersentak kaget saat
dengan kasar Pak Sukani menusuk liang vaginanya yang masih benar-benar kering
tersebut dengan dua jarinya. Leni tak kuasa menahan sakit karena jari-jari Pak
Sukani terbilang besar dan bertekstur kasar.
"Masih kering???!!
kau benar-bena berniat untuk tidak melayaniku??? hahh????" Gertak Pak
Sukani yang kemudian langsung mengocok vagina Leni dengan kasar.
Tentu saja Leni merasa
kesakitan. Dia berusaha menghindar dan meronta tapi tak bisa melepaskan diri
dari Pak Sukani karena tangannya terikat dan tubuhnya tertindih oleh badan
suaminya tersebut. Dan penolakan dari Leni justru malah membuat Pak Sukani
makin beringas padanya. Ciumannya makin menjadi-jadi serta kocokan jarinya divagina
Leni makin kencang, membuat tubuh Leni bergerak-gerak berusaha membebaskan
diri.
"Pahhh!! brentiihh!!
akuu mohonn!!! sakittt!!!" pinta Leni mengiba yang sama sekali terlihat
tidak berdaya ditangan Pak Sukani.
Namun dalam
ketidakberdayaannya tersebut dia tetap berusaha mencoba menghentikan perbuatan
kasar suaminya "Aaakkuuhh... akkkuuhh.. akan layannninhh papaahhh!!"
lanjutnya berbicara dan mencoba bernegoisasi.
"Oh ya???" Pak
Sukani tersenyum puas melihat istrinya Leni lagi-lagi menyerah karena perbuatannya.
Dia langsung menghentikan kocokan paksanya di vagina Leni yang mana membuat
Leni hampir saja menangis karena kesakitan.
Pak Sukani sebenarnya tak
berniat untuk menyakiti Leni sama sekali. Jauh di lubuk hatinya dia justru
begitu mencintai istrinya tersebut meski memang tak pernah mendapat balasan
dari Leni sendiri. Akan tetapi dia tidak ingin merasa seperti suami lemah
dihadapan Leni yang terus-terusan menguji kesabarannya dengan berselingkuh
bersama mantan pacarnya dulu yang bernama Daniel itu.
Leni seakan tau kalau Pak
Sukani benar-benar merasa cemburu jika dia berselingkuh dengan Daniel, dan itu
dimanfaatkannya untuk membalas dendam atas semua rasa sakit yang dari dulu Pak
Sukani berikan padanya. Leni yang sama sekali tidak sudi menikah dengan Pak
Sukani, justru malah tak punya pilihan lain demi kedua orang tuanya yang
berhutang banyak pada Pak Sukani. Dan dia pun mengorbankan Daniel cinta
sejatinya.
"Kau bilang mau
melayaniku?? kenapa malah bengong saja??" sindir Pak Sukani yang melihat
istrinya hanya diam saja setelah dia melepaskan ikatan ikat pinggangnya di
tangan Leni.
"Maaf Pah!"
ucap Leni kagok dan segera buru-buru mengambil posisi. Dia tidak mau kalau Pak
Sukani berubah pikiran lalu kembali berbuat kasar padanya.
Leni segera merubah raut
wajahnya yang tadi masam, menjadi wajah istri yang begitu senang melayani
suaminya "Papah baringan aja! biar Mamah yang kerja" balasnya manja
dengan terpaksa.
Dalam hati, Pak Sukani
sedikit meringis melihat istrinya tersebut berusaha berpura-pura manja dan
bersikap mesra terhadapnya hanya karena dia takut dikasari seperti tadi. Pak
Sukani heran karena sudah lebih dari 8 tahun dia menikahi Leni, namun tak pernah
sekalipun dia mampu menaklukkan istrinya tersebut. Leni terus-terusan
menolaknya meskipun dia sudah mencoba bersikap lemah lembut sekalipun. Hingga
akhirnya Pak Sukani pun memutuskan harus berbuat kasar terlebih dahulu setiap
kali dia ingin dilayani oleh istrinya itu sendiri.
"Aku buka yah
pah!" Ijin Leni pada Pak Sukani untuk membuka celana jeans yang sedang di
pakainya.
Sebelum Pak Sukani sempat
menjawab, Leni sudah mengarahkan tangan mungilnya tersebut ke selangkangan Pak
Sukani dan dengan terampil membuka resletingnya. Tanpa kesulitan, Leni
mengeluarkan batang kemaluan suaminya itu dan menaruhnya dalam genggaman.
Tampak Penis besar milik Pak Sukani belum menegang seutuhnya, dan harus Leni
akui juga, Penis milik suaminya itu lebih besar dibandingkan dengan Daniel
selingkuhannya.
"Kau pasti
berpikiran kalau kontol ku lebih besar dari si Daniel itu bukan???" Tanya
Pak Sukani yang seperti menebak jalan pikiran Leni sendiri.
Memang ini bukan pertama
kalinya Leni melihat kemaluan suaminya tersebut, namun setiap kali dia menatap
penis besar itu, tak dapat dipungkiri bahwa benda itu membuat darah Leni juga
berdesir dan nafsunya timbul.
Sedetik kemudian, Leni
sudah dalam posisi siap menerkam. Lalu, ”Slruupp..” dengan lembutnya Leni
melahap batang Pak Sukani ke dalam mulutnya.
”Ouoohhh...
Mantaapphh!!!” sekarang gantian Pak Sukani yang menjerit pelan, namun bukan
karena kesakitan. betapa ia merasakan kehangatan dan kelembutan mulut istrinya
ini pada batang penisnya.
Leni menjilati penis Pak
Sukani perlahan dari pucuk kepala terus menelusur ke bawah, sampai mendekati
kedua bola pada pangkal kemaluannya. Setelah menyapu perlahan, mulutnya dengan
terampil mulai mengenyoti buah zakar itu dengan lembut, bergantian kiri dan
kanan, sementara tangannya tetap mengurut dan meremas-remas batangnya yang
terasa semakin menegang.
”Ya Sayang… mppphhh..
enak!!! semakiinn hari hisapanmu semakin bagus seperti pelacurrr” tanpa sadar
keluar kata ejekan dan rintihan nikmat dari mulut Pak Sukani yang menggelinjang
keenakan oleh oral yang dilakukan istrinya.
Sementara Leni mencoba
fokus memberikan servis terbaiknya agar suami yang dikenalnya cukup kuat dalam
berhubungan seks tersebut, dapat ejakulasi dengan cepat sehingga penderitaannya
segera selesai. Tak sesenti pun kejantanan Pak Sukani yang tak tersapu oleh
lidahnya yang mahir itu. Leni juga mengemut-ngemut kantong pelir Pak Sukani
dengan gemasnya sehingga kenikmatan yang diberikan oleh Leni pada suaminya itu
jadi sangat total dan berlipat ganda.
”Ehhmm…
mplookk...mpplookk..kclookkk” sayu-sayu terdengar juga bunyi mulut Leni yang
semakin ganas mengenyot batang kemaluan Pak Sukani yang hanya bisa masuk
seperempatnya saja di dalam mulut mungilnya..
Sekiranya ada sekitar 10
menitan Penis Pak Sukani berada di dalam mulut Leni dan jadi bulan-bulanannya.
Penis besar dan berurat miliknya tersebut tampak sudah sangat mengkilat dan
basah oleh air liur Leni yang banyak sekali.
”Aku goyang yah Pah!”
pinta Leni sambil langsung memposisikan tubuhnya naik ke pangkuan Pak Sukani
dan mengarahkan batang kemaluan yang masih berada dalam genggamannya itu ke
liang vaginanya yang sudah lumayan basah. Leni tak ingin berlama-lama
memberikan servis mulutnya pada Penis Pak Sukani karena dia melatih skillnya
tersebut untuk bukan untuk Pak Sukani, tapi untuk memuaskan Daniel
selingkuhannya.
”Ahh… nanti dulu
sayangg!” Pak Sukani berusaha untuk menahan, ingin hisapan itu berlangsung
lebih lama lagi.
Namun bukannya menjawab,
Leni malah terus membimbing batang rudal Pak Sukani dan menancapkan ujungnya di
belahan lubang vaginanya yang sudah merekah lebar. Penis suaminya itu ia
gesek-gesekkan terlebih dahulu di bibir vaginanya, sesekali dibiarkannya
membelah gemas bibir kemaluannya tersebut lalu ditariknya keluar lagi. Berapa
kalipun Leni melewati ini, rasanya dia masih gugup dalam melakukan proses
penetrasi karena ukuran Penis Pak Sukani terbilang sangat besar.
Dengan posisi jongkok,
Leni memejamkan matanya dan perlahan menurunkan badannya hingga batang penis
Pak Sukani itu mulai menerobos masuk saat Leni mulai mendudukinya
perlahan-lahan.
"Ouugghhhh"
lenguh Leni yang merasakan benda tumpul tersebut memenuhi rongga kewanitaannya
sedikit demi sedikit.
Pak Sukani tersenyum puas
melihat ekspresi istrinya itu. Apalagi dibawah sana, Pak Sukani sudah merasakan
kalau liang kemaluan istrinya berkedut-kedut dan sudah basah oleh cairan
kewanitaannya, yang menandakan kalau Leni sudah dalam keadaan nafsu birahi yang
cukup tinggi meski awalnya dipaksa cukup keras.
”Aduhhh... sejakk kapan
kau belajar binal beginiii??” rintih Pak Sukani saat merasakan denyutan lembut
dengan irama teratur di liang kemaluan Leni yang seperti meremas dan
menggigit-gigit sekujur batang kemaluannya. Seumur-umur dalam pernikahannya
dengan Leni, baru kalu ini dia merasakan servis yang begitu memanjakan dari
istrinya tersebut.
Leni hanya tersenyum
sedikit sambil terus menggerakkan pinggulnya naik turun. Dalam pikirannya dia
harus segera menuntaskan hasrat suaminya tersebut sebelum dia sendiri yang
menyerah terlebih dahulu karena perbuatannya sendiri. Harus diakuinya kalau
Penis besar suaminya itu sangat membuat nafsunya bangkit dan menggila.
Dinding-dinding vaginanya seakan-akan seperti digaruk dari rasa kegatalan yang amat
sangat menyiksanya juga.
"Pantes saja si
Daniel itu tak mau meninggalkanmuu sayangg!! oohhhh.. kauu begitu pintarrr
sekaraanggg!!" Puji Pak Sukani sambil Penis besar itu juga terus keluar
masuk dalam dekapan bibir liang kemaluan istrinya.
Tak lupa Pak Sukani
terus-terusan menyebut nama Daniel karena dia merasa cemburu dan horny disaat
yang sama ketika membayangkan kalau servis nikmat vagina istrinya ini juga ikut
dirasakan oleh Daniel. Bahkan secara suka rela dan penuh cinta dari Leni.
Pak Sukani sendiri
membantu dengan menggerakkan pinggulnya seirama tubuh sang istri. Sementara di
pusat kenikmatan mereka, terdengar kecipak-kecipak cairan yang keluar dari
kemaluan Leni yang mengguyur dan membasahi batang penis Pak Sukani yang begitu
luar biasa besar.
"Mppphhh...
Papaahh.. beluumm mauu keluaaarrr???!!" tanya Leni dalam lenguhannya. Dia
tidak menyangka suaminya masih bertahan sementara dia sudah mulai merasakan
denyut-denyut vaginanya akan berkontraksi karena mendekati puncaknya.
Pak Sukani tersenyum,
nampak sekali istrinya tersebut mencoba membuat Pak Sukani menyerah duluan.
Namun Pak Sukanipun mencoba sekuat tenaganya untuk bisa bertahan agar
kenikmatan yang jarang-jarang dia dapatkan dari istrinya tersebut bisa bertahan
lama. Meski memang dia juga sudah merasakan kalau dia akan berejakulasi
sebentar lagi.
”Pelan-pelan, Sayang!!.
Bisa patah punyaku kalau seperti ini!” sela Pak Sukani mencoba mengalihkan
perhatiannya dari goyangan luar biasa Leni sambil meremas-remas gundukan
payudaranya kuat-kuat.
Tapi seperti kesetanan,
Leni tidak menghiraukannya. Puncak kenikmatan itu sudah semakin jelas terbayang
seraya bongkahan pantat semoknya itu terus bergoyang liar mempermainkan batang
penis suaminya tersebut yang terasa tertancap begitu dalam.
”Uuuuhhh... Paahhhh!!!,
Akkuuhh... kayaakkknyaa!” bisik Leni dengan mata merem melek menikmati hujaman
penis Pak Sukani di liang senggamanya.
Mengerti bahwa istrinya
tersebut akan mencapai puncaknya, Pak Sukani pun dengan gerakan cepat langsung
membalik posisi mereka yang dari awal berada dengan posisi women on top,
menjadi posisi misionaris yang normal tanpa melepaskan Penis besarnya dari
vagina Leni.
"Ouugghh.. Kau
begitu jalang sayanggg! munaafiikkk sekaliii" Hina Pak Sukani yang melihat
istrinya sedari awal bersikap penuh penolakan tersebut namun ujung-ujungnya
malah merasa nikmat.
Pak Sukani segera
mempercepat gerakannya memompa vagina Leni. Terasa olehnya lelehan lendir yang
keluar dari liang kemaluan Leni semakin banyak di antara bibir dan batang
penisnya.
”Hehehehehe. apa kau
sudah mau keluarr sayaanggg??!! jangan diam-diam sajaaa!!” Ucap Pak Sukani
penuh kemenangan.
"Iyaahh paaahh!!
akuuuh!! sedikittttt lagiii!!" jerit Leni semakin kuat. Membuat Pak Sukani
pun semakin bersemangat menggenjot vagina miliknya.
Dalam posisi seperti ini,
terasa sekali milik Pak Sukani seperti menyentuh hingga ke mulut rahimnya.
Setiap hujaman yang Pak Sukani berikan, maka erangan Leni yang tertahan
terdengar semakin mengeras.
"Akkuuu keluarrr!!
akkkuu keluarrr!! Aaaaaaarrggghhhhhhhhhh" teriak Leni begitu hebat saat
gelombang nikmat itu menghantam tubuhnya.
Leni melenting-lenting
dalam pelukan Pak Sukani dan melonglong seperti seekor singa betina yang sedang
dalam kesakitan. Otot-otot vaginanya berkontraksi begitu hebat memeras dan
memelintir Penis Pak Sukani yang sedang keluar masuk menusuk.
Sampai akhirnya,
denyut-denyut nikmat yang ikut dirasakan oleh Pak Sukani tersebut kian terasa
semakin menghebat. Bagaimanapun Pak Sukani berusaha untuk menahannya, rasa itu
tetap semakin menjadi-jadi karena jepitan vagina istrinya yang begitu hebat.
”Ohh.. Sayang... aku
keluar.. arghhhh” tak sampai beberapa detik setelah istrinya Orgasme, batang
kemaluan Pak Sukani pun akhirnya meledak mengeluarkan semua isinya. Benda itu
berdenyut-denyut keras di dalam liang vagina Leni, dan menembakkan
bermiliar-miliar sel sperma yang akan memenuhi rahim milik istrinya tersebut,
memenuhi dengan cairan sperma yang begitu hangat dan kental.
Baik Pak Sukani maupun
Leni istrinya kemudian hanya terdiam terengah-engah dengan tubuh yang basah dan
mengkilat oleh keringat setelah persetubuhan hebat mereka. Keduanya berusaha
menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk memenuhi rongga paru-paru mereka yang
daritadi berkerja keras dalam memompa udara untuk memberikan mereka kekuatan.
Leni sendiri mengutuk
diri sendiri atas ketidakmampuannya bertahan dalam menghadapi serangan syahwat
dari suaminya. Sedangkan Pak Sukani merasa sangat puas dengan apa yang sudah
istrinya itu berikan hari ini.
"Huuhhhh.. Kau tau??
aku sepertinya ingin membuat sebuah kesepakatan denganmu" Ucap Pak Sukani
membuka pembicaraan.
Leni mengernyit heran
karena suaminya tersebut kini menawarkan sesuatu yang selama ini tengah dia
nanti-nanti, yaitu sebuah rencana kesepakatan yang sudah menjadi ciri dari Pak
Sukani dalam menginginkan sesuatu.
"Kesepakatan macam
apa??" tanya Leni membalik badannya menatap Pak Sukani.
"Kau pasti mengenal
Nurul bukan??" tanya balik Pak Sukani.
Sejenak Leni berpikir
tentang orang yang bernama Nurul "Maksud papa Nurul istrinya Mas
Haris??"
"Ya. kau benar! Aku
ingin kau membantu ku untuk mendapatkannya" senyum bejat Pak Sukani pada
Leni.
"Astaga, Papa
berniat untuk mendapatkan Nurul??? Jangan Pa!! Nurul untuk seorang Akhwat dan
perempuan baik-baik" protes Leni tidak menyangka kalau suaminya ternyata
menargetkan perempuan baik-baik seperti Nurul untuk ditidurinya.
"Sudah! Aku tidak
butuh simpati bodohmu!" kesal Pak Sukani kemudian. Lalu dia melanjutkan
"Kalau kau bisa membantuku mendapatkan dia, aku akan biarkan kau
berhubungan dengan Daniel brengsek itu semaumu, Bahkan kalau kau mau, aku bisa
menceraikanmu!"
"JEDAAAAAR!!!!!!!!!!"
seperti sebuah petir di siang bolong, Leni pun begitu kaget dengan apa yang
akan ditawarkan oleh suaminya tersebut. Sebuah kesempatan besar yang telah di
tunggu-tunggunya untuk lepas dari belenggu sang Suami.
=======================================================
Sementara itu di rumah
Nurul.
Pak Primus tersenyum puas
sambil merekam apa yang sedang terjadi di hadapannya sekarang. Nurul si Akhwat
alim yang sudah menjadi target rencananya tersebut tengah mengutak-ati dan
mencolok-colok Vaginanya sendiri dalam keadaan telanjang penuh nafsu. Tubuh
perempuan itu terlihat mengkilat basah oleh keringatnya sendiri karena dia
sedang dalam keadaan birahi yang begitu besar.
Diatas ranjang, Nurul
terduduk menyandar sambil mengangkangkan kakinya dengan sangat lebar,
mengekspos vagina ranum miliknya kehadapan Pak Primus dan juga kamera yang
sedang merekam aksinya tersebut. Wajahnya begitu memerah penuh nafsu seperti
udang yang sedang di rebus dan tubuhnya tidak tertutup apa-apa lagi selain
sebuah jilbab besar yang tengah melekat dikepalanya dan menutupi sebagian
payudaranya. Sedangkan tangan Nurul, tidak henti-hentinya bermain di daerah
selangkangannya sendiri.
"Hmmmm.. baguss
sayang!! teruss!! puaskan dirimuuuu" Ucap Pak Primus menyemangati Nurul
yang tampak begitu bernafsu.
Dalam hatinya, Pak Primus
bersorak sorai begitu senang karena sebentar lagi dia akan mencicipi tubuh Nurul
yang begitu membangkitkan nafsunya. Namun dia berusaha menahan diri terlebih
dahulu karena dia ingin merekam sebuah video introduksi Nurul untuk para
Clientnya nanti. Agar ketika Pak Primus menjajakan dan menjual tubuh Nurul
nanti, dia tidak perlu repot-repot memperkenalkan orangnya secara langsung.
Dan video ini juga akan
menjadi senjata ampuh untuk mengancam Nurul jika dia tidak mau menuruti
keinginan Pak Primus.
#Bersambung..................
0 Response to "Akhwat Yang Ternoda - Part 9"
Post a Comment